Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sikap Jokowi Menyongsong Pandemi Covid-19 yang Diprediksi Segera Berakhir

Kompas.com - 22/09/2022, 05:30 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Walau menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ada kemungkinan status pandemi segera berakhir, tetapo Presiden Joko Widodo (Jokowi) memilih tidak tergesa-gesa.

Seperti negara lainnya, Indonesia juga mengalami kesulitan yang sama di masa pandemi Covid-19.

Menurut data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 pada Rabu (21/9/2022), jumlah kasus infeksi yang terkonfirmasi mencapai 6.415.328.

Kasus aktif mencapai 25.410, dan jumlah yang meninggal mencapai 157.984. Sedangkan pasien Covid-19 di Indonesia yang sembuh mencapai 6.231.970.

Baca juga: WHO Sebut Akhir Pandemi Covid-19 di Depan Mata, Kemenkes Ingatkan Tetap Disiplin Masker dan Vaksinasi

Pada 14 September 2022 lalu, Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan akhir pandemi sudah di depan mata.

"Kita tidak pernah berada dalam posisi yang lebih baik untuk mengakhiri pandemi. Kita belum sampai di sana, tapi akhir sudah di depan mata," kata Tedros.

Menurut Tedros, akhir dari pandemi Covid-19 bisa dicapai jika semua pihak bekerja sama untuk mencapai hal tersebut.

"Kita dapat mengakhiri pandemi ini bersama-sama tetapi hanya jika semua negara, perusahaan, komunitas, dan individu bergerak dan mengambil peluang ini," ucap Tedros.

Pada Senin (19/9/2022) lalu, Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyatakan pandemi Covid-19 sudah berakhir. Akan tetapi, dia menambahkan masih ada sejumlah persoalan yang harus diselesaikan terkait Covid-19.

Baca juga: Akhir Pandemi Disebut di Depan Mata, Vaksin Dalam Negeri Tetap Diproduksi

"Pandemi telah berakhir. Kita masih memiliki masalah dengan Covid. Kita masih perlu membereskan banyak hal, tetapi pandemi sudah berakhir," kata Biden di CBS 60 Minutes.

“Jika Anda menyadari, tidak ada lagi yang menggunakan masker. Semua orang tampaknya dalam kondisi yang cukup baik. Jadi saya pikir ini telah berubah,” ujar Biden.

Tunggu WHO

Merespons pernyataan Biden, Jokowi menyatakan keputusan untuk mengakhiri status pandemi ada di tangan WHO.

"Pandemi ini kan terjadi di seluruh negara di dunia, dan yang bisa memberikan statement menyatakan pandemi itu selesai itu adalah WHO," kata Jokowi di Bekasi, Selasa (20/9/2022), dikutip dari tayangan YouTube Sekretariat Presiden.

Menurut Jokowi, keputusan untuk mengakhiri pandemi tidak boleh dilakukan tergesa-gesa dan harus tetap mengutamakan kehati-hatian.

"Kalau untuk Indonesia, saya kira kita harus hati-hati, tetap harus waspada tidak usah harus tergesa-gesa, tidak usah harus segera menyatakan bahwa pandemi itu sudah selesai, saya kira hati-hati," ucap Jokowi.

Baca juga: Epidemiolog Ingatkan Masih Ada Ancaman Lain meski Status Pandemi Dicabut

Jokowi mengatakan, sikap hati-hati itu tetap diperlukan karena kasus Covid-19 di sejumlah negara juga tengah merangkak naik.

"Ada di satu-dua negara yang sekarang ini juga Covid-nya mulai bangkit naik, hati-hati, kehati-hatian itu yang sangat kita perlukan," ujar Jokowi.

Senada dengan Jokowi, Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono menyatakan belum mengetahui kapan endemi Covid-19 akan diberlakukan di Indonesia meskipun negara lainnya telah tak lagi mematuhi protokol kesehatan.

