Selanjutnya mereka berjuang mempertahankan aksi-aksi baik mereka secara sistematis. Mereka membuat sistem tertentu agar perjuangan mereka tidak berumur pendek dengan membangun social enterprise sebagai wadah organisasi aksinya.
Melalui wadah dan identitas ini, mereka kemudian bergerak dengan identitas khusus serta entitas organisasi yang solid.
Hal ini kemudian, memudahkan bagi pihak-pihak lain yang ingin bersinergi, berkolaborasi atau bahkan berkontribusi materi kepada mereka.
Istilah kewirausahaan sosial kemudian semakin dikenal karena, aksi-aksi ini mengoptimalkan teknik, metode, kreativitas dan inovasi yang biasa digunakan di dunia kewirausahaan bisnis, namun ditujukan untuk manfaat sosial.
Maka inilah jenis ’pekerjaan’ yang sesuai dengan jiwa dan darah generasi muda. Inilah aksi yang sangat DIY, atau Do it Yourself, karena para pelakuanya punya otonomi penuh dalam melancarkan aksinya, sesuai koridor yang berlaku.
Ini juga merupakan aksi yang seiring dengan kecemasan FOMO (Fear of Missing Out), karena gerakan ini lahir dari empati tinggi terhadap situasi yang terjadi.
Ya ini adalah alternatif aksi, kegiatan ataupun bahkan hobi yang dapat ditekuni generasi muda saat ini.
Alih-alih sekadar mengkritik saja (walaupun membangun kritik konstruktif itu baik), mereka terjun langsung bergerak menjadi social entrepreneur, membangun social enterprise mereka dan melanggengkan aksi social entrepreneurship mereka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.