Selain itu, SDA dan Romahurmuziy juga berurusan dengan hukum karena masing-masing terlibat kasus korupsi.
Baca juga: Jadi Plt Ketum PPP Gantikan Suharso, Mardiono: Kita Semua Harus Patuhi AD/ART
Karena hasil pada Pemilu 2019 lalu, PPP pun harus berkoalisi dengan Partai Golkar dan PAN untuk bisa mengusung calon presiden dan calon wakil presiden pada Pemilu 2024 mendatang.
Kenyataan PPP yang terus mengalami penurunan perolehan suara dan kursi di DPR membuat mantan Ketua Umum Hamzah Haz khawatir.
Menurut dia, jika kondisi itu dibiarkan dan PPP tidak mengambil langkah cepat dan tepat, maka kemungkinan PPP akan terpental dari DPR dalam Pemilu 2024 mendatang.
"Alhamdulillah Pemilu 1999 sampai 2004 kita itu mendapatkan 58 kursi. Kita nomor tiga, PDIP, Golkar dan PPP. Kemudian setelah itu terjadi penurunan-penurunan yang cukup membuat galau," ujar Hamzah melalui konferensi video dalam penutupan Muktamar IX PPP, Minggu (20/12/2020).
Menurut Hamzah, kemunduran PPP terjadi pada masa kepemimpinan SDA. Lantas pada masa kepemimpinan Romahurmuziy yang menggantikan juga tidak bisa mengerek perolehan suara PPP.
Hamzah hanya berpesan supaya para pengurus PPP mengelola partai dengan baik jika masih ingin melihat partai itu ada di DPR pada 2024 mendatang.
Baca juga: Pemberhentian Suharso Monoarfa sebagai Ketum PPP Dinilai untuk Meredam Kegaduhan
"Tahun 2009 waktu itu dipimpin Suryadharma turun dari 58 jadi 38 kursi, kemudian zamannya Rommy 39 kursi dan yang tahun 2019 tinggal 19 kursi. Jadi saya di sini katakan kalau ini tidak dikelola sungguh-sungguh bisa nanti Pemilu 2024 bisa hilang PPP-nya," kata Hamzah, seperti dikutip dari Tribunnews.
Hamzah Haz pernah rela meninggalkan posisinya sebagai Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal di era Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie, dan memilih fokus mengurus PPP menjelang Pemilu 1999.
Keputusan itu diambil Hamzah karena dia menilai ceruk pemilih PPP bisa tergerus jika tidak bisa bersaing dengan partai-partai bercorak Islam lain yang muncul.
Sebab saat itu Abdurrahman Wahid sudah mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang lekat dengan NU, sedangkan Amien Rais mendirikan PAN yang dekat dengan Muhammadiyah.
Hamzah Haz kemudian sempat umrah ke Mekah, Arab Saudi. Setelah pulang, dia kemudian mengganti lambang PPP yang tadinya berupa bintang dengan latar hijau di masa Orde Baru dan kembali menjadi Ka'bah.
Selain itu, Hamzah Haz juga fokus berkampanye di daerah-daerah di luar kantong pemilih PKB dan PAN. Alhasil, PPP bisa meraih 58 kursi pada Pemilu 1999.
Baca juga: Soal Pemecatan Suharso Monoarfa, Jokowi: Itu Urusan Internal, Biar Dirampungkan PPP
Suharso Monoarfa saat itu berjanji menargetkan PPP bisa lolos parliamentary threshold (PT) pada Pemilu 2024 mendatang.
Ia berjanji, target tersebut bakal tercapai oleh PPP pada pemilu 2024 dengan upaya menggenjot perolehan suara oleh seluruh perangkat partai.
"Insya Allah PPP akan lolos dari parliamentary threshold 2024. Insya Allah partai yang kita cintai ini akan kembali ke masa jayanya dan ini hanya bisa dilakukan secara bersama-sama," kata Suharso saat Muktamar IX PPP yang disiarkan di chanel Youtube Petiga TV, Sabtu (19/12/2020) malam.
"Itu yang bisa saya janjikan, kerja-kerja elektoral akan tetap kita laksanakan," tambahnya.
Suharso menambahkan, pihaknya juga akan berjuang total pada Pemilu 2024 nanti untuk mengembalikan kejayaan partai berlambang Ka'bah itu seperti pada Pemilu 1999 lalu, yang mendapatkan suara hingga 11 juta lebih.
Berita ini sudah tayang di Tribunnews dengan judul "Hamzah Haz: PPP Bisa Hilang dalam Pemilu 2024 Jika Tidak Dikelola Sungguh-sungguh."
(Penulis : Tatang Guritno | Editor : Bagus Santosa, Sabrina Asril)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.