Ridho cs khawatir bahwa partai ini sengaja dibentuk guna melemahkan atau mendompleng gerakan mahasiswa saat ini.
"Ini sebuah pengklaiman yang sangat merugikan bagi seluruh mahasiswa Indonesia terkhusus BEM Nusantara," ujar Ridho.
"Sekali lagi kami tegaskan bahwa partai tersebut sama sekali tidak merepresentasikan semua mahasiswa Indonesia yang sejatinya selalu menjadi agen of control dari setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah," sebutnya.
Lantaran dianggap tidak merepresentasikan mahasiswa, ia pun mempertanyakan orientasi partai tersebut.
Ia mencurigai, partai ini dibentuk oleh pihak lain yang ingin melemahkan gerakan mahasiswa.
"Kekhawatiran kami, setiap gerakan mahasiswa ke depan didompleng oleh Partai Mahasiswa Indonesia. Padahal, belum tentu apa yang diperjuangkan mahasiswa dan Partai Mahasiswa selaras," ucapnya.
"Kita tidak tahu orientasi partai itu apa. Upaya penggembosan dan pembungkaman lewat Partai Mahasiswa indonesia ini sangat kami khawatirkan, di mana setiap gerakan mahasiswa ke depan kami pikir akan diklaim oleh Partai Mahasiswa Indonesia," jelas Ridho.
Koordinator Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) Kaharuddin juga menyatakan bahwa pihaknya menolak keberadaan Partai Mahasiswa Indonesia sebagai representasi gerakan mahasiswa.
“BEM SI tegas menolak dan mengecam keras pemakaian nama ‘mahasiswa Indonesia’,” kata Kaharuddin kepada Kompas.com, Senin (25/4/2022) sore.
Kaharuddin menjelaskan, hakikat gerakan mahasiswa adalah gerakan di luar parlemen atau ekstraparlementer.
Baca juga: BEM SI Tegas Menolak Keberadaan Partai Mahasiswa Indonesia
Hal ini tak terlepas dengan keadaan bahwa status “mahasiswa” berlaku hanya dalam hitungan tahun, sehingga tongkat estafet gerakan mesti diwariskan dari generasi ke generasi.
“Mahasiswa ini kan dia tidak selamanya mahasiswa. Kalau sudah selesai mahasiswanya, apakah sudah tidak anggota partai lagi?” sindir Kaharuddin.
“Kalau partai kan harus lama di sana, sedangkan mahasiswa kan sementara. Jadi, kalau sudah lulus, ganti saja (nama partainya), kan bukan mahasiswa lagi,” imbuhnya.
Kaharuddin menjelaskan bahwa kekuatan oposisi terhadap pemerintahan atau elite politik mesti dibangun di dalam dan di luar parlemen.
Melihat komposisi parlemen yang saat ini dikuasai partai pendukung pemerintah, maka perjuangan di luar parlemen menjadi hal mutlak.