Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita 2 Kasus Ledakan di Masjid Istiqlal

Kompas.com - 22/02/2022, 12:10 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Editor

Ledakan bom pada 1999

Peristiwa ledakan di Masjid Istiqlal juga terjadi pada 19 April 1999 sekitar pukul 15.15 WIB.

Bom itu diletakkan para pelaku di sudut luar kantor Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOIWI).

Akibat ledakan bahan peledak (disebut bom) itu, dinding lantai dasar masjid Istiqlal rusak, sekretariat masjid terbesar di Asia Tenggara itu mengalami kerusakan, dan pipa AC rusak. Sedangkan lima orang luka-luka akibat ledakan tersebut.

Kondisi politik dalam negeri saat itu tengah menghangat selepas reformasi dan lengsernya Presiden Soeharto pada 1998 dan menjelang Pemilu 1999. Peristiwa itu juga terjadi empat hari setelah ledakan serupa di lantai dasar Hayamwuruk Plaza yang diikuti perampokan bersenjata di BCA Cabang Pembantu Gang Kancil (Jl Keamanan), Jakarta Barat.

Baca juga: Masjid Istiqlal Dibangun di Bekas Benteng Belanda, Simbol Kemerdekaan dari Penjajah

Dari hasil pemeriksaan TKP diketahui bahan baku bom yang dipakai pelaku adalah TNT (Trinitro toluena) dan Kalium Chlorat (KClO3).

Mabes Polri lantas memburu orang-orang yang diduga pelaku. Penyidik kemudian menangkap tujuh orang yang disebut sebagai pelaku.

Mereka adalah Surya Setiawan bin Madhari Oedino alias Wawan (26), Nurli alias Ruly (20), Jamhuri Litamahu Putty alias Boy (20), Semi Sedubun bin Soeharto Djemling (22), Atin alias Japra bin Weli (17), Suradi bin A Sanusi (18), dan Uci Sanusi alias Uci Unus. Ternyata ketujuh orang itu berprofesi sebagai pengamen.

Mereka dicokok polisi dari sejumlah tempat di Jakarta dan Tangerang.

Ketujuh tersangka dijerat dengan pasal 1 ayat 1 Undang-Undang (UU) Darurat No 12/1951 jo pasal 55,56 KUHP mengenai Amunisi dan Bahan Peledak.

Baca juga: Kisah Friedrich Silaban: Pergolakan Batin Arsitek Masjid Istiqlal dan Kedekatannya dengan Soekarno

Menurut Wawan, dia terpaksa melakukan hal itu karena dia diancam seseorang yang misterius. Orang itu datang kepadanya dengan memperlihatkan foto keluarganya. Jika dia menolak maka keluarganya bakal dianiaya.

Wawan mengatakan sejak pertemuan pertama itu dia hanya menerima perintah tertulis untuk meletakkan bom itu. Sejumlah kendaraan yang digunakan pelaku ternyata sudah disiapkan di dekat penjual bakso di kawasan Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat, serta sebuah mobil Suzuki Escudo.

Pada 18 Oktober 1999, Hakim Rasmudi Salamun dari Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menjatuhkan vonis 3.5 tahun penjara untuk Wawan.

Sumber:

KOMPAS edisi 17 April 1978: Ledakan di Masjid Istiqlal Jumat Malam, Tujuh Orang Ditahan untuk Pengusutan.

KOMPAS edisi 18 April 1978: Telah Dibebaskan, Enam dari Tujuh Orang yang Ditahan.

KOMPAS edisi 26 April 1978: Rp 15 Juta Biaya Perbaikan Masjid Istiqlal.

KOMPAS edisi 15 Juni 1999: Ungkap Kasus Peledakan Istiqlal: Para Tersangka di Bawah Ancaman.

KOMPAS edisi 16 Juni 1999: Rekonstruksi Peledakan Istiqlal Dijaga Ketat.

KOMPAS edisi 8 September 1999: Pelaku Peledakan di Masjid Istiqlal Mulai Diadili.

