Dibanding dua kompetitornya, berdasarkan survei mutakhir, Ganjar Pranowo tetap berada pada posisi yang menjanjikan.
Dari empat survei terakhir, memang tiga di antaranya menempatkan Ganjar Pranowo di posisi kedua. Sedangkan satu survei menunjukkan Ganjar unggul dibandingkan kandidat lainnya.
Hal ini terjadi karena survei dilakukan sebelum pencalonan resmi Ganjar Pranowo oleh PDIP di satu sisi dan setelah pembatalan Piala Dunia U20 di sisi lain.
Artinya, pertama, masih terdapat ketidakpastian politik apakah Ganjar Pranowo akan menjadi calon presiden atau tidak, karena PDIP tidak terlalu memperlihatkan preferensi politik kepada Ganjar Pranowo selama dua tahun terakhir.
Dan kedua, survei dilakukan akhir Maret dan Awal April 2023, di mana imbas pembatalan Piala Dunia U20 masih berpengaruh pada elektabilitas Ganjar Pranowo.
Terbukti ketika Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menggelar survei menjelang pertengahan April, tepatnya tanggal 11-14 April 2023, suara Ganjar Pranowo mulai kembali ke track semula.
Dalam simulasi top of mind yang dilakukan SMRC, pilihan yang pertama kali muncul di dalam pikiran calon pemilih, kader PDIP Ganjar Pranowo mendapat dukungan tertinggi.
Ganjar Pranowo menang tipis atas Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Kemudian, di posisi ketiga ada Anies Baswedan yang didukung oleh Koalisi Perubahan.
Ganjar Pranowo memperoleh 16,5 persen, Prabowo Subianto 16,3 persen, dan Anies Baswedan 9,8 persen.
Apalagi kalau kita mundur ke balakang, hampir semua survei politik menempatkan Ganjar Pranowo di posisi teratas. Tentu stabilitas angka elektabilitas tersebut menjadi bahan dasar bagi PDIP untuk sampai pada keputusan besar dan strategis pada 21 April 2023 lalu.
Sebagaimana tahun 2014 lalu, PDIP dan Megawati Soekarnoputri dengan bijak, arif dan penuh perhitungan (seperti biasanya), mengesampingkan kepentingan pribadi dan keluarga untuk kepentingan partai yang lebih besar, yakni masa depan Indonesia di bawah kepemimpinan nasional yang sesuai dengan aspirasi mayoritas rakyat Indonesia.
Nampaknya Megawati Soekarnoputri begitu memahami kebutuhan politik nasional. Tidak semua orang bisa memenuhi kebutuhan tersebut, hanya orang tertentu saja.
Seperti kata Plato,"There are some who are naturally fitted for philosophy and political leadership, while the rest should follow their lead and let philosophy alone".
Artinya, Megawati menyadari betul bahwa kali ini mungkin bukan waktu yang tepat untuk sang putri, Puan Maharani, sekalipun Megawati sangat menginginkannya.
Dalam alam demokrasi, angka yang berbicara. Elektabilitas yang muncul dari survei-survei terpercaya adalah angka yang dibutuhkan tersebut.