Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Mencermati Relasi "New Normal" antara Ganjar Pranowo dan PDIP

Kompas.com - 29/12/2022, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

LEBIH dari sebulan belakangan, relasi yang terkesan konfliktual antara PDIP dan Ganjar Pranowo nampaknya mulai mereda.

Ruang publik nasional mulai tidak lagi dihiasi oleh narasi-narasi konfrontatif antara sang Gubernur Jawa Tengah itu dan beberapa petinggi partai banteng moncong putih yang menaunginya.

Namun di sisi lain, narasi atau berita-berita tentang gerbong politik lain atau koalisi politik di luar PDIP yang berminat untuk mencalonkan Ganjar Pranowo juga tidak banyak muncul di ruang publik nasional.

Lantas, apakah ini pertanda bahwa telah terjadi pakta politik atau kesepakatan di belakang layar tentang siapa yang akan menjadi calon presiden resmi partai berlambang banteng tersebut? Apakah PDIP pelan-pelan sudah mulai mengakomodasi aspirasi dari kubu Ganjar Pranowo?

Atau apakah Ganjar Pranowo sudah mendapat sinyal positif dari Megawati Soekarnoputri sehingga kini Ganjar hanya cukup mengikuti aturan main politik yang ada di internal PDIP, tanpa harus mengerahkan relawan-relawannya untuk bersuara di ruang publik nasional, yang kerap kali konfrontatif pada PDIP.

Di sisi lain, sebagaimana diketahui, secara umum PDIP masih belum mengeluarkan tanda-tanda yang jelas tentang siapa calon presiden yang akan diusung oleh partai berlogo kepala banteng tersebut.

Namun impresi-impresi dukungan keras kepada Puan Maharani sudah mulai berkurang. Kelompok yang beberapa bulan lalu terkesan sangat pro Puan satu per satu mulai memelankan suara politiknya, bahkan sebagian mulai memilih untuk tidak lagi bersuara.

Dewan kolonel yang sempat dianggap sebagai barisan pendukung militan Puan Maharani di internal PDIP nampaknya sudah kehilangan legitimasi, atau bahkan sudah tak ada lagi.

Tokoh-tokoh senior partai yang sempat berbicara negatif terhadap Ganjar Pranowo selama ini juga sudah tidak terdengar lagi bersuara.

Jadi berkurangnya geliat politik Ganjar Pranowo di luar PDIP bersamaan dengan melemahnya tekanan internal PDIP terhadap Ganjar Pranowo.

Tidak terdengar lagi serangan berbalas serangan, baik dari relawan Ganjar Pranowo terhadap PDIP maupun sebaliknya.

Dengan kata lain, dari indikasi dan riak politik yang terjadi belakangan, telah terjadi relasi "new normal" dan keseimbangan baru antara PDIP dan Ganjar Pranowo.

Dalam hemat saya, keseimbangan baru ini memang belum menghasilkan keputusan final tentang siapa calon presiden resmi yang akan diusung PDIP.

Tapi setidaknya, keseimbangan baru ini berkaitan dengan rentang waktu yang masih panjang di satu sisi dan kesempatan yang sama bagi Ganjar Pranowo untuk berkompetisi secara sehat dengan Puan Maharani di sisi lain.

Artinya, Ganjar Pranowo diberi peluang untuk membuktikan diri sebagai calon presiden yang layak untuk PDIP sampai menjelang pemilihan nanti.

Tapi, Ganjar Pranowo dalam rentang waktu tersebut juga harus membuktikan dirinya sebagai kader baik yang akan mematuhi segala aturan main di internal partai.

Dengan kata lain, PDIP memang belum selesai dengan urusan Ganjar Pranowo dan Puan Maharani, karena PDIP belum sampai pada keputusan akhir soal siapa yang akan dimajukan sebagai kandidat presiden.

Yang dilakukan PDIP dan Ganjar Pranowo nampaknya adalah membawa relasi kedua pihak ke tingkat yang lebih dewasa dan ke ranah resmi kepartaian dengan mekanisme politik internal partai. Pilihan ini sangatlah positif, terutama untuk PDIP sendiri.

Relasi konfliktual dengan Ganjar Pranowo selama ini nampaknya berpotensi mengganggu elektabilitas di satu sisi dan soliditas partai di sisi lain.

Sikap-sikap negatif politisi-politisi senior partai kepada Ganjar Pranowo selama ini berpeluang menimbulkan antipati dari kader-kader PDIP yang menyimpan simpati kepada Ganjar Pranowo, sehingga bisa mengganggu elektabilitas dan soliditas partai.

