Kemudian, sekitar 10 petugas polisi militer merangsek ke dalam pesawat. Petugas tersebut kemudian menanyai sejumlah penumpang, pramugari, dan pilot Pantun Matondang.
Usai 20 menit melakukan pemeriksaan, polisi militer kemudian mempersilakan para penumpang turun
Jenazah pria kelahiran Batu, Malang, Jawa Timur, kemudian dibawa turun. Jenazah Munir masih dalam penanganan otoritas bandara.
Baca juga: Kios Kecil dan Sayup Suara Dokumen TPF Pembunuhan Munir
Kemudian, petugas melakukan autopsi.
Kini, setelah belasan tahun peritiwa kelam itu terjadi, ternyata masih menyisakan tabir. Pasalnya, hingga kini belum diketahui fakta yang menjabarkan secara pasti mengenai kronologi kematian Munir.
Namun, petunjuk Munir tewas diracun nampak terlihat pasca-pesawat yang ditumpanginya transit di Bandara Changi atau pada saat pesawat lepas landas melanjutkan penerbangannya menuju Negeri Kincir Angin.
Baca juga: Suciwati dan Ruang-ruang Kengerian yang Dilaluinya Bersama Munir...
Kenapa Munir memilih pesawat Garuda Indonesia?
Keputusan suami Suciwati memilih pesawat Garuda Indonesia dalam penerbangannya ke Belanda tanpa alasan.
Pendiri Imparsial dan aktivis Kontras ini memilih pesawat tersebut dengan alasan agar bisa berkontribusi terhadap devisa negara.
"Karena akan memberikan devisa bagi negara," demikian alasan Munir, seperti dikemukakan staf Imparsial, Irma, dalam film dokumenter Kiri Hijau Kanan Merah (2009) yang diproduksi WatchDoc.
Baca juga: Idealisme Munir dan Ironi Kematian di Pesawat Garuda...
Faktor devisa yang menjadi alasan tersebut juga menandaskan, bahwa Munir merupakan sosok yang sarat idealisme. Dari idealisme itu yang mengantarkannya untuk mengambil keputusan menggunakan pesawat Garuda Indonesia.
Selain karena alasan devisa, Munir disebut juga merasa nyaman menggunakan pesawat tersebut.
"Dia bilang lebih aman untuk menggunakan pesawat Garuda," ujar eks sekretaris Munir, Nunung, dalam film tersebut.
Namun demikian, tak ada yang menyangka bahwa idealisme itu juga yang kelak mengantarkannya ke pusara terakhir.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.