JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Perhimpunan Survei Opini Publik (Persepi) Philip J Vermonte mengatakan lembaga survei abal-abal mulai bermunculan menjalng Pemilu 2024. Maraknya kehadiran lembaga survei ini tidak lepas dari keinginan politisi yang mencari jalan pintas agar dikenal publik.
"Mungkin ada yang menganggap tahun politik merasa adalah perang informasi. Jadi dia harus membanjiri masyarakat dengan gambaran bahwa dia adalah aktor yang kuat, calon yang kuat sehingga bisa didukung," ujar Philip dalam acara Gaspol di Kompas.com dikutip Kamis (18/5/2023).
Menurut Philip, para politisi itu mengharapkan efek Bandwagon dengan banjirnya informasi di tengah publik.
Baca juga: GASPOL! Hari Ini: Lembaga Survei Abal-abal Jelang Pemilu 2024
Secara sederhana, efek Bandwagon merupakan sebuah upaya untuk mengorkestrasi munculnya nama atau sosok tertentu, dengan harapan publik akan memberikan atensi dan menjatuhkan pilihan terhadap sosok itu.
Namun, penelitian terhadap efek ini, menurutnya, belum lah final untuk mengetahui seberapa besar dampak dari maraknya publikasi atas calon tertentu terhadap elektoralnya.
"Dalam akademik walaupun risetnya belum konklusif ya, ada yang bilang ada efek orang akan ikut yang menang, kira-kira yang ramai mana dia ikut," ucap dia.
Menurut Philip, banyak politisi yang mengambil jalan pintas ini sehingga lembaga survei abal-abal seringkali laku di tahun-tahun politik.
Baca juga: Enggan Komentari Sosok Cawapres, Maruf Amin: Lembaga Survei yang Tahu
"Ada juga orang yang dikasih tau surveinya kecil, tidak mau memperbaiki kampanyenya, ambil jalan pintas ya itu tadi pakai survei abal-abal akan meng-create bahwa dia punya elektabilitas yang baik. Nah ini masalahnya yang sering terjadi," ucap dia.
Namun tidak semua politisi mengambil jalan pintas tersebut. Philip mencontohkan Presiden Keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Ketika SBY pertama kali ingin mencalonkan diri sebagai capres pada 2004 lalu, elektabilitasnya baru di angka 6-7 persen.
Saat itu, SBY tahu bahwa elektabilitasnya rendah. Sehingga, menurutnya, SBY mengambil langkah strategis dengan mengubah gaya kampanye dan menciptakan momentum politik.
Baca juga: Bupati Kapuas Diduga Pakai Uang Hasil Korupsi Untuk Bayar 2 Lembaga Survei Nasional
"Kalau meningkatkan elektabilitas di kota ini, harus melakukan apa misalnya. Pelan-pelan surveinya naik akhirnya dia menang menjadi presiden," kata Philip.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.