Saat itu benar-benar kacau. Banyak orang kalut dan panik karena merasakan perih dan sesak akibat gas pengendali massa itu.
Dimas juga melihat mulai banyak orang yang kehilangan kesadaran.
“Keadaan di sana sangat terdesak-desakan. dari tribune sampai keluar stadion itu sudah tidak leluasa bergerak hanya berdesak-desakan mengikuti arus orang saja,” katanya seusai doa bersama di Gate 13 Stadion Kanjuruhan, Selasa (4/10/2022) malam.
“Posisi saya itu sudah sesak tidak bisa bernapas dan pasrah saja. sementara orang di belakang disuruh mundur-mundur itu sudah tidak memungkinkan,“ tuturnya.
Baca juga: Lokataru Duga Gas Air Mata yang Digunakan Saat Tragedi Kanjuruhan Expired
Dimas bercerita, dirinya berupaya menyelamatkan diri sambil terus berusaha berpegangan dengan seorang rekannya.
Beruntung, dia selamat karena pagar keamanan di sisi sebelum pintu keluar ambrol.
“Saya selamat dari situ karena jatuh dari pagar yang berada di samping. Kalau itu bisa saya tidak jatuh sudah tidak tahu lagi nasib saya seperti apa," ujar Dimas.
“Saking desak-desaknya terlalu kuat jadi akhirnya roboh. Tapi kalau itu pagarnya tidak roboh saya tidak tahu lagi karena di depan saya itu sudah berjatuhan," katanya lagi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.