Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Zackir L Makmur
Wartawan

Gemar menulis, beberapa bukunya telah terbit. Suka catur dan humor, tertawanya nyaring

Nilai-nilai Ambivalensi Pertunjukan Politik

Kompas.com - 20/11/2022, 13:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

POLITIK mempersembahkan pertunjukan secara riil: ketika pelakonnya bertemu lantas tidak berpelukan, menjadi viral.

Momen ini terjadi sewaktu Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertemu di acara puncak HUT Partai Golkar ke-58, saling bersalaman, tapi tidak pelukan selazimnya tokoh-tokoh bangsa bertemu.

Sesungguhnya dalam realitas sehari-hari kehidupan manusia, bersalaman tapi tidak berpelukan adalah hal lumrah. Biasa-biasa saja. Namun dalam dunia politik, sepertinya tidak begitu, lain nilainya.

Maka beredarnya video yang menarasikan Jokowi enggan memeluk Surya Paloh ramai jadi perbincangan, tafsir politik pun bermacam-macam.

Kendati begitu ada yang patut digarisbawahi dari momentum tersebut, yakni mempersoalkan salaman tak diiringi pelukan.

Faktor mempersoalkan itulah membuat dunia politik penuh sorotan terhadap penilaian bahasa tubuh. Jadinya, ketika tokoh-tokoh politik tersenyum, bersalaman, atau pun berpelukan, selalu menyimpan nilai-nilai semiotika, sebuah lambang pertunjukan yang bersifat politis.

Semiotika politis itu, dalam sebutan negarawan Jerman abad 18, Otto Von Bismarck, begitu suram: "Jangan pernah mempercayai apa pun dalam politik sampai hal itu resmi diingkari."

Maka bersifat politis ini, dalam bahasa yang halus dan sopan, adalah ambivalensi, ketimbang dalam bahasa yang tandas disebut munafik.

Pertunjukan yang ambivalensi ini, kita sudah lama mengenal, selalu mengusung kredo: “tidak ada kawan dan lawan abadi, yang ada hanya kepentingan abad.”

Lambang Ambivalensi

Ambivalensi itu kemudian menjadi lambang yang jelas. Ketika berpelukan atau memunggungi, dalam politik, ini cuma lambang.

Tersenyum atau bersalaman adalah lambang. Termasuk berdebat atau pun berkoalisi, pun lambang. Pada sisi yang bersamaan ini adalah kerumitan.

Di sini, kita bisa sepakat pada Albert Einstein, jenius ahli fisika, yang menilai: “politik jauh lebih rumit daripada fisika." Karena rumit, ia tidak bisa ditafsirkan hanya secara denotatif.

Ketika berpelukan, yang secara faktual dan denotatif maknanya antara lain membuat hubungan jadi lebih harmonis, atau pelukan adalah semacam cara untuk menunjukkan rasa ketidaksendirian —justru dalam pertunjukan politik makna begitu tidak semata denotatif, mengundang banyak tafsir.

Sewaktu Jokowi tidak berpelukan dengan Surya Paloh di acara HUT Golkar ke-58 itu menjadi viral, karena sebagian besar publik memberi tafsir secara denotatif.

Begitu juga di lain kesempatan saat acara penutupan Kongres Kedua Partai Nasdem dan HUT ke-8 Partai Nasdem di Jakarta International Teathre, beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo berpelukan dengan Surya Paloh menjadi viral, publik pun menafsirkan secara denotatif.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pidato Megawati Kritisi Jokowi, Istana: Presiden Tak Menanggapi, Itu untuk Internal Parpol

Pidato Megawati Kritisi Jokowi, Istana: Presiden Tak Menanggapi, Itu untuk Internal Parpol

Nasional
Kader PDI-P Teriakkan Nama Jokowi, Saat Megawati Bertanya Penyebab Kondisi MK Seperti Saat Ini

Kader PDI-P Teriakkan Nama Jokowi, Saat Megawati Bertanya Penyebab Kondisi MK Seperti Saat Ini

Nasional
Megawati Singgung Pemimpin Otoriter Populis, Hukum Jadi Pembenar Ambisi Kekuasaan

Megawati Singgung Pemimpin Otoriter Populis, Hukum Jadi Pembenar Ambisi Kekuasaan

Nasional
Persilakan Rakyat Kritik Pemerintahannya, Prabowo: Tapi yang Obyektif

Persilakan Rakyat Kritik Pemerintahannya, Prabowo: Tapi yang Obyektif

Nasional
Garuda Indonesia Minta Maaf Usai Mesin Pesawat Pengangkut Jemaah Haji Rusak 2 Kali

Garuda Indonesia Minta Maaf Usai Mesin Pesawat Pengangkut Jemaah Haji Rusak 2 Kali

Nasional
Kembangkan Layanan Digital, Presiden Jokowi Akan Buka SPBE Summit 2024 dan Luncurkan GovTech Indonesia

Kembangkan Layanan Digital, Presiden Jokowi Akan Buka SPBE Summit 2024 dan Luncurkan GovTech Indonesia

Nasional
Pidato Megawati di Rakernas Dinilai Jadi Isyarat PDI-P Bakal Jadi Oposisi Prabowo

Pidato Megawati di Rakernas Dinilai Jadi Isyarat PDI-P Bakal Jadi Oposisi Prabowo

Nasional
Ketika Megawati Ungkap Isi Curhatnya pada Andika Perkasa soal TNI...

Ketika Megawati Ungkap Isi Curhatnya pada Andika Perkasa soal TNI...

Nasional
Jokowi Bagikan Sembako di Yogyakarta Saat PDI-P Gelar Rakernas di Jakarta

Jokowi Bagikan Sembako di Yogyakarta Saat PDI-P Gelar Rakernas di Jakarta

Nasional
Ganjar Yakin PDI-P Bakal Rumuskan Sikap Politik terhadap Pemerintahan Prabowo-Gibran di Rakernas Kali Ini

Ganjar Yakin PDI-P Bakal Rumuskan Sikap Politik terhadap Pemerintahan Prabowo-Gibran di Rakernas Kali Ini

Nasional
PAN Tak Mau Partai Baru Gabung Prabowo Dapat 3 Menteri, PKB: Jangan Baper

PAN Tak Mau Partai Baru Gabung Prabowo Dapat 3 Menteri, PKB: Jangan Baper

Nasional
Prananda Tak Hadir Pembukaan Rakernas V PDI-P, Ada Apa?

Prananda Tak Hadir Pembukaan Rakernas V PDI-P, Ada Apa?

Nasional
Soal Ganjar, Megawati: Belum Dipensiunkan, Terus Berjuang

Soal Ganjar, Megawati: Belum Dipensiunkan, Terus Berjuang

Nasional
Upaya PDI-P Agar Kader Berprestasi Tak Dibajak Partai Lain Saat Pilkada: Beri Surat Tugas

Upaya PDI-P Agar Kader Berprestasi Tak Dibajak Partai Lain Saat Pilkada: Beri Surat Tugas

Nasional
Megawati: Tidak Ada Koalisi dan Oposisi, Sistem Kita Presidensial

Megawati: Tidak Ada Koalisi dan Oposisi, Sistem Kita Presidensial

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com