JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal DPP PDI-P Hasto Kristiyanto mengungkapkan bahwa hasil survei tak menjadi pertimbangan utama bagi partainya dalam menentukan siapa calon presiden (capres) yang akan diusung.
Hasto menyampaikan hal itu menanggapi hasil survei SMRC yang menyatakan bahwa PDI-P tak akan mendapat limpahan suara bila mencalonkan Ketua DPP PDI-P Puan Maharani, dibandingkan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
"Ya survei itu kan untuk dilihat, tapi tidak menjadi pertimbangan utama. Kan sangat dinamis (hasil survei) seperti itu," kata Hasto kepada Kompas.com, Selasa (25/10/2022).
Baca juga: Survei Litbang Kompas: Demokrat Salip Golkar, PDI-P Tetap Teratas
Hasto kemudian menjelaskan pandangannya terhadap hasil survei yang belakangan menjadi pemberitaan di media.
Ia mengatakan, ruang lingkup lembaga survei, sejatinya adalah merekam atau memotret persepsi di masyarakat.
Namun, hasil dari survei akan bergantung pada sejumlah hal yang dimasukkan sebagai bagian unsur penelitian.
"Itu dinamis dan upayanya kan banyak sekali," katanya.
Baca juga: GP Mania Yakin Ganjar Tetap Dapat Tiket Capres 2024 meski Disanksi PDI-P
"Tergantung juga cara bertanyanya (metodologi penelitian), tergantung juga bagaimana pesan sponsor dari lembaga survei. Itu kan harus diumumkan dulu bahwa mereka betul-betul netral," sambung Hasto.
Lebih lanjut, Hasto mencontohkan bagaimana PDI-P tidak menjadikan hasil survei sebagai pertimbangan utama menetapkan sosok pemimpin.
Contohnya, kata Hasto, saat Joko Widodo (Jokowi) berhasil terpilih sebagai calon gubernur (cagub) DKI Jakarta yang diusung PDI-P.
Saat itu, Hasto menyatakan bahwa Jokowi tidak unggul atau memiliki hasil elektabilitas yang rendah sebagai cagub.
Baca juga: Ketika Ganjar Konsisten soal Siap Capres walau Sudah Dipanggil 3 Kali oleh PDI-P
"Sejarah sendiri kan membuktikan bahwa Pak Jokowi menjadi gubernur kan kalau dari survei juga sama, elektoralnya tidak tinggi," ucapnya.
"Pak Ganjar juga elektoralnya tidak tinggi, tapi kan itu didukung oleh kerja kolektif. Nah, itu yang tidak ditangkap oleh lembaga survei," tambah dia.
Kendati demikian, Hasto menegaskan bahwa PDI-P tetap menghormati apa pun hasil survei.
Namun, ia juga menekankan bahwa hasil survei bisa berubah setiap saat karena sifatnya dinamis.
"Karena sekali lagi, kan prinsip dari PDI Perjuangan, silakan seluruh persepsi karena itu dalam iklim demokrasi. Tapi yang terpenting pencermatan itu kan terus menerus dilakukan, karena terhadap suatu yang dinamis itu kan juga mengandung polabilitas," ujar Hasto.
Diketahui, dalam hasil survei itu, sejauh ini Ganjar masih memiliki elektabilitas paling kuat dari berbagai simulasi yang dilakukan, disusul Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang bersaing ketat.
Jika pemilihan presiden digelar saat ini, dengan simulasi 4 nama tertutup (Ganjar, Prabowo, Anies, dan Puan), maka Puan ada di urutan buncit dengan elektabilitas hanya 5,6 persen.
Sementara itu, Ganjar dapat memperoleh suara 30,1 persen, disusul Prabowo 26,4 persen, dan Anies 25,1 persen. Puan diprediksi tersisih ke putaran kedua.
Dengan simulasi 3 nama tertutup (Prabowo, Anies, dan Puan), nasib Puan diprediksi tak jauh beda karena tingkat keterpilihannya cuma 10,4 persen.
Pada simulasi ini, ada 19,1 persen responden yang belum memutuskan. Seandainya pun Puan menggasak seluruh suara mereka, tingkat keterpilihan putri Megawati Soekarnoputri itu masih di angka 29,5 persen, alias masih keok dari Prabowo dan Anies.
Prabowo dan Anies diprediksi bakal melenggang mulus ke putaran kedua, jika Ganjar tak ikut kontestasi, dengan elektabilitas 39,3 persen (Prabowo) dan 31,2 persen (Anies).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.