Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

KLB Demokrat, Moeldoko, dan Perencanaan Strategis Jangka Panjang...

Kompas.com - 16/03/2021, 08:26 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
Editor Bayu Galih

UNTUK kesekian kalinya, gonjang ganjing dan perpecahan partai di Indonesia muncul kembali ke permukaan. Kongres Luar Biasa atau KLB yang digelar di Deli Serdang, Sumatera Utara pada Jumat, 5 Maret 2021 menimbulkan polemik di tubuh Partai Demokrat.

KLB itu menetapkan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menjadi ketua umum Partai Demokrat menggantikan Agus Harimurti Yudhoyono.

Presiden Joko Widodo diberitakan telah memanggil Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD dan Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly berkait polemik Partai Demokrat.

Baca juga: Dualisme Demokrat, dari Motif Pencapresan Moeldoko hingga Wacana Tiga Periode Jokowi

Didampingi Mensesneg, Presiden memanggil kedua Menteri pada Senin, 8 Maret 2021.

Perintah Presiden antara lain adalah agar menangani masalah Partai Demokrat sesuai aturan yang berlaku. Menurut Menko Polhukam Mahfud MD: "Presiden menegaskan agar kami tak memihak kubu mana pun".

Agak sulit untuk dapat memahami tentang apa sebenarnya yang tengah terjadi pada hiruk pikuk Partai Demokrat dan juga perpecahan dari banyak partai partai di Indonesia sebelumnya.

Akan tetapi, setidaknya ada juga benang merah yang sayup-sayup tampak dalam setiap perpecahan partai, yaitu sebuah prosesi "perebutan kekuasaan".

The Harvard Study of Adult Development telah dan sedang melakukan satu studi yang mungkin merupakan studi yang paling panjang yang pernah dilakukan.

Studi ini dimulai pada 1938 dengan mengikuti serta mengamati kehidupan dari sebanyak 724 orang sebagai pesertanya.

Baca juga: KSP: KLB Demokrat Tak Ada Sangkut Paut dengan Presiden

Pada awal studi diajukan pertanyaan tentang apa yang dicita-citakan para anak muda di ambang usia remajanya.

Dari seluruh jawaban atas pertanyaan itu, maka disimpulkan bahwa yang dicita-citakan mereka pada umumnya dapat dibagi dalam tiga bagian besar, menjadi orang kaya, menjadi penguasa, dan menjadi orang yang terkenal.

Penjelasan ini mungkin dapat memberikan pemahaman bahwa kekisruhan dan perpecahan partai adalah wujud dari perebutan kekuasaan yang merupakan satu dari tiga besar kelompok yang dicita-citakan orang sejak kecil.

Di sisi lainnya dapat pula dimengerti bahwa tidak ada yang salah dengan keinginanan atau cita-cita untuk menjadi "kaya" atau menjadi orang yang "berkuasa" dan juga untuk menjadi orang terkenal atau populer.

Baca juga: Peneliti ANU Heran Jokowi Tak Tahu Pergerakan Moeldoko di KLB Demokrat

Dengan demikian maka sebenarnya tidak ada pula yang salah bila terjadi dinamika perpecahan partai yang selalu saja terjadi dari waktu ke waktu. Tentu saja dalam hal ini adalah dilihat dari sudut pandang orang-orang yang sejak kecil ingin menggapai cita-citanya.

Sayangnya adalah bahwa proses dinamika pencapaian cita-cita untuk menjadi orang kaya, orang berkuasa, dan orang populer di Indonesia belakangan ini telah tersandera dalam bingkai kurun waktu yang hanya mencapai rentang lima tahunan saja.

Hal ini terutama sekali melanda mereka yang bercita-cita untuk "berkuasa", karena siklus pemilu di Indonesia adalah lima tahun sekali.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com