Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dens Saputra
Dosen

Menulis adalah seni berbicara

Refleksi Pandemi: Ada Apa dengan Kerumunan?

Kompas.com - 08/11/2022, 06:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BEBERAPA bulan terakhir, kita banyak dikejutkan dengan berbagai peristiwa yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Jumlah korban bahkan sampai menyentuh angka ratusan.

Dalam tahun ini saja terdapat tiga kisah tragis. Dimulai dari peristiwa 1 Oktober yang menewaskan 135 orang di Stadiun Kanjuruan Malang, peristiwa meninggalnya 151 orang dalam parade Hallowen di Itaewon Korea Selatan, dan terakhir tragedi ambruknya jembatan gantung yang menewaskan 134 orang di India.

Salah satu penyebab dari tiga tragedi di atas adalah kelebihan kapasitas. Namun pertanyaan utama dalam tulisan ini adalah ada apa dengan kerumunan sampai mengakibatkan jatuhnya korban jiwa?

Pandemi Covid-19

Terhitung 2 Maret 2020, Covid-19 masuk Indonesia ketika pasien 01 dan pasien 02 melakukan kontak dengan WNA Jepang yang ternyata positif Covid-19.

Sejak saat itu perlahan pemerintah menerapkan kebijakan membatasi aktivitas masyarakat. Sebagian masyarakat lebih sering melakukan aktivitas sehari-hari hanya dalam rumah.

Fenomena ini berlangsung selama dua tahun dan berdampak pada berbagai aspek kehidupan masyarakat. Segala bentuk kegiatan bersifat kerumunan diberhentikan sementara agar penyeberan Covid-19 tidak semakin meluas.

Masyarakat kita dengan kultur extrovert “dipaksa” untuk tidak keluar rumah. Covid-19 sebenarnya menyebabkan culture shock di mana suatu keadaan masyarakat tidak mampu atau belum siap menerima kebiasaan atau budaya baru. Covid-19 menyebabkan kegiatan menjadi new normal.

Artinya kita melakukan aktivitas sosial dan ekonomi tidak seperti biasanya saat sebelum covid-19 melanda.

Tentu keadaan ini membuat sebagian masyarakat merasa terganggu, tetapi mau tidak mau harus taat kepada kebijakan pemerintah karena dampak covid-19 nyata dan memakan korban tidak sedikit.

Pada tahun 2020 saja ketika Covid-19 menjadi malapetaka Nasional telah tercatat penganguran 2,56 juta yang terdampak (kemnaker.go.id).

Secara ekonomi masyarakat tertekan sebab rupiah berkurang karena pandemi. Ongkos untuk kebutuhan sehari-hari direalisasikan secara hati-hati agar ketersediaan tetap terjaga di kondisi sulit.

Sedangkan di satu sisi kebutuhan pokok tetap konsisten dengan harganya, bahkan barang-barang bernuansa kesehatan naik harga akibat dari kebutuhan pasar meningkat dan langkanya ketersediaan barang.

Tidak hanya tekanan ekonomi, masyarakat kita saat itu dilanda ketakutan. Fobia ini tidak lain karena fakta kematian yang terus menerus diberitakan dengan berbagai macam kengerian pandemi.

Saat itu, kebebasan kita sebagai warga negara tidak sebanding dengan jatuhnya korban covid-19 setiap harinya. Sebagian besar dari kita akhirnya menggantungkan hidup pada doa dan harapan agar pandemi segera berlalu.

Tetapi tidak sedikit juga komponen masyarakat yang tidak percaya dan acuh dengan kondisi pandemi covid-19.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Halalbihalal Merawat Negeri

Halalbihalal Merawat Negeri

Nasional
Tak Ada Tim Transisi pada Pergantian Pemerintahan dari Jokowi ke Prabowo

Tak Ada Tim Transisi pada Pergantian Pemerintahan dari Jokowi ke Prabowo

Nasional
Kasasi KPK Dikabulkan, Eltinus Omaleng Dihukum 2 Tahun Penjara

Kasasi KPK Dikabulkan, Eltinus Omaleng Dihukum 2 Tahun Penjara

Nasional
Penetapan Presiden di KPU: Prabowo Mesra dengan Anies, Titiek Malu-malu Jadi Ibu Negara

Penetapan Presiden di KPU: Prabowo Mesra dengan Anies, Titiek Malu-malu Jadi Ibu Negara

Nasional
Gibran Bertemu Ma'ruf Amin, Saat Wapres Termuda Sowan ke yang Paling Tua

Gibran Bertemu Ma'ruf Amin, Saat Wapres Termuda Sowan ke yang Paling Tua

Nasional
Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

Nasional
Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

Nasional
Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

Nasional
Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Nasional
2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

Nasional
Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

Nasional
Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Nasional
Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com