“Kita akan terus memantau perkembangannya kasus-kasus yang ada di kita, kan masih dua ribuan nih sekarang nih, masih terus kita pantau terus maka protokol-protokol kesehatan masih kita jalankan, terus kewaspadaan tetap masih kita lakukan,” kata Dante di Gedung MPR/DPR RI, Selasa (20/9/2022).

Dante mengatakan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akan memantau melalui WHO sebagai referensi untuk melakukan pemetaan sehingga Indonesia dapat menentukan kapan endemi akan diberlakukan.

Baca juga: Joe Biden Bilang Pandemi Berakhir, Jokowi Sebut Keputusan di Tangan WHO

Hanya saja, Dante kembali menyatakan Kemenkes belum mengetahu kapan pandemi dinyatakan berakhir dan berubah menjadi endemi di Tanah Air.

“Belum ada. Kita terus melakukan evaluasi karena walupun bagaimana kasusnya tetap ada, terutama pada anak-anak, sekarang anak-anak sekolah kan banyak tuh yang terkena, itu juga menjadi salah satu perhatian kita,” tuturnya.

Selain itu, Dante mengakui bahwa capaian dosis vaksinasi ketiga atau booster masih kecil.

Jumlah masyarakat yang sudah menerima vaksin booster sendiri masih stagnan di angka 26 persen.

“Itulah salah satu jawabannya. Kita mesti melakukan vaksinasi dulu dengan baik. Kalau vaksinasi dengan baik maka kita punya confident untuk melepas pandemi menjadi endemi," ujarnya.

Baca juga: Ini 6 PR yang Harus Dikerjakan Indonesia supaya Pandemi Covid-19 Segera Usai

"Kalau vaksinasi kita belum baik, ya kita belum punya confident untuk melepaskan pandemi menjadi endemi. Jadi, kalau kita belum punya capaian yang bagus, ya kita jangan lepas dulu pandemi jadi endemi,” kata Dante.

Optimis

Di sisi lain situasi pandemi Covid-19 di Indonesia dinilai semakin membaik.

Menurut Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Erlina Burhan, Indonesia bisa menuju endemi Covid-19 dengan cepat.

Erlina menyebutkan sejumlah syarat yang harus dipenuhi agar status pandemi Covid-19 di Indonesia berubah menjadi endemi.

Syaratnya, kata dia, mengakselerasi cakupan vaksin booster di atas 50 persen sesuai standar WHO dan disiplin protokol kesehatan, yakni memakai masker seperti yang dianjurkan.

"Saya cukup optimis (terjadi endemi) dengan syarat bahwa cakupan imunisasi booster naik meninggi di atas 50 persen dan masyarakat terbiasa memakai masker, terutama di keramaian dan ruang tertutup," kata Erlina, dalam Talkshow Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang digelar daring, Senin (19/9/2022).

Baca juga: Joe Biden Sebut Pandemi Covid-19 di AS Sudah Berakhir

Erlina mengungkapkan, sejauh Ini Indonesia belum memasuki fase endemi lantaran terdapat beberapa indikator yang belum tercapai.

Untuk menuju endemi, kata Erlina laju penularan kasus harian harus kurang dari 5 persen, angka kasus aktif kurang dari 5 persen, tingkat kematian (fatality rate) sekitar 2 persen, dan tingkat keterisian tempat tidur (bed occupancy ratio/BOR) kurang dari 5 persen.

Adapun Indonesia, kata Erlina, angka kasus positif masih di kisaran 5,8 persen dan tingkat kematian masih sekitar 2,7 persen.

Satu-satunya indikator yang sudah terpenuhi adalah tingkat keterisian tempat tidur di bawah 5 persen.

Baca juga: Epidemiolog Optimistis Pandemi Covid-19 Dicabut Paling Cepat Awal 2023 jika...

"Jadi sudah ada salah satu syarat yang terpenuhi. Jadi ini kalau bisa kita penuhi positivity rate-nya rendah, laju transmisi kurang dari 1 persen, BOR kurang dari 5 persen. Ini diamati dalam waktu 6 bulan, kemudian suatu negara bisa mengatakan kita sudah memasuki fase endemi," ujar Erlina.