Jadi relasi "new normal" ini akan sama-sama menguntungkan kedua belah pihak. Ganjar Pranowo mendapatkan angin segar untuk tetap bisa berjuang sebagai calon presiden resmi dari PDIP sampai 2024 nanti.

PDIP pun memiliki waktu untuk mencari titik temu yang sama-sama menguntungkan kedua belah pihak dalam rentang waktu dua tahun ke depan.

Namun demikian, persoalan PDIP belum benar-benar selesai. Karena hingga hari ini, kebimbangan politik masih menggelayut di partai PDIP.

Di satu sisi, keinginan ketua umum partai untuk memajukan Puan Maharani nampaknya bukanlah tawaran yang main-main, meskipun belum didukung oleh data elektabilitas sang Ketua DPR.

Nama Puan Maharani memang tak pernah muncul sebagai kandidat potensial di setiap survei politik yang dilaksanakan oleh lembaga-lembaga survei dalam kurun waktu dua tahun terakhir.

Namun waktu yang masih tergolong panjang untuk berjuang, Megawati Sukarnoputri nampaknya masih meyakini bahwa putrinya, Puan Maharani, masih memiliki peluang untuk memperbaiki performa elektabilitasnya.

Pun tidak bisa dipungkiri bahwa Puan Maharani memiliki kekuasaan yang nyaris penuh di internal PDIP, yang membuatnya masih berpeluang memobilisasi suara sebanyak-banyaknya di dalam partai untuk mendukung pancalonannya dan menyingkirkan kandidat potensial lainnya.

Sementara itu, hal lain yang tidak bisa dinegasikan baik oleh Megawati Sukarnoputri maupun oleh PDIP adalah bahwa elektabilitas Ganjar Pranowo nyaris tidak berbendung hingga kini.

Berdasarkan survei politik dalam dua tahun belakangan, nama Ganjar Pranowo selalu muncul di barisan paling atas dengan angka elektabilitas yang sangat besar. Raihan elektabilitas Ganjar Pranowo acapkali berada di atas Anies Baswedan dan Prabowo Subianto.

Survei Indikator Politik yang dirilis awal Desember 2022, masih menempatkan Ganjar Pranowo di posisi teratas, diikuti Anies Baswedan dan Prabowo Subianto.

Elektabilitas Ganjar Pranowo saat ini mencapai angka 25,9 persen, terpaut cukup jauh dengan Prabowo yang memiliki elektabilitas 16,1 persen.

Survei Indikator Politik Indonesia digelar pada 30 Oktober-5 November 2022. Responden yang dilibatkan berjumlah 1.220 orang responden. Ambang batas kesalahan survei ±2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Dinamika dua fakta tersebut membuat PDIP semakin bimbang dalam memperlihatkan sikap politiknya terkait siapa yang akan diusung sebagai calon presiden untuk pemilihan 2024 nanti.

PDIP dihantui risiko kekalahan jika memaksakan Puan Maharani sebagai calon presiden, mengingat begitu rendahnya elektabilitas Puan Maharani dibanding kandidat-kandidat lain.

Namun juga di sisi lain PDIP sepertinya dihantui ketakutan atas penjegalan trah Sukarno di dalam partai jika Puan Maharani tidak dimajukan.

Ada asumsi yang berkembang bahwa Jokowi dan Ganjar Pranowo berpeluang mengambil alih kursi kepemimpinan di PDIP jika Ganjar Pranowo yang dimajukan sebagai calon presiden dan memenangkan pemilihan tahun 2024 nanti. Asumsi tersebut telah dibantah baik oleh Jokowi maupun oleh Ganjar Pranowo.

Meski demikian, ketakutan PDIP sangat beralasan. Trah Sukarno adalah pemersatu dan simbol soliditas PDIP selama ini.

Memajukan Puan Maharani adalah opsi yang sangat strategis bagi PDIP, terutama untuk keutuhan dan soliditas partai ke depan, setelah Megawati tidak lagi menjadi ketua umum.

Jadi dalam waktu-waktu mendatang sampai menjelang pemilihan presiden 2024 nanti, PDIP akan terseret ke dalam pilihan sulit antara Puan Maharani dan Ganjar Pranowo.

Dibutuhkan konsesi-konsesi tingkat tinggi untuk mendamaikan kedua pihak, baik untuk Puan Maharani maupun untuk Ganjar Pranowo.

