Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membelah Heningnya Desa di Lereng Gunung Agung yang Ditinggal Warganya Mengungsi

Kompas.com - 12/12/2017, 19:53 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

Meski begitu, ada juga beberapa warga yang belum mengungsi. Agung mengatakan, warga yang belum mengungsi beralasan bahwa kondisi Gunung Agung masih cukup aman.

"Memang betul ada beberapa masyarakat yang masih bertahan di wilayahnya itu. Terutama orang yang hidup di tahun 1963, karena Gunung Agung terakhir meletus tahun 1963," kata Agung.

(Baca juga : Gunung Agung Kembali Semburkan Abu Vulkanik Sejauh 12 Kilometer)

Meski terus mendapat penolakan, namun polisi terus mengimbau agar warga bisa segera mengungsi.

Salah satu warga yang masih menetap di rumahnya yaitu Gede Suwanda. Ia mengatakan, dirinya sempat tinggal di pengungsian, namun tidak betah. Selain itu, ia memperkirakan rumahnya masih cukup aman untuk ditinggali.

"Suasana di Gunung Agung masih seperti ini aja dari dulu. Itulah penyebabnya kami di rumah," kata Gede.

Kasat Sabhara Polres Karangasem AKP I Nengah Sukerna menyampaikan bahwa rumah Gede berada di kawasan paling rawan.

Ia khawatir jika sewaktu-waktu Gunung Agung kembali erupsi atau malah meletus. Namun, Gede bersikeras dengan pendiriannya.

"Saya selaku masyarakat berterimakasih pak. Tapi kami kan punya analisa dan logika tersendiri sehingga kami kembali ke rumah," kata Gede.

Tim patroli kemudian bertolak ke tempat lain, masih di desa yang sama. Tim berhenti di sebuah rumah yang bersisian dengan pura kecil. Sekitar sepuluh pria masih tinggal di sana.

Salah satu warga bernama I Gusti Gede Asta mengaku masih bertahan untuk menjaga pura dan patung.

Gusti dan beberapa pria lainnya sudah memiliki kartu pengungsi. Namun, saat ini, ia meyakini bahwa menjaga pura lebih penting daripada berada di tempat pengungsian.

(Baca juga : Tindakan Pertama yang Harus Dilakukan Warga jika Gunung Agung Erupsi)

Kasat Sabhara Polres Karangasem AKP I Nengah Sukerna saat mengecek rumah warga yang ditinggalkan penghuninya ke pengungsian, Senin (11/12/2017) malam.KOMPAS.com/AMBARANIE NADIA Kasat Sabhara Polres Karangasem AKP I Nengah Sukerna saat mengecek rumah warga yang ditinggalkan penghuninya ke pengungsian, Senin (11/12/2017) malam.

Jika sewaktu-waktu aktivitas Gunung Agung meningkat, ia memastikan akan segera ke tempat pengungsian.

"Apabila terjadi sesuatu mungkin kami akan lari ke tempat pengungsian," kata Gusti.

Namun, Nengah memberi gambaran bahwa kecepatan awan panas yang membawa abu vulkanik sangat tinggi. Kecepatannya sekitar 300-400 kilometer perjam.

Kalaupun segera pergi untuk menyelamatkan diri dengan sepeda motor atau kendaraan lainnya, tidak akan terkejar untuk mencapai tempat pengungsian.

"Sejauh mana bapak lari bawa motor, bawa kendaraan, masih kalah dengan kecepatan awan. Kami tetap berupaya dan imbau demi keselamatan bapak, memang mengungsi," kata Nengah.

Namun, bujukan Nengah tak berhasil. Warga tersebut tetap tinggal menjaga pura dan rumah mereka.

Patroli selesai sekitar pukul 23.00 WITA. Tim memastikan bahwa kondisi desa yang ditinggalkan masih aman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

Nasional
Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com