"Izin, Pak, saya sendiri," jawab Syahrul saat itu.
Baca juga: Cerita Sopir Ambulans Jemput Jenazah Brigadir J: Tergeletak Berlumuran Darah
"Oh ya sudah, nanti ditemani. Akhirnya saya ditemani sama salah satu anggota Provos juga, Yang Mulia, di dalam mobil,” tutur Syahrul kepada hakim.
Syahrul pun mengalami hal yang kejanggalan saat membawa jenazah Brigadir J ke RS Polri, Keramatjati, Jakarta Timur. Menurutnya, setiba di rumah sakit, jasad Yosua tidak dibawa ke ruang forensik atau kamar jenazah.
Ia mengaku diminta petugas yang menemaninya untuk membawa jenazah Brigadir J ke Instalasi Gawat Darurat (IGD).
“Pas di RS enggak langsung ke forensik, ke kamar jenazah, tapi ke IGD,” kata Syahrul
Kemudian, Syahrul menanyakan kenapa jenazah dibawa ke IGD bukannya ke kamar jenazah atau ruang Forensik. Namun, katanya, petugas tersebut juga mendapat arahan untuk membawa jenazah Brigadir J ke IGD.
“Saya bertanya, ‘Pak izin kok IGD dulu? Biasanya, kalau saya langsung ke kamar jenazah, forensik. (Katanya) ‘Oh saya juga enggak tahu mas ikuti perintah saja’. 'Oh baik',” ujar Syahrul menjelaskan komunikasinya dengan petugas yang mengawal jenazah Brigadir J.
Baca juga: 5 Saksi Sudah Hadir di Sidang Pembunuhan Brigadir J
Sesuai arahan, Syahrul membawa jenazah Brigadir ke IGD Rumah Sakit Polri tersebut. Namun, petugas di IGD juga terkejut ketika kedatangan mobil ambulans tersebut ternyata membawa jenazah.
“Sampai di sana memang sudah ramai. Datang lah petugas RS Polri ke saya, ‘korbannya berapa orang?' Saya juga bingung, dilihat (petugas IGD) ‘waduh kok sudah kantong jenazah’,” katanya menceritakan petugas rumah sakit yang terkejut.
“Ditanya korban berapa? Satu (saya jawab). Terus, ‘ya sudah mas dibawa ke belakang saja, kamar jenazah’. Saya mengarah ke kamar jenazah,” ujar Syahrul lagi.
Tak berhenti di situ, Syahrul juga mengaku tak diizinkan pulang oleh anggota polisi usai mengevakuasi dan membawa jasad Yosua.
Ia mengaku diminta untuk menunggu setelah menurunkan jenazah Brigadir J dari mobil ambulans yang dikendarainya.
“Setelah saya drop jenazah, saya keluar, saya parkirkan mobil. Terus, saya bilang sama anggota di rumah sakit, ‘Pak, saya izin pamit’,” ujar Syahrul.
“Terus katanya, ‘sebentar dulu ya mas, tunggu dulu’. Saya tunggu di tempat masjid Yang Mulia, di samping tembok sampai jam mau subuh,” katanya lagi.
Bahkan, Syahrul mengaku tidak diizinkan keluar dari area rumah sakit oleh petugas kepolisian yang dari awal mendampinginya.
“Pas saya mau ke depan (rumah sakit), ‘sudah mas di sini saja’. Terus bilang, ‘Pak izin saya haus’, sambil dibelikan sate,” ujarnya.
Syahrul mengaku tak mengetahui alasan petugas kepolisian tersebut memintanya untuk menunggu sampai subuh meski sudah mengantarkan jenazah ke RS Polri.
Baca juga: Sopir Ambulans Sebut Tak Diizinkan Pulang Usai Antar Jenazah Brigadir J ke RS Polri
Dalam kesaksiannya, Syahrul mengaku baru mendapat izin pulang setelah Subuh. Ketika itu, ia juga diberi uang dari petugas kepolisian yang diperuntukkan untuk uang operasional kendaraan dan cuci mobil ambulans.
“(Uangnya) hanya untuk ambulans sama untuk cuci mobil,” kata Syahrul.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.