Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Penuntasan Pelanggaran HAM, Wiranto Diminta Tunduk kepada Jokowi

Kompas.com - 19/09/2017, 17:37 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ibu dari Bernardinus Realino Norma Irmawan yang merupakan korban Tragedi Semanggi I, Maria Catarina Sumarsih, berharap Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto tunduk kepada perintah Presiden Joko Widodo terkait penuntasan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di masa lalu.

"Saya berharap Pak Wiranto ini tunduk dengan Pak Presiden. Ketika misalnya Pak Presiden bilang selesaikan kasus Semanggi I, II dan Trisaksi secara yudisial, mestinya Pak Wiranto melaksanakan," kata Sumarsih di Jakarta, Selasa (20/8/2017).

Sumarsih mengutip penyataan Jokowi yang mengatakan, untuk menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM berat masa lalu diperlukan keberanian untuk melakukan rekonsiliasi atau mencari terobosan penyelesaian melalui jalur-jalur yudisial maupun nonyudisial.

Pernyataan tersebut merupakan isi pidato Jokowi dalam peringatan hari HAM dunia di Istana Negara, pada 11 Desember 2015.

Sumarsih dan keluarga para korban tragedi Semanggi I, II dan Trisakti bersama para aktivis HAM telah banyak melakukan upaya mencari keadilan selama 19 tahun terakhir.

Meskipun harapan sudah menipis dengan melihat situasi politik yang berkembang akhir-akhir ini, namun Sumarsih terus menjaga harapan tersebut.

Akan tetapi, meskipun masih menyimpan harapan, Sumarsih sadar bahwa isu HAM ini tidak akan menjadi prioritas di tahun-tahun politik, menjelang Pilpres 2019.

"Enggak (akan jadi prioritas). Tetapi, kalau akan menjadi komoditas politik, masih mungkin," ujar Sumarsih.

Menurut Sumarsih, pengangkatan Wiranto sebagai Menko Polhukam telah menunjukkan bahwa isu HAM hanya menjadi upaya Jokowi dalam meraup suara saat Pilpres 2014.

(Baca juga: Ini Laporan Pemerintah di UPR Terkait Penuntasan Kasus HAM Masa Lalu)

Daftar negatif

Adapun Komisioner Komnas HAM Roy Chatul Aswidah mengatakan, Komnas HAM sedianya telah memberikan daftar nama negatif atau negative list nama-nama yang terkait kasus pelanggaran HAM ketika pertama kali Jokowi membentuk Kabinet Kerja.

"Kami kirimkan surat ke Pak Jokowi, salah satunya Wiranto. Waktu itu tidak menjadi Menko memang. Nah, ketika sekarang menjadi Menko, susah juga bagi Komnas HAM. Mosok ngomong lagi (ke Presiden)?" kata Roy.

Menurut Roy, seharusnya orang-orang yang terseret kasus pelanggaran HAM tidak masuk dalam jajaran pemerintahan. Namun, hal itu tidak bisa dihindari lantaran realitas politik di Indonesia yang tidak bisa lepas dari kekuatan lama.

"Itu situasi politik, siapa pun yang berkuasa, tidak hanya Jokowi, pasti ada kekuatan lama, karena memang begitu sifat transisi politik di Indonesia," kata dia.

(Baca juga: Ini Kendala Penyelesaian Kasus HAM Masa Lalu Menurut Wiranto)

Kecil peluang

Roy pun sulit menghitung peluang apakah kasus Semanggi I, II, dan Trisakti bisa diselesaikan secara hukum pada masa pemerintahan Jokowi.

"Aduh saya tidak akan ngomong soal chance (kesempatan). Kami lakukan yang paling bisa dilakukan saja, baik Komnas HAM dan Jaksa Agung sebagai pengampu dari Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000," ucap Roy.

"Tapi untuk penyelesaian keseluruhan melalui jalur lain, rekonsiliasi atau pengungkapan peristiwa itu tergantung semua komponen bangsa," kata dia.

Aksi Kamisan ke 505 di seberang Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (7/9/2017).KOMPAS.com/Kristian Erdianto Aksi Kamisan ke 505 di seberang Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (7/9/2017).
Senada dengan Roy, Koordinator Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Yati Andriyani juga menyatakan pesimisme bahwa pemerintah akan menyelesaikan kasus pelanggaran HAM di masa lalu.

Yati mempertanyakan keputusan Presiden yang mengangkat Wiranto sebagai Menko Polhukam dan malah menyerahkan tanggung jawab penyelesaian pelanggaran HAM kepada Wiranto.

Sementara, Kontras sendiri telah melaporkan Wiranto ke Ombudsman RI terkait pelanggaran HAM di masa lalu.

"Singkat kata, peluang penyelesaian pelanggaran HAM di masa lalu, hari ini di masa Pak Jokowi, kalau dia dituntut ideal, akan sangat kecil peluang-peluang itu. Tapi peluang untuk mengkompromikan upaya penyelesaian itu ada," kata Yati.

Wiranto sudah membantah

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto saat memberikan kuliah umum terkait program bela negara di Universitas Tarumanagara, Jakarta Barat, Selasa (5/9/2017). KOMPAS.com/Kristian Erdianto Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto saat memberikan kuliah umum terkait program bela negara di Universitas Tarumanagara, Jakarta Barat, Selasa (5/9/2017).
Wiranto sendiri telah membantah tuduhan yang menyebut dirinya melanggar hak asasi manusia. Wiranto meminta agar pihak-pihak yang menuduhnya untuk membuktikan tuduhan tersebut.

"Isu-isu HAM yang mengenai saya, saya harapkan harus jelas saatnya kapan, di mana, apa keterlibatan saya, saya akan jawab satu per satu," ujar Wiranto seusai serah terima jabatan di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, 28 Juli 2016.

Tidak hanya itu, Wiranto bahkan menyatakan bahwa ia akan melanjutkan program yang telah dijalankan sebelumnya terkait penyelesaian kasus HAM masa lalu.

"Saya akan lanjutkan menyelesaikan masalah HAM secara adil, secara transparan, serta bermartabat. Tapi, jangan merugikan kepentingan nasional," kata Wiranto.

(Baca: Wiranto: Buktikan Kapan dan di Mana Saya Melanggar HAM, Saya Akan Jawab)

Selain itu, Wiranto pernah menuturkan bahwa saat ini pemerintah masih belum bisa mengambil langkah konkret, sebab masih harus menunggu rekomendasi hasil penyelidikan dari Komnas HAM dan penyidikan oleh Kejaksaan Agung.

"Pemerintah tetap berkomitmen dalam penyelesaian kasus HAM masa lalu. Saat ini pemerintah menunggu rekomendasi dari komnas ham dan kejagung terkait hasil penyelidikan dan penyidikan beberapa kasus," ujar Wiranto pada 9 Maret 2017).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Nasional
Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

Nasional
Di Hadapan Relawan, Ganjar: Politik Itu Ada Moral, Fatsun dan Etika

Di Hadapan Relawan, Ganjar: Politik Itu Ada Moral, Fatsun dan Etika

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com