“Saya bilang 'yang sakit yang mana, Pak?' Katanya ikutin saja. Saya ikuti police line. Lalu, saya terkejut di samping tangga ada jenazah,” ujarnya lagi.
“Jenazah sudah di kantong?” tanya hakim.
“Belum. Masih tergeletak berlumuran darah, Yang Mulia,” jawab Syahrul.
“Setelah itu, apa yang Saudara lakukan setelah lihat ada jenazah?” tanya hakim lagi.
“Saya disuruh salah satu anggota untuk cek nadinya. Saya cek, sudah tidak ada nadinya. Memang sudah tidak ada, Yang Mulia,” ujar Syahrul.
Menurutnya, saat itu dirinya melihat jasad Brigadir J dalam posisi telentang di lantai. Yosua memakai baju warna putih dan wajahnya ditutupi masker hitam.
"Posisinya telentang, cuma pakai baju. Dan wajahnya ditutupi sama masker, Yang Mulia," jelas Syahrul.
Baca juga: Sopir Ambulans Sebut Tak Diizinkan Pulang Usai Antar Jenazah Brigadir J ke RS Polri
Syahrul mengatakan, saat itu dirinya tak mendapat penjelasan soal siapa sosok jasad tersebut atau peristiwa apa yang baru terjadi. Ia lantas diperintahkan untuk mengevakuasi jasad Yosua oleh anggota Polri yang lagi-lagi tak dia ketahui namanya.
Syahrul pun kemudian membawa jasad Brigadir J dari rumah dinas Ferdy Sambo menuju Rumah Sakit (RS) Polri di Kramat Jati, Jakarta Timur.
Sopir ambulans itu kembali mengaku bahwa dirinya dilarang menyalakan lampu rotator oleh seorang anggota Polri.
“Pas saya mau nyalain lampu rotator, lampu ambulans, (seorang anggota Polri bilang) 'tahan dulu, Mas'. Katanya, 'nanti aja di luar'," kata Syahrul.
"(Syahrul menjawab) 'Oh baik, Pak. Nanti ikuti arahan saja, nanti dikawal', katanya,” ucapnya lagi.
Syahrul lantas keluar dari rumah Sambo. Dia sempat melihat ada mobil Provos Polri bermerek Pajero terparkir. Seorang anggota Polri yang tak diketahui namanya lantas bertanya ke Syahrul, dengan siapa dia akan mengendarai mobil ambulans.
Mengetahui Syahrul hendak membawa jenazah Brigadir J sendirian, polisi itu lantas memerintahkan anggota Provos menemani Syahrul.
“Kamu sama siapa, Mas?" tanya anggota Polri tersebut.