Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KSAL Sayangkan BP2MI Tak Terbuka Terkait Investigasi Penyelundupan Migran Ilegal

Kompas.com - 05/01/2022, 13:17 WIB
Achmad Nasrudin Yahya,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono menyayangkan sikap Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) mengenai hasil investigasi pengiriman pekerja migran ilegal.

Dalam investigasi ini, BP2MI menyebutkan adanya dugaan keterlibatan prajurit TNI AL dan TNI Angkatan Udara dalam pengiriman pekerja migran ilegal yang tenggelam di Perairan Johor, Malaysia, pada 15 Desember 2021.

"Info seperti itu seharusnya diberikan kepada kami sehingga kami ini bisa menindaklanjuti. Nah ini sesama aparat pemerintah tidak saling terbuka, ini kan susahnya gitu," ujar Yudo usai memimpin upacara peringatan HUT ke-59 Korps Wanita TNI Angkatan Laut (Kowal) di Mabes TNI AL, Jakarta, Rabu (5/1/2022).

Ketika mengumumkan temuan ini, Yudo mengatakan, BP2MI seharusnya menyampaikan identitas prajurit yang diduga terlibat dalam penyelundupan pekerja migran ilegal.

Baca juga: BP2MI Duga Oknum TNI AU dan AL Terlibat Pengiriman TKI Ilegal yang Tenggelam di Malaysia

Ia mengatakan bahwa setiap prajurit TNI AL sudah jelas mempunyai nama, seragam, hingga dinas kesatuannya.

Karena itu, Yudo meminta agar BP2MI tidak perlu takut untuk menyampaikan informasi kepada TNI AL.

"Sebutkan saja kenapa mesti takut. Enggak ada efek apa-apa kok, malah justru saya senang karena tidak ada prajurit yang lolos dari hukum, tidak ada prajurit yang lolos dari hukum," tegas dia.

Ia memastikan bahwa pihaknya akan menindak tegas apabila prajuritnya terbukti terlibat dalam kasus ini.

Akan tetapi, ia meminta BP2MI benar-benar terbuka supaya temuannya tak seolah mencari kambing hitam.

Baca juga: Kepala BP2MI: Pengiriman Pekerja Migran Ilegal ke Malaysia Dilakukan secara Terorganisasi

"Saya harapkan ini masing-masing pemerintah bisa saling terbuka untuk evaluasi ke depan harus lebih baik jangan sampai ada kejadian seperti itu lagi," tegas Yudo.

"Jangan sampai ketika terjadi seperti itu mencari-cari kambing hitam menyalah-nyalahkan TNI," sambung Yudo.

Meski menganggap BP2MI tertutup terkait keterlibatan oknum TNI AL itu, KSAL memastikan bahwa proses investigasi internal tetap berlangsung.

Saat ini sudah diketahui, Polisi Militer TNI Angkatan Laut saat ini tengah memeriksa seorang prajurit yang diduga terlibat.

"Sekarang ini kami periksa di Pomal. Kami akan dalami dulu," ujar Yudo.

Yudo mengatakan, prajurit tersebut mengontrakkan rumah pribadinya kepada seseorang yang ternyata digunakan sebagai tempat penampungan pekerja migran ilegal.

Kepada penyidik, prajurit itu mengaku tidak mengetahui bahwa rumah tersebut digunakan sebagai tempat penampungan pekerja migran ilegal.

"Masa orang rumahnya dikontrak enggak tahu siapa yang ngontrak, terus digunakan ilegal masa kamu enggak tahu? Makanya ini masih didalami," terang Yudo.

Sebelumnya diberitakan, Kepala BP2MI Benny Rhamdani menduga ada keterlibatan anggota TNI AU dan TNI AL dalam pengiriman pekerja migran ilegal ke Malaysia.

Dugaan ini didapatkan BP2MI berdasarkan hasil investigasi tim khusus terhadap peristiwa tenggelamnya kapal yang mengangkut PMI ilegal di perairan Johor, Malaysia beberapa waktu lalu.

Hasil investigasi, pengiriman PMI itu dilakukan secara terorganisasi.

Kapal pengangkut PMI itu kemudian mengalami kecelakaan pada 15 Desember 2021 lalu sekitar pukul 05.00 WIB.

Baca juga: TNI AU Tahan Serka S, Diduga Terlibat Pengiriman PMI Ilegal yang Tenggelam di Malaysia

Selain puluhan orang meninggal dunia, ada belasan orang yang selamat dan beberapa masih belum ditemukan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com