Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Usai Johny G Plate "Diborgol", Saatnya Bongkar Pasang Kabinet

Kompas.com - 18/05/2023, 07:20 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

IBARAT kesebelasan Thailand yang “babak-belur” dihajar Timnas U-22 Indonesia di pertandingan final sepakbola Sea Games 2023 di Kamboja, satu per satu menteri yang menjadi pembantu Presiden Joko Widodo juga “bonyok” karena kasus korupsi.

Empat menteri era Jokowi yang dicokok Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK, dua di antaranya berasal dari Kabinet Kerja periode 2014 - 2019 dan dua menteri lagi dari Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024.

Sementara menteri ke lima, Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi oleh Kejaksaan Agung di penghujung pemerintahan Jokowi.

Periode pertama Jokowi, politisi PKB Imam Nahrawi yang menjabat Menteri Pemuda dan Olahraga divonis tujuh tahun penjara dan denda Rp 400 juta subsider tiga bulan kurungan.

Ia bersama asisten pribadinya, Miftahul Ulum, terbukti menerima suap sebesar Rp 11,5 miliar dari mantan Sekretaris Jenderal KONI Ending Fuad Hamidy dan mantan Bendahara KONI Johnny E Awuy.

Suap tersebut dimaksudkan agar Imam dan Ulum mempercepat proses persetujuan dan pencairan bantuan dana hibah yang diajukan KONI kepada Kemenpora RI untuk tahun kegiatan 2018.

Imam juga terbukti menerima gratifikasi senilai total Rp 8.348.435.682 dari sejumlah pihak. Majelis Hakim pun menjatuhi hukuman tambahan berupa kewajiban membayar uang pengganti senilai Rp 18.154.230.882.

Vonis tersebut diperkuat hingga tingkat kasasi di Mahkamah Agung.

Politisi Golkar Idrus Marham yang menjadi Menteri Sosial juga “11-12” kelakuannya dengan Imam Nahrowi.

Idrus  menerima suap Rp 2,25 miliar atas kasus proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Riau 1.

Suap tersebut diberikan oleh pengusaha yang juga salah satu pemegang saham Blackgold Natural Resources Limited, Johannes Budisutrisno Kotjo.

Idrus ketahuan “bahu-membahu” dengan politisi Golkar yang juga Wakil Ketua Komisi Energi DPR kala itu, Eni Saragih menerima suap untuk memuluskan proyek PLTU Riau-1.

Majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta menjatuhkan hukuman 3 tahun penjara, lalu diperberat menjadi 5 tahun penjara di tingkat banding di Pengadilan Tinggi DKI Jakarta.

Namun, vonis Idrus disunat pada tingkat kasasi di MA menjadi 2 tahun penjara.

Dua menteri yang dibekuk KPK di periode ke dua pemerintahan Jokowi ternyata lebih meningkatkan “jarahannya” dan semakin “kalap” dibandingkan Imam dan Idrus.

Menteri Kelautan dan Perikanan dari Gerindra, Edhy Prabowo memainkan perizinan tambak atau komoditas perairan sejenis lainnya.

Dari permainan “pat-gulipat” perizinan, Edhy lewat orang-orang kepercayaannya mendapat setoran dari perusahaan swasta yang diuntungkan lewat kebijakannya.

Uang haram sebanyak Rp 19,6 miliar mengalir ke Edhy dan digunakan untuk kepentingan pribadi dan orang-orang terdekatnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com