Intinya, bagi PDIP, opsi memajukan Ganjar Pranowo harus benar-benar bersamaan dengan konsesi tingkat tinggi terkait dengan masa depan politik Puan Maharani dan trah Sukarno di PDIP.

Dan relasi "New Normal" ini adalah salah satu strategi PDIP untuk mendapatkan konsesi tingkat dewa tersebut di satu sisi dan mencoba mengulur waktu untuk membangun elektabilitas Puan di sisi lain.

Namun berkaca pada pengalaman politik di tahun 2014, saya cukup yakin bahwa PDIP pada ujungnya akan cenderung mengedepankan rasionalitas politik yang dicerminkan oleh hasil survei dari lembaga-lembaga survei yang kredibel dalam menentukan pilihan akhir terkait siapa yang akan menjadi calon presiden resmi partai untuk ajang pemilihan presiden tahun 2024.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menginspirasi, Local Hero Pertamina Group Sabet 8 Penghargaan dari Kementerian LHK

Menginspirasi, Local Hero Pertamina Group Sabet 8 Penghargaan dari Kementerian LHK

Nasional
Prabowo Terima Menhan Malaysia, Jalin Kerja Sama Industri Pertahanan dan Pertukaran Siswa

Prabowo Terima Menhan Malaysia, Jalin Kerja Sama Industri Pertahanan dan Pertukaran Siswa

Nasional
Satgas Rafi 2024 Usai, Pertamina Patra Niaga Apresiasi Penindakan Pelanggaran SPBU oleh Aparat

Satgas Rafi 2024 Usai, Pertamina Patra Niaga Apresiasi Penindakan Pelanggaran SPBU oleh Aparat

Nasional
TNI dan Perwakilan Militer Indo-Pasifik Gelar Perencanaan Akhir Latma Super Garuda Shield 2024

TNI dan Perwakilan Militer Indo-Pasifik Gelar Perencanaan Akhir Latma Super Garuda Shield 2024

Nasional
Cegah Penyalahgunaan, Satgas Pangan Polri Awasi Distribusi Perusahaan Gula di Jawa Timur

Cegah Penyalahgunaan, Satgas Pangan Polri Awasi Distribusi Perusahaan Gula di Jawa Timur

Nasional
Jelang World Water Forum Ke-10 di Bali, Panglima Agus Minta Bais TNI Mitigasi Ancaman

Jelang World Water Forum Ke-10 di Bali, Panglima Agus Minta Bais TNI Mitigasi Ancaman

Nasional
Kisah Ayu, Bidan Dompet Dhuafa yang Bantu Persalinan Saat Karhutla 

Kisah Ayu, Bidan Dompet Dhuafa yang Bantu Persalinan Saat Karhutla 

Nasional
Dinilai Berhasil, Zulhas Diminta PAN Jatim Jadi Ketum PAN 2025-2030

Dinilai Berhasil, Zulhas Diminta PAN Jatim Jadi Ketum PAN 2025-2030

Nasional
Jokowi Bagikan 10.300 Sertifikat Tanah Hasil Redistribusi di Banyuwangi

Jokowi Bagikan 10.300 Sertifikat Tanah Hasil Redistribusi di Banyuwangi

Nasional
TNI AL Latihan Pendaratan Amfibi di Papua Barat, Libatkan 4 Kapal Perang

TNI AL Latihan Pendaratan Amfibi di Papua Barat, Libatkan 4 Kapal Perang

Nasional
Tengah Fokus Urus Pilkada, Cak Imin Bilang Jatim Bakal Ada Kejutan

Tengah Fokus Urus Pilkada, Cak Imin Bilang Jatim Bakal Ada Kejutan

Nasional
Targetkan Sertifikasi 126 Juta Bidang Tanah, Jokowi: Presiden Baru Tinggal Urus Sisanya, Paling 3-6 Juta

Targetkan Sertifikasi 126 Juta Bidang Tanah, Jokowi: Presiden Baru Tinggal Urus Sisanya, Paling 3-6 Juta

Nasional
BNPT Apresiasi 18 Pengelola Objek Vital Strategis dan Transportasi

BNPT Apresiasi 18 Pengelola Objek Vital Strategis dan Transportasi

Nasional
Kemenpan-RB Harapkan Pendaftaran CASN Segera Dibuka, Instansi Diminta Kebut Isi Rincian Formasi

Kemenpan-RB Harapkan Pendaftaran CASN Segera Dibuka, Instansi Diminta Kebut Isi Rincian Formasi

Nasional
Pimpinan MPR Minta Pemerintah Tak Ragu Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

Pimpinan MPR Minta Pemerintah Tak Ragu Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com