JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes mengungkapkan ada sejumlah isu yang akan dihadapi calon pemimpin Indonesia, pasca pergantian kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2024.
Isu pertama adalah soal lingkungan di mana juga menjadi sorotan dunia, utamanya negara-negara di Eropa.
"Sekarang ini negara-negara, terutama negara-negara di Eropa sangat concern pada isu lingkungan. Bahkan misalnya dalam pertemuan G20 dan kita menjadi presidensi G20, ada kebijakan untuk mendorong deforestasi," kata Arya dalam diskusi bertajuk "Memaknai Mandat Politik untuk Puan Maharani", di Cikini, Jakarta, Rabu (27/7/2022).
Baca juga: CSIS: Ada 1.221 Kekerasan Kolektif di Indonesia pada 2021, Terbanyak di Jatim
Ia mengatakan, calon pemimpin Indonesia juga mesti memahami persoalan lingkungan dunia ke depan.
Dia menyebutkan, misalnya di Portugal terjadi gelombang panas yang menyebabkan hampir ribuan orang meninggal dunia.
"Indonesia, kita beberapa tempat bahkan di kota besar, mengalami banjir. Jadi tantangan lingkungan, perubahan iklim, ke depan akan semakin berat. Dan kita sedang menghadapi itu," ujarnya.
Isu kedua yang mesti dihadapi calon pemimpin yaitu mengenai kesehatan.
Baca juga: CSIS Soroti Terbentuknya Koalisi Pemilu 2024 yang Cenderung Lebih Awal
Dia mengingatkan, persoalan kesehatan karena pandemi Covid-19 masih menjadi tantangan Indonesia dan dunia ke depan.
Terlebih, situasi Covid-19 dinilai kerap berubah. Kasus aktif di Indonesia contohnya, kadang mengalami kenaikan atau penurunan.
"Enggak menutup kemungkinan ke depan isu-isu kesehatan, krisis kesehatan masih terjadi," terang Arya.
"Beberapa waktu lalu misalnya, tiga hari lalu badan kesehatan dunia atau WHO mengumumkan soal cacar monyet jadi darurat kesehatan global," sambungnya.
Baca juga: CSIS: Pilpres 2024 Berpotensi Terjadi Dua Putaran
Untuk Indonesia, tantangan bidang kesehatan juga masih seputar gizi buruk dan stunting pada anak.
Kemudian, isu berikutnya adalah soal ancaman krisis ekonomi yang kini juga tengah dihadapi oleh beberapa negara di dunia.
Dia mencontohkan beberapa negara maju juga tak luput dari ancaman krisis ekonomi akibat inflasi.
"Nah di kita sekarang bagusnya inflasi kita terkendali, tapi kan tantangan ke depan kita enggak tahu seperti apa," kata dia.
Baca juga: Survei CSIS: 51,8 Persen Ahli Tak Puas dengan Kinerja Anies-Riza
"Nah begitu juga soal isu isu ketimpangan itu masih terjadi dan juga soal bonus demografi, akan terjadi urbanisasi, orang akan berpindah dari desa ke kota karena di desa tidak tersedia lapangan kerja," tambah Arya.
Atas hal-hal tersebut, Arya menilai bahwa situasi tantangan dunia ke depan akan semakin berat.
Oleh karena itu, Indonesia membutuhkan pemimpin yang memiliki visi ke depan.
"Kita tentu butuh pemimpin yang teruji. Nah teruji itu maksud saya begini, apakah dia dengan situasi yang berat seperti itu, bagaimana pemimpin tersebut mampu memimpin dalam situasi krisis," nilai Arya.
Baca juga: Survei CSIS: Ridwan Kamil di Posisi Teratas sebagai Calon Pemimpin Jakarta Pasca-pemindahan Ibu Kota
Selain itu, Arya berpandangan bahwa Indonesia membutuhkan pemimpin yang mampu berkolaborasi, tidak hanya antar sesama elite politik, tetapi juga dengan pihak swasta.
"Karena ke depan, negara memang enggak bisa kalau kita kerja sendiri. Negara harus kolaborasi dengan sektor swasta," pungkas Arya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.