Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

361.867 Kasus Covid-19 di Indonesia, Pemerintah Diharapkan Tekan Laju Penularan Virus

Kompas.com - 19/10/2020, 09:37 WIB
Fitria Chusna Farisa,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sudah lebih dari tujuh bulan masa pandemi, belum tampak tanda-tanda keberhasilan pemerintah dalam mengendalikan laju penularan virus corona. Hal ini terlihat dari masih bertambahnya kasus Covid-19 di Tanah Air.

Berdasarkan data pemerintah pada Minggu (18/10/2020) pukul 12.00 WIB, tercatat ada 4.105 kasus baru Covid-19 dalam waktu 24 jam.

Penambahan itu menyebabkan jumlah kasus Covid-19 mencapai 361.867, terhitung sejak diumumkannya pasien pertama pada 2 Maret 2020.

Baca juga: UPDATE: Bertambah 4.105, Kini Ada 361.867 Kasus Covid-19 di Indonesia

Upaya pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19 pun dinilai tidak cukup hanya dengan menambah fasilitas kesehatan dan kamar untuk isolasi pasien.

Dokter spesialis paru Erlina Burhan mengatakan, pemerintah harus mampu menekan kasus Covid-19 agar tidak makin bertambah.

Jika pemerintah tak menekan kasus Covid-19 dan terus menambah rumah sakit rujukan, dikhawatirkan tenaga kesehatan akan kewalahan karena jumlahnya terbatas.

"Masalahnya bukan hanya tambah rumah sakit, tambah alat, dan sebagainya. Bukan. Tapi kurangi saja kasusnya. Turunkan kasusnya dengan berbagai cara. Sehingga kerja rumah sakit juga lebih berkualitas," kata Erlina dalam sebuah diskusi virtual, Minggu (18/10/2020).

Baca juga: Pemerintah Diminta Tekan Kasus Covid-19 agar Tenaga Medis Tak Kewalahan

Erlina menuturkan, penambahan jumlah rumah sakit rujukan Covid-19 juga membuat pasien non-Covid-19 enggan memeriksakan diri ke rumah sakit tersebut. Para pasien justru khawatir tertular virus corona.

Sedangkan, banyak masyarakat yang enggan ke rumah sakit merupakan orang-orang dengan penyakit penyerta, seperti hipertensi, jantung, dan lain sebagainya.

Akibatnya, banyak pasien dengan penyakit penyerta meninggal di rumah karena takut untuk memeriksakan diri ke rumah sakit.

"Saya bekerja di RS rujukan melihat ketimpangan. Pada saat pasien sangat banyak sekali, itu terjadi ketimpangan antara pelayanan dengan fasilitas dan tenaga medis," ujar Erlina.

Baca juga: Di Depan Jokowi, Doni Monardo Buka-bukaan soal Kurangnya Dokter Spesialis Paru

Erlina menuturkan, pengendalian virus corona harus berjalan beriringan dengan penanganan ekonomi.

Ia memahami bahwa banyak masyarakat yang terbantu dengan adanya bantuan sosial pemerintah. Namun, masyarakat tak mungkin selamanya bergantung pada bansos.

Erlina mengatakan, kesehatan dan ekonomi dalam pandemi ibarat dua pedal saat mengayuh sepeda. Keduanya harus dijalankan seimbang agar melaju dengan baik dan tak terjatuh.

Di samping itu, edukasi masyarakat untuk selalu memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak juga harus terus dilakukan.

"Kami merasa sedih sekali kalau ekonominya digenjot, kesehatan just business as usual," ujar Erlina.

"Biang keroknya yang saat ini yang terjadi adalah Covid-19, kita sudah tahu masalahnya Covid-19. Maka sebab itu, Covid-19 ini harus kita keroyok beramai-ramai," kata dia.

Baca juga: UPDATE 18 Oktober: Bertambah 80, Pasien Covid-19 Meninggal Kini 12.511 Orang

Berdasarkan data yang dirilis pemerintah, hingga 18 Oktober tercatat ada 12.511 orang yang meninggal  akibat Covid-19. Jumlah tersebut bertambah 80 orang dibandingkan data Sabtu (17/10/2020).

Sementara, pasien sembuh bertambah 3.732 orang. Dengan demikian, total pasien yang sembuh dari Covid-19 menjadi 285.324 orang.

Kemudian, kasus aktif Covid-19 di Indonesia mencapai 64.032 kasus.

Kasus aktif adalah pasien yang dinyatakan positif Covid-19 dan sedang menjalani perawatan. Mereka dirawat di rumah sakit atau sedang menjalani isolasi mandiri.

Pemerintah juga mencatat angka kasus suspek yang masih terbilang tinggi. Hingga 18 Oktober, ada 159.715 suspek terkait virus corona atau Covid-19 di Indonesia.

Baca juga: UPDATE 18 Oktober: Kasus Aktif Covid-19 di Jakarta Jadi 13.140 Orang

Sementara, jumlah spesimen yang diperiksa pemerintah terkait kasus Covid-19 mencapai 4.056.336 spesimen. Jumlah spesimen tersebut didapat dari 2.528.319 orang yang diperiksa.

Pemerintah juga menyampaikan bahwa dalam 24 jam terakhir telah diperiksa 36.378 spesimen dari 22.421 orang. Spesimen dari satu orang dapat diperiksa lebih dari satu kali.

Adapun, pemeriksaan spesimen dilakukan dengan menggunakan tes real time polymerase chain reaction (PCR) dan tes cepat molekuler (TCM).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com