Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPK: Para Koruptor Paling Banyak Berpendidikan Tinggi

Kompas.com - 15/05/2019, 13:53 WIB
Dylan Aprialdo Rachman,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com —  Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Laode M Syarif mengungkapkan, sebagian besar pelaku korupsi merupakan orang-orang yang berpendidikan tinggi.

Laode berkaca pada data KPK soal pelaku korupsi Indonesia sejak 2004-2015. Sekitar 86 persen koruptor merupakan lulusan perguruan tinggi.

Hal itu disampaikan Laode dalam Koordinasi Implementasi Pendidikan Antikorupsi di Perguruan Tinggi di Gedung Pusat Edukasi Antikorupsi, Jakarta, Rabu (15/5/2019).

"Kalau kami lihat dari individu yang terjaring korupsi di KPK saja misalnya, strata pendidikan mana yang paling dominan? Master (S2). Disusul oleh sarjana, disusul doktor. Jadi, para koruptor itu yang paling banyak adalah yang mempunyai pendidikan tinggi," kata dia.

Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Laode M Syarif dalam Koordinasi Implementasi Pendidikan Antikorupsi di Perguruan Tinggi di Gedung Pusat Edukasi Antikorupsi, Jakarta, Rabu (15/5/2019). Dokumentasi Humas KPK Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Laode M Syarif dalam Koordinasi Implementasi Pendidikan Antikorupsi di Perguruan Tinggi di Gedung Pusat Edukasi Antikorupsi, Jakarta, Rabu (15/5/2019).
Sementara itu, pelaku korupsi dari pendidikan menengah, seperti SMA dan SMP, cenderung sedikit.

Menurut Laode, biasanya mereka berperan turut serta.

"Ya, terjepit di antara keadaan karena dia turut serta melakukan perbantuan, ikut terseret. Jadi benar bahwa yang paling banyak itu pendidikan tinggi," ungkapnya.

Dari temuan itu, Laode menganggap perguruan tinggi bertanggung jawab atas maraknya kejahatan korupsi yang dilakukan lulusannya.

Laode menilai, perlunya penguatan pendidikan antikorupsi dan perbaikan tata kelola di kampus.

Pendidikan antikorupsi, kata Laode, tak sekadar hanya masuk kurikulum atau dalam mata kuliah.

Menurut dia, pendidikan antikorupsi harus diterapkan pula oleh para pengajar.

"Pernah enggak ada dosen yang masuk di koran melakukan plagiasi? Ada. Jadi memang paling penting, menurut saya, bagaimana menerapkan nilai antikorupsi itu. Masuk dalam kurikulum langkah baik, tapi yang lebih baik lagi bagaimana kita menginternalisasikan pendidikan karakter dan integritas antikorupsi dalam keseharian kita," ujarnya.

Laode juga mencontohkan pengalamannya saat menjadi dosen. Ia selalu mengembalikan hasil koreksi tugas atau ujian ke mahasiswanya.

Hal itu sebagai bentuk transparansi sehingga mahasiswa mendapat timbal balik yang baik.

"Kalau kita lihat belum semua pekerjaan mahasiswa itu kita kembalikan kepada anak yang kita periksa. Sehingga apa yang terjadi? Ya dia tidak tahu salahnya. Dia harus perbaiki di mananya susah," kata dia.

Ia bersyukur sekitar 4.000 dosen sudah mengikuti training of trainer antikorupsi. Laode berharap mereka juga bisa membagikan kemampuannya ke dosen lain.

"Kita bersyukur karena sudah ada yang di ToT oleh Kemenristekdikti sekitar 4.000 dosen. Saya pikir itu jadi satu bekal paling baik," ujar dia.

