Muhadjir menilai Indonesia sudah tertinggal dari negara-negara lain dalam soal ujian nasional. Sebab, selama ini soal ujian nasional masih memakai LOTS.
Dalam standar LOTS, standar yang digunakan hanya sebatas pada tingkat menyimpan informasi ilmu pengetahuan saja. Sementara standar HOTS mencakup kompetensi analisa, berpikir kritis, memecahkan masalah, meningkatkan kreativitas, hingga menghasilkan inovasi.
Negara-negara lain sudah menggunakan HOTS sesuai standar Programme for International Student Assessment (PISA).
Baca juga: Netizen Tidak Galak Tanggapi HOTS Matematika SMP
Muhadjir sendiri mengakui bahwa kebijakan ini tidak populer. Namun, ia tetap memutuskan untuk terus memanfaatkan kebijakan ini.
"Saya tahu kebijakan ini tidak populer, bahkan saya sempat diminta untuk mundur, karena dianggap tidak sukses. itu enggak masalah, saya memang tidak cari popularitas. Ini untuk benahi pendidikan," kata dia.
Muhadjir juga membantah bahwa soal-soal HOTS belum diajarkan di sekolah-sekolah. Ia menegaskan, tenaga pendidik telah mendapatkan pelatihan HOTS, mulai dari cara menyusun soal dan menuntaskannya.
Baca juga: Indonesia Kirim Guru ke Korea untuk Pelajari HOTS
"Enggak betul itu, guru semua sudah kami beri pelatihan (HOTS)," katanya.
Ia berjanji pihaknya akan terus melakukan pembenahan dalam kebijakan ini. Ia menginginkan sekolah-sekolah Indonesia ke depannya bisa menghadapi berbagai soal dengan standar HOTS. Hal itu demi meningkatkan kemampuan dan kompetensi siswa.
"Kalau enggak seperti itu kita ketinggalan. Enggak bisa bersaing dengan dunia internasional nanti," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.