Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Dianggap Tidak Belajar dari Pengalaman Korupsi Masa Lalu

Kompas.com - 08/12/2017, 20:23 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Koordinator Indonesia Corruption Watch Adnan Topan menilai, Indonesia tidak belajar dari pengalaman kasus korupsi yang pernah terjadi sejak era kolonial.

Hal tersebut disampaikan Adnan dalam acara diskusi bertema "Membaca Sejarah, Merayakan Antikorupsi: Diskusi Buku Korupsi dalam Silang Sejarah Indonesia" di Cemara 6 Galeri, Gondangdia, Jakarta Pusat, Jumat (8/12/2017).

Dalam diskusi ini, Adnan menyinggung kisah sejarah korupsi yang ditulis Peter Carey, pada buku berjudul Korupsi dalam Silang Sejarah Indonesia, dari Daendles (1808-1811) sampai Era Reformasi itu.

Pada buku tersebut ditulis Pangeran Diponegoro pernah menampar Danurejo IV, Patih Yogya (1813-1847) yang munafik serta korup, dengan selop karena suatu pertengkaran tentang penyewaan tanah kerajaan kepada orang Eropa, sebelum perang Jawa.

Pengalaman sejarah itu dinilainya tidak menjadi pelajaran bagi Indonesia sehingga kasus korupsi masih berulang hingga saat ini.

Perang terhadap korupsi juga, lanjut dia, pendekatannya juga tidak berubah sejak era Kemerdekaan hingga Reformasi.

Pada era Soekarno, Adnan mengatakan, kebijakan pelaporan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negera (LHKPN) sebenarnya sudah ada. Tujuannya yakni untuk mengawasi korupsi di sektor pejabat publik.

Kemudian, pembentukan tim saber pungli oleh Presiden Joko Widodo, kata dia, praktiknya sudah ada seperti yang dilakukan Presiden Soeharto pada era Orde Baru, yakni dengan memberantas pemerasan dan korupsi-korupsi kecil.

Namun, hingga kini korupsi juga masih terjadi, bahkan malah merajalela.

Catatan ICW, lanjut Adnan, korupsi makin meluas hingga ke pemerintah di desa sejak kebijakan dana desa pada era Jokowi.

"Kita kok belum melangkah lebih maju. Ini catatan kritis kita, kenapa kita selalu mengulang hal yang sama (korupsi), bahkan sejak Pangeran Diponerogo hidup. Ini pengalaman untuk merefleksikan apa yang terjadi pada bangsa ini. Alih-alih diberantas (korupsinya), justru semakin merajalela," kata Adnan, di tempat diskusi, Jumat petang.

Dalam diskusi ini, dihadiri oleh Peter Carey, kemudian mantan Wakil Ketua KPK Chandra Hamzah, dan penulis dan mantan jurnalis Suhardiyoto Haryadi.

"Buku ini memberikan pelajaran bagi kita untuk mengatakan secara sarkastik kita ini bebal, enggak belajar dari pengalaman yang terjadi," tambah Adnan.

Masih merujuk dari buku tersebut, Adnan menyatakan Indonesia tidak belajar dari pengalaman Inggris yang juga pernah menjalani reformasi setelah terpuruk. Namun, Indonesia dinilainya belum bebas dari korupsi pascareformasi.

"Reformasi kita, kita dilematis kekuatan lama yang selama bercokol, tidak semuanya runtuh. Struktur lama menyulitkan kita untuk melakukan apa yang Inggris telah lakukan," ujar Adnan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

Nasional
Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com