Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Eki Baihaki
Dosen

Doktor Komunikasi Universitas Padjadjaran (Unpad); Dosen Pascasarjana Universitas Pasundan (Unpas). Ketua Citarum Institute; Pengurus ICMI Orwil Jawa Barat, Perhumas Bandung, ISKI Jabar, dan Aspikom Jabar.

Jacinda Ardern dan Semangat Kemanusiaan

Kompas.com - 29/03/2019, 22:02 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Tidak ada juga politisasi atas peristiwa itu. Tidak ada pula yang maki-maki dan demonstrasi untuk melampiaskan kemarahan.

Semuanya mendengarkan dan turut ke pemerintah karena mereka tahu pemerintah akan membuat kebijakan terbaik.

Peristiwa kekerasan itu, mengakibatkan 50 orang meninggal dunia dan puluhan lainnya luka-luka. Atas dasar iman, kita menerimanya sebagai ketentuan ilahi yang telah terjadi.

Meski kenyataan pahit, iman mengatakan bahwa di balik semua peristiwa, bahkan yang terpahit pun pasti ada hikmahnya.

Kesedihan mendalam kita alami karena para korban sedang melakukan ibadah yang tidak merugikan dan menyakiti orang lain. Mereka dibantai hanya karena mereka memiliki latar belakang berbeda.

Perbedaan suku ras dan agama harusnya diterima sebagai bagian dari ketentuan alam (sunatullah). Bahkan sesuatu yang selama ini oleh dunia yang beradab dipromosikan sebagai "keindahan" (beauty) dan kekayaan (treasure) dalam membangun peradaban dunia yang penuh harmoni.

Dari berbagai sumber, dalam tiga tahun terakhir ini penembakan atau pembunuhan yang terjadi di Amerika didominasi oleh mereka yang menyebut diri "white supremacy" (keunggulan kaum berkulit putih". Mereka biasanya juga dikenal dengan sebut "right wing radicals").

Pada tahun 2018, dari dari 50 kasus penembakan atau pembunuhan, 38 di antaranya dilakukan oleh kelompok white nationalist. Pada umumnya penembakan atau pembunuhan itu dilakukan di rumah-rumah ibadah, seperti gereja, masjid, dan sinagog.

Bahkan pelaku penembakan umat Islam di Selandia Baru pada 2018, sebelumnya telah melakukan perjalanan dan pertemuan dengan sesama kelompok white supremacy di Eropa, sebagai bagian dari rencana mass killing (pembunuhan massal) itu dimatangkan.

Menghikmahi tragedi tersebut pesan Nabi Muhammad SAW, dalam salah satu hadis yang sempat dikutip Ardern dalam pidatonya, "Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal kasih sayang adalah seperti satu tubuh, jika salah satu anggotanya merasa sakit, maka anggota tubuh yang lain juga merasakan sakit."

Sesungguhnya sikap welas asih itu tidak berbatas, tidak bersekat-sekat. Seperti juga dicontohkan langsung Sang Maha Rahim. Dia selalu membagi cahaya matahari kepada siapa saja, kepada setiap makhluk di bumi. Bahkan, kepada manusia yang sama sekali tidak percaya kepada-Nya!

Hikmah kearifan juga dicontohkan oleh Imam Ali, saat berjalan di salah satu gang di Kota Kufah, Irak. Ketika itu mata Imam Ali tertuju pada seorang lelaki yang sedang mengemis.

Dia sedih melihat kejadian itu, lalu berkata pada orang-orang di tempat tersebut, "Apa yang tengah aku saksikan ini?"

Salah seorang warga berkata, "Ia seorang Kristen yang sudah tua hingga tidak mampu bekerja lagi. Ia juga tidak memiliki harta untuk menjamin keluarganya. Maka dengan mengemis itu dia memenuhi kebutuhan hidupnya."

Mendengar jawaban itu, Imam Ali sedih dan berujar, "Ketika ia muda kalian pekerjakan dia, tapi setelah tua kalian tinggalkan?"

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com