Terkait perbaikan tata kelola, Laode menyinggung beberapa hal, seperti perlunya perbaikan sistem pemilihan rektor, penanganan konflik kepentingan di kampus, hingga perbaikan jalur penerimaan mahasiswa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Airin dan Ahmed Zaki Dekati PKB untuk Pilkada 2024

Airin dan Ahmed Zaki Dekati PKB untuk Pilkada 2024

Nasional
Anggota DPR Diduga Terima THR dari Kementan, KPK: Bisa Suap, Bisa Gratifikasi

Anggota DPR Diduga Terima THR dari Kementan, KPK: Bisa Suap, Bisa Gratifikasi

Nasional
Mendagri Serahkan Data Pemilih Potensial Pilkada 2024, Jumlahnya 207,1 Juta

Mendagri Serahkan Data Pemilih Potensial Pilkada 2024, Jumlahnya 207,1 Juta

Nasional
Hardiknas 2024, Fahira Idris: Perlu Lompatan Peningkatan Kualitas Pengajaran hingga Pemerataan Akses Pendidikan

Hardiknas 2024, Fahira Idris: Perlu Lompatan Peningkatan Kualitas Pengajaran hingga Pemerataan Akses Pendidikan

Nasional
Sadar PTUN Tak Bisa Batalkan Putusan MK, PDI-P: Tapi MPR Punya Sikap untuk Tidak Melantik Prabowo

Sadar PTUN Tak Bisa Batalkan Putusan MK, PDI-P: Tapi MPR Punya Sikap untuk Tidak Melantik Prabowo

Nasional
Surya Paloh Sungkan Minta Jatah Menteri meski Bersahabat dengan Prabowo

Surya Paloh Sungkan Minta Jatah Menteri meski Bersahabat dengan Prabowo

Nasional
Anies Respons Soal Ditawari Jadi Menteri di Kabinet Prabowo atau Tidak

Anies Respons Soal Ditawari Jadi Menteri di Kabinet Prabowo atau Tidak

Nasional
Ajukan Praperadilan Kasus TPPU, Panji Gumilang Minta Rekening dan Asetnya Dikembalikan

Ajukan Praperadilan Kasus TPPU, Panji Gumilang Minta Rekening dan Asetnya Dikembalikan

Nasional
KPU Bantah Tak Serius Ikuti Sidang Sengketa Pileg Usai Disentil Hakim MK: Agenda Kami Padat...

KPU Bantah Tak Serius Ikuti Sidang Sengketa Pileg Usai Disentil Hakim MK: Agenda Kami Padat...

Nasional
Sedih karena SYL Pakai Duit Kementan untuk Keperluan Keluarga, Surya Paloh: Saya Mampu Bayarin kalau Diminta

Sedih karena SYL Pakai Duit Kementan untuk Keperluan Keluarga, Surya Paloh: Saya Mampu Bayarin kalau Diminta

Nasional
Hari Tuna Sedunia, Kementerian KP Siap Dorong Kualitas, Jangkauan, dan Keberlanjutan Komoditas Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, Kementerian KP Siap Dorong Kualitas, Jangkauan, dan Keberlanjutan Komoditas Tuna Indonesia

Nasional
Sebut Suaranya Pindah ke PDI-P, PAN Minta Penghitungan Suara Ulang di Dapil Ogan Komering Ilir 6

Sebut Suaranya Pindah ke PDI-P, PAN Minta Penghitungan Suara Ulang di Dapil Ogan Komering Ilir 6

Nasional
Jokowi Teken UU Desa Terbaru, Kades Bisa Menjabat hingga 16 Tahun

Jokowi Teken UU Desa Terbaru, Kades Bisa Menjabat hingga 16 Tahun

Nasional
Soal Lebih Baik Nasdem Dalam Pemerintah atau Jadi Oposisi, Ini Jawaban Surya Paloh

Soal Lebih Baik Nasdem Dalam Pemerintah atau Jadi Oposisi, Ini Jawaban Surya Paloh

Nasional
Sentil Pihak yang Terlambat, MK: Kalau di Korea Utara, Ditembak Mati

Sentil Pihak yang Terlambat, MK: Kalau di Korea Utara, Ditembak Mati

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com