(Penulis : Ardito Ramadhan, Jawahir Gustav Rizal, Valmai Alzena Karla Martino | Editor : Sabrina Asril, Dani Prabowo, Novianti Setuningsih, Bayu Galih)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Soal Jokowi Jadi Tembok Tebal antara Prabowo-Megawati, Sekjen PDI-P: Arah Politik Partai Ranah Ketua Umum

Soal Jokowi Jadi Tembok Tebal antara Prabowo-Megawati, Sekjen PDI-P: Arah Politik Partai Ranah Ketua Umum

Nasional
TNI-Polri Bahas Penyalahgunaan Pelat Nomor Kendaraan yang Marak Terjadi Akhir-akhir Ini

TNI-Polri Bahas Penyalahgunaan Pelat Nomor Kendaraan yang Marak Terjadi Akhir-akhir Ini

Nasional
Andi Gani Ungkap Alasan Ditunjuk jadi Penasehat Kapolri Bidang Ketenagakerjaan

Andi Gani Ungkap Alasan Ditunjuk jadi Penasehat Kapolri Bidang Ketenagakerjaan

Nasional
PKB Siap Bikin Poros Tandingan Hadapi Ridwan Kamil di Pilkada Jabar

PKB Siap Bikin Poros Tandingan Hadapi Ridwan Kamil di Pilkada Jabar

Nasional
Hari Pendidikan Nasional, Serikat Guru Soroti Kekerasan di Ponpes

Hari Pendidikan Nasional, Serikat Guru Soroti Kekerasan di Ponpes

Nasional
Bukan Staf Ahli, Andi Gani Ditunjuk Jadi Penasehat Kapolri Bidang Ketenagakerjaan

Bukan Staf Ahli, Andi Gani Ditunjuk Jadi Penasehat Kapolri Bidang Ketenagakerjaan

Nasional
Anies Belum Daftar ke PKB untuk Diusung dalam Pilkada DKI 2024

Anies Belum Daftar ke PKB untuk Diusung dalam Pilkada DKI 2024

Nasional
PAN Persoalkan Selisih 2 Suara tapi Minta PSU di 5 TPS, Hakim MK: Mungkin Enggak Setengah Suara?

PAN Persoalkan Selisih 2 Suara tapi Minta PSU di 5 TPS, Hakim MK: Mungkin Enggak Setengah Suara?

Nasional
Kuasa Hukum KPU Belum Paham Isi Gugatan PDI-P di PTUN

Kuasa Hukum KPU Belum Paham Isi Gugatan PDI-P di PTUN

Nasional
KPK Sita Pabrik Kelapa Sawit Bupati Nonaktif Labuhan Batu, Nilainya Rp 15 M

KPK Sita Pabrik Kelapa Sawit Bupati Nonaktif Labuhan Batu, Nilainya Rp 15 M

Nasional
Sidang Praperadilan Tersangka TPPU Panji Gumilang Berlanjut Pekan Depan, Vonis Dibacakan 14 Mei

Sidang Praperadilan Tersangka TPPU Panji Gumilang Berlanjut Pekan Depan, Vonis Dibacakan 14 Mei

Nasional
Hukuman Yusrizki Muliawan di Kasus Korupsi BTS 4G Diperberat Jadi 4 Tahun Penjara

Hukuman Yusrizki Muliawan di Kasus Korupsi BTS 4G Diperberat Jadi 4 Tahun Penjara

Nasional
Airin dan Ahmed Zaki Dekati PKB untuk Pilkada 2024

Airin dan Ahmed Zaki Dekati PKB untuk Pilkada 2024

Nasional
Anggota DPR Diduga Terima THR dari Kementan, KPK: Bisa Suap, Bisa Gratifikasi

Anggota DPR Diduga Terima THR dari Kementan, KPK: Bisa Suap, Bisa Gratifikasi

Nasional
Mendagri Serahkan Data Pemilih Potensial Pilkada 2024, Jumlahnya 207,1 Juta

Mendagri Serahkan Data Pemilih Potensial Pilkada 2024, Jumlahnya 207,1 Juta

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com