Namun, dari kalkulasi sementara, disediakan anggaran sekitar Rp 3 juta hingga Ro 7 juta per orang dan per pelatihan.
Sebagai contoh, Budi memilih kursus barista di perusahaan A. Setelah mendapatkan QR code, Budi tinggal mendatangi tempat pelatihan perusahaan A dan mengikuti kursus selama kurun waktu tertentu.
Sebut saja Budi mengikuti kursus selama tiga bulan. Pada periode akhir, pemerintah mendapatkan laporan mengenai rekam jejak Budi selama pelatihan.
Apabila Budi mengikutinya dengan baik, pemerintah akan membayar biaya kursus dan pelatihan kepada perusahaan A. Budi juga menerima sertifikat dari perusahaan A.
Baca juga: Pemerintah Siapkan Dana Rp 10 Triliun untuk Dukung Kartu Pra-Kerja
Namun, apabila rekam jejak menunjukkan bahwa Budi tidak mengikuti kursus dengan baik, maka pembiayaan akan disetop. Budi juga tidak akan menerima sertifikat dari perusahaan A.
“Setelah pelatihan, kan diharapkan dia mendapatkan pekerjaan karena program ini juga termasuk penempatan. Si penerima manfaat akan diberikan insentif pascapelatihan sebesar Rp 500.000,” ujar Denni.
Pemerintah juga menyediakan tempat-tempat pendaftaran bagi calon penerima manfaat yang tidak dapat mengakses internet. Tempat ini bisa kantor pemerintah, balai latihan kerja, atau sekolah.
Denni menyarankan, calon penerima manfaat membekali diri dengan sejumlah pengalaman terlebih dahulu agar semakin mantap dalam mengikuti pelatihan.
Ia yakin dengan pengalaman ditambah pelatihan, peluang untuk mendapatkan pekerjaan akan lebih terbuka luas.
Baca juga: Siapkah Pemerintahan Jokowi Merealisasikan Kartu Pra Kerja di 2020?
Rencananya, program ini akan menyasar 2 juta orang per tahunnya.
Catatan pemerintah, dari 7 juta penduduk Indonesia yang menganggur, sebanyak 3,7 juta (52 persen) di antaranya berusia 18 hingga 24 tahun.
Pengangguran muda ini sebanyak 61 persen laki-laki, 64 persen tinggal di perkotaan, 78 persen berpendidikan SMA ke atas, 90 persen tidak pernah mengikuti pelatihan bersertifikasi, dan 66 persen tidak pernah bekerja sebelumnya.
“Jadi Kartu Pra-Kerja ini nantinya akan membantu mengatasi permasalahan skill gap, skill shortage, skill mismatch, dan job mismatch. Mereka yang berusia muda ini dapat segera bekerja guna menghindari pengangguran jangka panjang,” ujar Denni.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.