Tanpa kehadiran perbedaan, kata Retno, unilateralisme akan menjadi norma. Dengan demikian, yang perkasa akan mengambil andil paling besar.
"Tentunya bukan ini yang kita inginkan. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga multilateralisme agar terwujud. Multilateralisme adalah satu-satunya mekanisme di mana semua negara terlepas dari ukuran dan kekayaannya, berdiri di atas pijakan yang sama dan diperlakukan sama," ungkap Retno.
Baca juga: Kunjungi Rusia dan Ukraina di Tengah Perang, Nasdem Anggap Nyali Jokowi Patut Dicontoh
Menurut Retno, suara semua negara, baik besar dan kecil, utara dan selatan, maju dan berkembang, harus didengar.
Itulah sebabnya presidensi G20 Indonesia mengundang untuk pertama kalinya perwakilan dari negara-negara berkembang pulau kecil, PIF dan CARICOM, bersama Uni Afrika.
Karena di dunia yang terpolarisasi ini, Retno berkata, kepentingan negara kecil dan kekhawatiran mereka juga penting.
Multilateralisme, kata Retno, merupakan satu-satunya cara untuk mengoordinasikan tanggapan secara efektif terhadap tantangan global.
"Oleh karena itu, marilah kita berusaha sekuat tenaga untuk memperkuat kepercayaan strategis dan saling menghormati serta menjunjung tinggi semua landasan dan prinsip yang kita bangun sejak tahun 1945 ketika PBB didirikan," jelas Retno.
(Penulis : Fika Nurul Ulya | Editor : Bagus Santosa)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.