Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bila Pemilu Ditunda Diprediksi Bakal Ada Upaya Politik Lain yang Ubah Tatanan

Kompas.com - 17/03/2022, 18:48 WIB
Mutia Fauzia,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Dewan Pembina Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini menyoroti akibat yang terjadi bila wacana penundaan Pemilu 2024 yang saat ini digaungkan beberapa elite politik dan pemerintahan terealisasi.

Ia mengatakan, bila wacana penundaan Pemilu 2024 digolkan, para penggagasnya tak akan berhenti sampai di situ.

Akan muncul sikap-sikap politik baru yang berupaya untuk mengubah tatanan yang telah diatur melalui konstitusi.

Baca juga: Luhut dan Mahfud Beda Sikap soal Penundaan Pemilu, di Mana Kuasa Jokowi?

"Akan ada sikap politik baru, yakni misalnya pilpres (pemilihan presiden) tidak perlu langsung, kemudian pilkada tidak perlu langsung, kemudian masa jabatan tidak cukup lima tahun, maka dibuat tujuh tahun, 10 tahun, kemudian bisa saja periodisasi (jabatan) jangan hanya dua periode, tapi tambah tiga periode," kata Titi dalam diskusi Perkumpulan Survei Opini Publik Indonesia, Jakarta, Kamis (17/3/2022).

Ia pun mengatakan, bila wacana penundaan Pemilu 2024 terealisasi, kemungkinan pemberangusan suara rakyat kian terbuka lebar.

Pasalnya, suara rakyat tak lagi dianggap begitu penting ketimbang kepentingan ekonomi.

Kedaulatan rakyat yang berbentuk pemilu pun justru dianggap berisiko mengganggu stabilitas.

"Selain itu ada kemungkinan polarisasi juga menguat karena ketidakpuasan, kegundahan, kekacauan, dan instabilitas di berbagai sektor," kata Titi.

Baca juga: Gaduh Isu Penundaan Pemilu di Kabinet Jokowi dan Anomali Tak Ada Visi Menteri

Titi juga menjelaskan, pemahaman yang menganggap pemilu sebagai beban dan menghambat akan dilembagakan oleh pihak-pihak yang berupaya mengegolkan wacana tersebut.

Saat hal yang paling fundamental, yakni komitmen terhadap konstitusi dipatahkan, akan terbangun sikap ekstrem lainnya.

"Dan ketika pemilu secara berkala tidak dipraktikkan sebagai indikator pemilu yang demokratis, maka hal itu yang akan memicu ketidakpastian politik, hukum, yang berdampak pula pada ketidakpastian ekonomi dan dunia usaha," jelas Titi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com