KOMPAS edisi 19 Oktober 1999: 3,5 Tahun untuk Pembom Istiqlal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polri dan Kepolisian Thailand Sepakat Buru Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polri dan Kepolisian Thailand Sepakat Buru Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Lewat Ajudannya, SYL Minta Anak Buahnya di Kementan Sediakan Mobil Negara Dipakai Cucunya

Lewat Ajudannya, SYL Minta Anak Buahnya di Kementan Sediakan Mobil Negara Dipakai Cucunya

Nasional
KPK Duga Eks Wakil Ketua DPR Azis Syamsuddin Terima Fasilitas di Rutan Usai Bayar Pungli

KPK Duga Eks Wakil Ketua DPR Azis Syamsuddin Terima Fasilitas di Rutan Usai Bayar Pungli

Nasional
Desta Batal Hadir Sidang Perdana Dugaan Asusila Ketua KPU

Desta Batal Hadir Sidang Perdana Dugaan Asusila Ketua KPU

Nasional
Soal Lonjakan Kasus Covid-19 di Singapura, Kemenkes Sebut Skrining Ketat Tak Dilakukan Sementara Ini

Soal Lonjakan Kasus Covid-19 di Singapura, Kemenkes Sebut Skrining Ketat Tak Dilakukan Sementara Ini

Nasional
DKPP Akan Panggil Sekjen KPU soal Hasyim Asy'ari Pakai Fasilitas Jabatan untuk Goda PPLN

DKPP Akan Panggil Sekjen KPU soal Hasyim Asy'ari Pakai Fasilitas Jabatan untuk Goda PPLN

Nasional
Menhub Usul Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Masuk PSN

Menhub Usul Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Masuk PSN

Nasional
SYL Diduga Minta Uang ke Para Pegawai Kementan untuk Bayar THR Sopir hingga ART

SYL Diduga Minta Uang ke Para Pegawai Kementan untuk Bayar THR Sopir hingga ART

Nasional
Delegasi DPR RI Kunjungi Swedia Terkait Program Makan Siang Gratis

Delegasi DPR RI Kunjungi Swedia Terkait Program Makan Siang Gratis

Nasional
Hari Ke-11 Penerbangan Haji Indonesia, 7.2481 Jemaah Tiba di Madinah, 8 Wafat

Hari Ke-11 Penerbangan Haji Indonesia, 7.2481 Jemaah Tiba di Madinah, 8 Wafat

Nasional
Ketua KPU Protes Aduan Asusila Jadi Konsumsi Publik, Ungkit Konsekuensi Hukum

Ketua KPU Protes Aduan Asusila Jadi Konsumsi Publik, Ungkit Konsekuensi Hukum

Nasional
Sindir Bobby, PDI-P: Ada yang Gabung Partai karena Idealisme, Ada karena Kepentingan Praktis Kekuasaan

Sindir Bobby, PDI-P: Ada yang Gabung Partai karena Idealisme, Ada karena Kepentingan Praktis Kekuasaan

Nasional
Eks Kakorlantas Polri Djoko Susilo Ajukan PK Lagi, Kilas Balik 'Cicak Vs Buaya Jilid 2'

Eks Kakorlantas Polri Djoko Susilo Ajukan PK Lagi, Kilas Balik "Cicak Vs Buaya Jilid 2"

Nasional
JK Singgung IKN, Proyek Tiba-tiba yang Tak Ada di Janji Kampanye Jokowi

JK Singgung IKN, Proyek Tiba-tiba yang Tak Ada di Janji Kampanye Jokowi

Nasional
Soal Peluang Ahok Maju Pilkada DKI atau Sumut, Sekjen PDI-P: Belum Dibahas, tetapi Kepemimpinannya Diakui

Soal Peluang Ahok Maju Pilkada DKI atau Sumut, Sekjen PDI-P: Belum Dibahas, tetapi Kepemimpinannya Diakui

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com