JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri sempat membeberkan soal unek-uneknya kepada mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Andika Perkasa saat membuka rapat kerja nasional (rakernas) PDI-P ke-5, Jumat (24/5/2024).
Presiden ke-5 RI ini mengungkapkan sempat bertanya kepada Andika Perkasa perihal TNI saat ini. Dia melihatnya seperti ada perbedaan dengan zaman sebelum kemerdekaan.
Megawati mengatakan, dia kenal dengan Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman yang menurutnya sangat sederhana, memiliki karakter, dan tokoh revolusi.
“Jadi bukan mau sombong, mau keren, saya ini benar anak presiden. Jadi saya kenal Pak Jenderal Soedirman. Beliau orangnya sederhana banget pakai peci padahal beliau kan sebenarnya guru lho tapi diangkat oleh Bung Karno pada waktu itu menjadi Panglima Besar Jenderal Soedirman,” kata Megawati dalam pidato politik membuka rakernas PDI-P di Beach City International Stadium Ancol, Jakarta, Jumat.
Baca juga: Soal Ganjar, Megawati: Belum Dipensiunkan, Terus Berjuang
"Jadi saya kan suka lihat gitu, kayak apa ya yang setelah merdeka ini yang namanya TNI dan lain sebagainya,” ujarnya melanjutkan.
Oleh karena itu, Megawati menyebut, dia bertanya kepada Andika Perkasa perihal apa yang dirasakan dan dilihatnya terkait TNI.
“Makanya tadi ada Pak Andika. Saya suka bilang, saya panggilnya Dik. Dik yang namanya TNI kok ngopo kayak gini ya, gimana sih. (Dijawab) ‘Ya nanti dah kita ngomong,” kata Megawati menirukan percakapannya dengan Andika Perkasa.
Sebelumnya, Megawati memang sempat menyinggung soal TNI-Polri yang kini kembali terlibat dalam politik praktis, khususnya saat pelaksanaan pemilihan presiden (Pilpres) 2024.
Padahal, dia menyebut dwifungsi ABRI sudah dihapus dengan susah payah pada awal era reformasi melalui Tap MPR Nomor VI/MPR/2000.
“Masa TNI Polri dibawa lagi ke politik praktis sebagaimana kita rasakan dalam pilpres yang baru saja berlalu. Saya tuh sedihnya ya gitu,” ujarnya.
Baca juga: Megawati: Tidak Ada Koalisi dan Oposisi, Sistem Kita Presidensial
Megawati lantas membandingkan pilpres tahun ini dengan tahun 2004 ketika dirinya menjabat presiden. Menurut dia, pelaksanaan Pemilu 2024 sudah direkayasa.
“Kok saya ini presiden ketika pemilu langsung pertama loh, bertanggung jawab berhasil loh. Loh iya loh. Loh kok sekarang, pemilunya langsung tapi kok jadi abu-abu gitu, sudah direkayasa, gitu. Kurang apa loh,” ucap dia.
Pasalnya, menurut dia, banyak pihak diam ketika sejumlah ahli hukum hingga masyarakat sipil menyuarakan soal kecurangan pilpres. Bahkan, Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI juga diam terkait hal tersebut.
Lebih lanjut, Megawati mengatakan bahwa nilai reformasi di Tanah Air sudah mulai hilang.
“Kita ini negara demokrasi menjalankan demokratisasi, untuk apa ada reformasi? Kalau reformasi sekarang menurut saya kok sepertinya hilang atau dalam sekejap,” katanya.
Baca juga: Kata Megawati soal Sikap PDI-P Terhadap Pemerintahan ke Depan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.