Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Aksi Teror Libatkan Anak-anak Menurut KPAI

Kompas.com - 22/05/2018, 20:38 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Aksi teror yang terjadi di Surabaya dan Sidoarjo beberapa waktu lalu menyita perhatian banyak pihak. Pasalnya, aksi teror bom bunuh diri tersebut melibatkan keluarga, termasuk di dalamnya adalah perempuan dan anak-anak.

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti menyatakan, pihaknya terkejut dengan dilibatkannya anak-anak dalam aksi teror tersebut. Menurut dia, alasan dilibatkannya anak-anak bukan sekedar bertujuan untuk melakukan serangan.

"Bukan ke perjuangan kolektif, tapi langsung menuju surga," kata Retno dalam diskusi tentang terorisme di Jakarta, Selasa (22/5/2018).

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Bidang Pendidikan, Retno Listyarti ketika ditemui di kantornya, Jakarta, Selasa (17/4/2018). KOMPAS.com/ MOH NADLIR Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Bidang Pendidikan, Retno Listyarti ketika ditemui di kantornya, Jakarta, Selasa (17/4/2018).

Baca juga: Sinyal dari Korban Anak Pelaku Teror

Hal ini menjadi alasan munculnya pelaku terorisme berupa keluarga. Retno menjelaskan, ada keyakinan dari pelaku terkait anak-anak yang bisa langsung masuk surga bersama orang tua mereka.

"Ada iming-iming surga yang membuat anak-anak dibawa," ungkap Retno.

Pada saat bersamaan, anak-anak cenderung belum mengerti tentang bahaya dan risiko. Apalagi, bisa saja anak-anak memandang serangan sungguhan yang dilakukan seperti petualangan.

Baca juga: KPAI Soroti Peran Institusi Pendidikan Tangkal Radikalisme

"Bisa saja memang mungkin suka (main) perang-perangan. Yang belum tahu bahaya ketika senjata diganti senjata betulan, jadi seperti petualangan," jelas Retno.

Kondisi tersebut, imbuh Retno, sangat terkait dengan doktrin yang dilakukan orang tua. Anak pun tidak sadar bahwa dirinya telah didoktrin dengan paham radikal.

Dalam kasus yang terjadi di tiga gereja di Surabaya, para pelaku adalah satu keluarga, dikepalai Dita Oepriarto (47). Istri Dita, Puji Kuswanti (43) juga turut menjadi pelaku, termasuk anak-anak mereka, Yusuf Fadhil (18), Firman Halim (16), Fadhila Sari (12), dan Famela Rizqita (9).

Baca juga: KPAI Sebut Anak dalam Aksi Teror adalah Korban

Begitu juga pada peledakan bom di Mapolrestabes Surabaya. Empat terduga pelaku tewas di tempat, namun seorang anak berinisial Ais (8) yang dibonceng pelaku di sepeda motor selamat, meski terluka.

Adapun pada ledakan di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo, selain Anton sebagai pelaku, dua orang juga tewas, yakni istri Anton dan anaknya. Istri Anton dan anaknya tewas akibat ledakan bom yang ditemukan di dalam unit rusun mereka.

Sementara tiga anak Anton lainnya dalam kondisi terluka. Mereka kemudian dirawat di RS Siti Khodijah.

Kompas TV Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengumpulkan guru agama se-Surabaya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com