JAKARTA, KOMPAS.com - Berbagai kecaman datang usai terungkapnya sel kerangkeng manusia di rumah Bupati nonaktif Langkat, Terbit Rencana Perangin-angin. Sejumlah tokoh bahkan mengutuk hal tersebut.
Adanya kerangkeng yang digunakan untuk mengurung orang di rumah Bupati nonaktif Langkat diketahui setelah politikus Golkar tersebut terseret kasus korupsi dan ditahan KPK.
Kasus ini berawal dari laporan Migrant Care yang mengatakan kerangkeng, lengkap dengan gemboknya, dihuni para pekerja pabrik kelapa sawit milik Terbit Rencana Perangin-angin.
Menurut Migrant Care, para pekerja tersebut setiap harinya dipaksa bekerja tanpa diberikan gaji. Usai bekerja, mereka dikurung sehingga tak memiliki akses keluar.
Baca juga: Begini Penampakan Kerangkeng di Rumah Mewah Bupati Langkat, Toilet dan Ranjang Ada di Satu Ruangan
Tak hanya itu, pekerja ini hanya diberi dimakan 2 kali sehari dan diduga mengalami penganiayaan. Atas dugaan perbudakan tersebut, Migrant Care kemudian melaporkannya ke Komnas HAM.
Komnas HAM pun langsung melakukan investigasi. Polisi juga menyelidiki, dan BNN segera turun memeriksa.
Kehadiran BNN lantaran Terbit Rencana Perangin-angin mengaku penghuni kerangkeng di rumahnya adalah pecandu narkoba yang sedang mengikuti program pembinaan.
Program pembinaan disebut sudah dilakukan Terbit Rencana Perangin-angin selama 10 tahun, namun tidak memiliki izin resmi.
Baca juga: Ekstra Puding Jadi Bayaran Bupati Langkat untuk Penghuni Kerangkeng yang Dipekerjakan
Dari hasil penyelidikan sementara Polisi diketahui, para penghuni kerangkeng diminta bekerja dengan dalih sebagai pembinaan agar memiliki keahlian usai keluar dari 'penjara' kerangkeng.
"Mereka tidak diberikan upah seperti pekerja. Mereka diberikan ekstra puding dan makan," ungkap Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Ahmad Ramadhan, di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (25/1/2022).
Selain pecandu narkoba, Bupati nonaktif Langkat juga disebut melakukan pembinaan kepada remaja nakal. Ramadhan mengatakan, jumlah warga binaan di rumah Terbit Perangin-angin saat ini awalnya berjumlah 48 orang, namun sebagian sudah dipulangkan sehingga tinggal 30 orang.
"Pihak keluarganya menyerahkan kepada pengelola untuk dilakukan pembinaan. Yang mana orang-orang tersebut dibina kecanduan narkoba dan kenakalan remaja dan diserahkan dengan membuat surat pernyataan," katanya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.