Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Presidential Threshold Diturunkan Nol Persen, Enggak Akan Banyak Juga Calonnya

Kompas.com - 20/12/2021, 17:00 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio ragu akan banyak tokoh yang muncul saat pemilihan presiden (pilpres), meskipun ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold dihapus menjadi nol persen.

"Menurut saya, kalau presidential threshold pun diturunkan nol persen. Ini enggak akan banyak juga calonnya," kata Hendri saat dihubungi Kompas.com, Senin (20/12/2021).

Menurut dia, ada dua alasan yang membuat tidak banyak tokoh yang akan muncul di pilpres meskipun ketentuan itu telah dihapus.

Pertama, dari sisi pencalonan diri, tokoh akan berpikir ulang mengenai mahalnya biaya yang harus dikeluarkan jika ingin maju sebagai kandidat.

"Maju jadi calon presiden itu mahal biayanya. Karena negara kita kan kepulauan luas, sulit menjangkaunya. Jadi butuh uang yang tidak sedikit," ucap dia.

Baca juga: Presidential Threshold 20 Persen Dinilai Terlalu Tinggi, Pengamat: Yang Muncul Lu Lagi, Lu Lagi

Alasan kedua, Hendri mengatakan, sepanjang sejarah kepemiluan di Indonesia hanya mencatat paling banyak lima pasangan calon dalam Pilpres.

Hal itu setidaknya terjadi pada saat Pilpres 2004 lalu, di mana pada saat itu hanya ada lima pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yang maju.

Kelimanya yaitu Wiranto-Salahuddin Wahid, Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi, Amien Rais-Siswono Yudo Husodo, Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla, serta Hamzah Haz-Agum Gumelar.

Oleh karena itu, ia menyarankan agar partai politik menggelar konvensi apabila publik menginginkan banyaknya tokoh-tokoh yang dihadirkan dalam Pilpres.

Ia mencontohkan konvensi dari Partai Golkar pada 2004 yang diikuti sejumlah tokoh untuk diusung dalam Pilpres.

Pada akhirnya, konvensi Golkar itu memutuskan untuk mendorong Wiranto maju dalam Pilpres 2004.

Hendri berpandangan, konvensi Golkar merupakan salah satu konvensi serius yang digelar partai politik.

Baca juga: Presidential Threshold: Pengertian dan Sejarahnya dari Pemilu ke Pemilu di Indonesia

"Hasil konvensi itu benar-benar harus didorong sebagai capres, seperti yang dilakukan oleh Golkar, yang menang konvensi Wiranto ya Wiranto yang didorong," tutur dia.

Di sisi lain, ia menilai bahwa partai politik memang harus mampu untuk menghadirkan tokoh baru dalam pilpres ke depannya.

Hal itu menjadi suatu keharusan untuk dapat melihat animo masyarakat terkait sosok yang akan menjadi pemimpin nasional ke depan.

"Nah konvensi ini adalah salah satu cara untuk partai politik mendorong nama lain, dan itu juga bagus. Jadi mereka bisa melihat animo masyarakat sebetulnya siapa yang akan bakal mendapatkan dukungan lebih banyak pada pemilu nanti," pungkas Hensat.

Diberitakan sebelumnya, beberapa waktu ke belakang kancah perpolitikan Indonesia tengah disibukkan dengan wacana penghapusan presidential threshold 20 persen.

Bahkan, wacana itu semakin ditegaskan dengan munculnya sejumlah gugatan oleh perseorangan maupun dari kelompok kepada Mahkamah Konstitusi (MK) agar melakukan uji materi Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.

Baca juga: Membandingkan Sikap Parpol soal Presidential Threshold Jelang 2024 dan di Pemilu Sebelumnya

Dalam permohonan itu, sejumlah pihak meminta agar MK menetapkan ambang batas pencalonan presiden sebesar nol persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Nasional
Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

Nasional
Di Hadapan Relawan, Ganjar: Politik Itu Ada Moral, Fatsun dan Etika

Di Hadapan Relawan, Ganjar: Politik Itu Ada Moral, Fatsun dan Etika

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Tak Sejalan dengan Pemerintahan Efisien

Ide Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Tak Sejalan dengan Pemerintahan Efisien

Nasional
Chappy Hakim: Kita Belum Punya Konsep Besar Sistem Pertahanan Indonesia, Gimana Bicara Pengembangan Drone?

Chappy Hakim: Kita Belum Punya Konsep Besar Sistem Pertahanan Indonesia, Gimana Bicara Pengembangan Drone?

Nasional
Dukung Khofifah di Pilgub Jatim, Zulhas: Wakilnya Terserah Beliau

Dukung Khofifah di Pilgub Jatim, Zulhas: Wakilnya Terserah Beliau

Nasional
Polisi Buru 2 Buron Penyelundup 20.000 Ekstasi Bermodus Paket Suku Cadang ke Indonesia

Polisi Buru 2 Buron Penyelundup 20.000 Ekstasi Bermodus Paket Suku Cadang ke Indonesia

Nasional
Tanggapi Prabowo, Ganjar: Jangan Sampai yang di Dalam Malah Ganggu Pemerintahan

Tanggapi Prabowo, Ganjar: Jangan Sampai yang di Dalam Malah Ganggu Pemerintahan

Nasional
Tanggapi Prabowo, PDI-P: Partai Lain Boleh Kok Pasang Gambar Bung Karno

Tanggapi Prabowo, PDI-P: Partai Lain Boleh Kok Pasang Gambar Bung Karno

Nasional
Zulhas: Hubungan Pak Prabowo dan Pak Jokowi Dekat Sekali, Sangat Harmonis...

Zulhas: Hubungan Pak Prabowo dan Pak Jokowi Dekat Sekali, Sangat Harmonis...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com