Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Sulitnya Mengumpulkan Mahasiswa untuk Melengserkan Soeharto...

Kompas.com - 26/05/2020, 11:20 WIB
Sania Mashabi,
Fabian Januarius Kuwado

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Gerakan reformasi 1998 di Indonesia tidak dapat lepas dari peran mahasiswa.

Kala itu, tak sedikit mahasiwa turun ke jalan untuk melawan rezim Presiden Soeharto yang dianggap diktator.

Mahasiswa dari universitas negeri ternama, hingga kampus-kampus swasta lainnya tak gentar bergerak melengserkan Soeharto yang telah memimpin Indonesia selama 32 tahun.

Namun perjuangan mahasiwa mengumpulkan massa untuk turun ke jalan saat itu rupanya bukan perkara mudah.

Mantan Ketua Senat Mahasiwa (SM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI) sekaligus mantan Aktivis 1998 Pande K Trimayuni menceritakan bagaimana sulitnya mengumpulkan massa untuk bergerak melawan rezim.

Baca juga: Detik-detik Mahasiswa Kuasai Gedung Parlemen Tuntut Reformasi...

Kala itu, mahasiswa UI yang peduli dan siap bergerak hanya berasal dari organisasi non-formal.

"Zaman dulu ada kebijakan mahasiwa enggak boleh berpolitik praktis. Jadi apa yang bisa dilakukan mahasiwa saat itu melalui menghimpun diri dalam kelompok studi itu," kata Pande dalam diskusi online, Jumat (22/5/2020).

Pande mencoba memahami mengapa organisasi mahasiswa formal saat itu tidak berani banyak bergerak.

Mungkin, karena kondisi Indonesia tengah kacau dan banyaknya aparat yang bersifat represif membuat sebagian mahasiwa takut untuk turun ke jalan.

Selain mahasiswa, dukungan dari dosen dan universitas juga sulit didapatkan.

Baca juga: Riuh Rendah Mahasiswa di Gedung DPR/MPR Jelang Mundurnya Soeharto...

Pande beserta rekan-rekannya pun pernah mencoba menghadap Dekan FISIP UI untuk meminta dukungan, namun belum mendapatkan hasil yang memuaskan.

"Mereka bilang bahwa ini apa, ini kalian ini anak muda new level apa yang kalian mau kan. Itu jauh sebelum 98 jadi gerakan yang besar," ujar dia.

Pande melihat, muncul pesimisme dari organisasi non-formal maupun dari pihak kampus.

Namun, ketika gerakan 1998 semakin membesar, konsolidasi mahasiswa UI pun semakin menguat dan dilakukan pada tingkat senat antar Fakultas.

Hingga akhirnya dibentuk perhimpunan Keluarga Besar Universitas Indonesia (KB-UI).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com