JAKARTA, KOMPAS.com - Keinginan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno untuk merapat ke kubu Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) dan menjadi bakal calon wakil presiden mendampingi Anies Baswedan dinilai sulit terwujud.
Penyebabnya adalah sosok Sandiaga tidak didukung oleh partai anggota KPP.
"Nama Sandiaga Uno memiliki resistensi cukup tinggi dari partai lain di koalisi perubahan yakni Partai Demokrat," kata peneliti Indikator Politik Indonesia, Bawono Kumoro, dalam keterangannya yang dikutip pada Rabu (10/5/2023).
Di sisi lain, rekam jejak politik Sandiaga juga dinilai cukup kontroversial. Sebab dia sebelumnya menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra dan akhirnya memutuskan hengkang dari partai itu.
Bahkan sebelum keluar dari Gerindra, Sandiaga sudah menjalin komunikasi dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan membahas soal wacana mengusungnya sebagai bakal cawapres.
Baca juga: Sandiaga Gencar Dekati PKS, Pengamat: Bukan Tak Mungkin Mandat dari Istana
Menurut Bawono, secara kebetulan atau tidak pengunduran diri Sandiaga dari Gerindra berdekatan dengan deklarasi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan terhadap Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden.
Bawono juga tidak menampik dugaan pengunduran diri Sandiaga sebagai upaya persiapan jika dilirik oleh PDI-P untuk disandingkan dengan Ganjar.
Selain itu, kata Bawono, jika merujuk temuan hasil survei Indikator Politik selama beberapa bulan terakhir, nama Sandiaga memang masuk di jajaran tiga besar figur yang dipersepsikan pemilih pantas untuk menjadi bakal cawapres.
"Mungkin ini dikontribusikan dari pengalaman di Pemilu 2019 maju sebagai cawapres mendampingi Prabowo Subianto," ucap Bawono.
Di sisi lain, Bawono menilai Sandiaga adalah figur yang merepresentasikan kelompok masyarakat di luar Jawa dalam dunia politik.
Baca juga: Ironi Manuver Sandiaga: Gagal Dapatkan Tiket Cawapres Ganjar, Kini Dekati Anies Lewat PKS
Penyebabnya adalah nama-nama bakal cawapres yang lain identik dengan sosok politikus dari Jawa, seperti Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), atau Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
"Dua hal ini seperti mendorong Sandiaga Uno untuk mencoba kembali peruntungan di pemilu mendatang," ujar Bawono.
Saat ini KPP dihuni 3 partai politik, yaitu Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Ketiganya sepakat mengusung Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden.
Sebelumnya diberitakan, Sandiaga mengatakan dia tertarik bergabung dengan PKS setelah pamit dari Partai Gerindra.
"Rasanya kepengen saya berjuang kembali bersama teman-teman PKS," ujar Sandi seperti dikutip dari Kompas TV, Selasa (9/5/2023).
Baca juga: Sandiaga Uno Berpaling ke PKS, Pengamat Duga Pengajuan Proposal Cawapres PPP ke PDI-P Gagal
Sandi mengaku sudah berjuang berkali-kali bersama PKS di dunia politik. Menurutnya, PKS sudah terbukti selalu berjuang dengan hati.
Pernyataan itu disampaikan Sandiaga karena sampai saat ini belum ada tanda-tanda dukungan dari PPP terkait niatnya menjadi bakal cawapres.
PPP pun terang-terangan mendukung Ganjar sebagai bakal capres. Sebelumnya PPP bersama Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN) membentuk Koalisi Indonesia Bersatu.
Dia pun menyebut para kader PKS sebagai pejuang yang sangat pantang menyerah dan tidak kenal lelah. Sandi pun berdoa pintu untuk bekerja bersama PKS bisa terbuka lagi ke depannya.
"PKS ini komitmennya terhadap NKRI luar biasa. Mudah-mudahan jika kita kita berdoa insyaallah dibukakan jalan untuk berjuang bersama," tuturnya.
Baca juga: Jawaban PKS soal Kemungkinan Usulkan Sandiaga Uno Jadi Cawapres Anies
Diwawancara di kesempatan yang sama, Presiden PKS Ahmad Syaikhu menegaskan PKS terbuka terhadap Sandi.
"Kapasitas beliau sebagai seorang menteri untuk berkeliling ke kota/kabupaten, di mana menjadi tanggung jawab beliau. Nah tentu ini sangat mungkin juga. Saya menerima beliau. Teman-teman di dapil juga menerima kehadiran beliau," kata Syaikhu.
Sementara itu Kepala Badan Komunikasi Strategis (Bakomstra) Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra mengatakan tidak ingin mengulang kekalahan pada Pilpres 2019, terkait keinginan Sandiaga untuk bergabung dengan KPP.
Saat itu Partai Demokrat adalah salah satu partai yang mengusung pasangan Prabowo-Sandiaga.
"Kita sudah berikan mandat ke Mas Anies memilih cawapres dan membentuk pasangan yang bisa memenangkan Pilpres 2024. Bukan mengulangi kekalahan di Pilpres 2019," ujar Herzaky saat dimintai konfirmasi, Selasa (9/5/2023).
Baca juga: PKS Terbuka jika Sandiaga Ingin Jadi Cawapres Anies, Singgung Chemistry dan Hasil Survei
Herzaky mengatakan, apabila Demokrat kembali berjuang bersama Sandiaga Uno di Pilpres 2024, maka jalannya pasti berat.
Sebab, Sandiaga memilih mendukung Presiden Jokowi setelah kalah di Pilpres 2019. Artinya, eks Wakil Gubernur DKI Jakarta tersebut meninggalkan para pendukungnya.
Selain itu, kata Herzaky, Sandiaga juga masuk ke dalam kabinet sebagai pembantu Jokowi. Ia dipercaya menjadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf).
"Jadi, bersimpangan jalan pula dengan kami yang memilih di luar kabinet," kata Herzaky. "Posisi beliau juga sudah jelas. Bagian dari status quo, pemerintahan saat ini. Sedangkan kami memperjuangkan perubahan," ujarnya lagi.
(Penulis : Adhyasta Dirgantara | Editor : Diamanty Meiliana, Novianti Setuningsih)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.