Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aprilianto Satria Pratama
Kepala Divisi Politik dan Otonomi Daerah Swasaba Research Initiative

Peneliti | Political Enthusiast | Kolumnis

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Kompas.com - 04/05/2024, 13:13 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DAHNIL Anzar Simanjuntak, dalam wawancara media pada 3 Mei 2024, menyampaikan bahwa atasannya, Presiden Republik Indonesia (RI) terpilih 2024-2029 Prabowo Subianto berencana membuat forum elite bernama “Presidential Club”.

Secara ringkas, menurut Dahnil, “Presidential Club” adalah forum di mana Presiden Republik Indonesia dari berbagai periode bisa berkumpul untuk saling mendiskusikan masalah-masalah strategis kebangsaan.

Sehari kemudian, Presiden RI yang saat ini masih berkuasa, Joko Widodo (Jokowi), mengapresiasi ide tersebut.

Dalam kesempatan wawancara dengan media usai mengunjungi pameran kendaraan listrik di JiExpo Kemayoran, Jakarta, sambil tertawa Jokowi mengatakan bahwa tidak ada salahnya untuk menggelar pertemuan dua hari sekali sebagai tindak lanjut.

Tulisan ini ingin memberi pandangan positif mengenai ide pembentukan “Presidential Club” tersebut, sambil tetap menyampaikan hal-hal yang perlu diantisipasi.

Secara garis besar, tentu saja ide tersebut mesti disambut dengan baik. Faktanya, sebagai negara berkembang, Indonesia masih terus menerus belajar menghadapi situasi sulit yang terjadi di berbagai periode.

Presiden Megawati Soekarnoputri tentu memiliki keahlian untuk diceritakan ketika dirinya harus membereskan sisa-sisa krisis moneter 1998 dan di saat yang sama membentuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 2002.

Atau Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang juga memiliki pengalaman menarik untuk dibagi ketika harus menghadapi bencana tsunami 2004 dan krisis keuangan global 2008 yang terjadi di masa pemerintahannya.

Adapun Presiden Joko Widodo juga pasti memiliki kemampuan untuk disebarluaskan ketika harus mengambil keputusan-keputusan sulit dalam menghadapi krisis kesehatan-ekonomi dunia sebagai dampak dari pandemi virus Corona 2020.

Sudah tentu, berhasil atau tidaknya para Presiden tersebut dalam menghadapi krisis akan menjadi pandangan subjektif publik.

Namun paling tidak, bisa berkumpulnya para Presiden terdahulu dalam satu forum akan memunculkan brainstorming tingkat tinggi, khususnya dalam hal penanggulangan krisis. Jadi, pertemuan ini jelas punya nilai positif secara substansi.

Selanjutnya, sudah menjadi rahasia umum bahwa tidak semua elite yang pernah menjabat sebagai Presiden di Indonesia bisa bersilaturahim dengan mudah antara satu dan lainnya.

Terbaru, publik disodori fakta mengenai sulitnya komunikasi antara Joko Widodo selaku Presiden Indonesia ke-7 dan Megawati Soekarnoputri selaku Presiden Indonesia ke-5, utamanya usai Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 berakhir.

Situasi yang, sayangnya, telah terjadi lebih dulu pada hubungan antara SBY dan Megawati.

Oleh karenanya, jika benar “Presidential Club” bisa direalisasikan, persoalan-persoalan personal, tapi punya dampak nasional sebagaimana terjadi tersebut mestinya bisa tertanggulangi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mendagri Minta Pj Kepala Daerah Mundur jika Ikut Pilkada atau Diberhentikan

Mendagri Minta Pj Kepala Daerah Mundur jika Ikut Pilkada atau Diberhentikan

Nasional
Imigrasi Berupaya Pulihkan Layanan Pakai 'Back Up' PDN Kominfo di Batam

Imigrasi Berupaya Pulihkan Layanan Pakai "Back Up" PDN Kominfo di Batam

Nasional
Ada Erick Thohir pada Pertemuan Prabowo dan Ketum Parpol KIM, Begini Penjelasan Airlangga

Ada Erick Thohir pada Pertemuan Prabowo dan Ketum Parpol KIM, Begini Penjelasan Airlangga

Nasional
Psikolog Forensik: Laporan Visum Sebut Vina dan Eky Mati Tak Wajar, Tak Disebut Korban Pembunuhan

Psikolog Forensik: Laporan Visum Sebut Vina dan Eky Mati Tak Wajar, Tak Disebut Korban Pembunuhan

Nasional
Bamsoet Janji Bakal Hadir pada Sidang Lanjutan MKD soal Isu Amendemen

Bamsoet Janji Bakal Hadir pada Sidang Lanjutan MKD soal Isu Amendemen

Nasional
Calon Penumpang Pesawat Diminta Datang 3 Jam Lebih Awal ke Bandara Imbas Sistem Imigrasi Alami Gangguan

Calon Penumpang Pesawat Diminta Datang 3 Jam Lebih Awal ke Bandara Imbas Sistem Imigrasi Alami Gangguan

Nasional
KY Sebut Tak Terdampak Ganguan PDN

KY Sebut Tak Terdampak Ganguan PDN

Nasional
Prabowo Kumpulkan Ketum Parpol KIM Plus Erick Thohir di Kemenhan, Bahas Apa?

Prabowo Kumpulkan Ketum Parpol KIM Plus Erick Thohir di Kemenhan, Bahas Apa?

Nasional
Polri Hormati Langkah Pihak Pegi Setiawan Ajukan Praperadilan

Polri Hormati Langkah Pihak Pegi Setiawan Ajukan Praperadilan

Nasional
Prabowo Mangkir Panggilan PTUN soal Gugatan Bintang 4, Pilih Hadiri Penyematan Bintang Bhayangkara Utama Polri

Prabowo Mangkir Panggilan PTUN soal Gugatan Bintang 4, Pilih Hadiri Penyematan Bintang Bhayangkara Utama Polri

Nasional
Respons Gerindra dan PAN Saat Golkar Sebut Elektabilitas Ridwan Kamil di Jakarta Menurun

Respons Gerindra dan PAN Saat Golkar Sebut Elektabilitas Ridwan Kamil di Jakarta Menurun

Nasional
Gerindra Tak Paksakan Ridwan Kamil Maju di Pilkada Jakarta

Gerindra Tak Paksakan Ridwan Kamil Maju di Pilkada Jakarta

Nasional
Rangkaian Puncak Haji Berakhir, 295 Jemaah Dibadalkan

Rangkaian Puncak Haji Berakhir, 295 Jemaah Dibadalkan

Nasional
Gerindra: Memang Anies Sudah 'Fix' Maju di Jakarta? Enggak Juga

Gerindra: Memang Anies Sudah "Fix" Maju di Jakarta? Enggak Juga

Nasional
Alasan Polri Beri Tanda Kehormatan Bintang Bhayangkara Utama ke Prabowo: Berjasa Besar

Alasan Polri Beri Tanda Kehormatan Bintang Bhayangkara Utama ke Prabowo: Berjasa Besar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com