"Ini pimpinan sidang. Bukan Pak OSO. Nanti saya kasih peringatan dua kali," tutur Oesman Sapta.
"Mohon dibaca tatibnya," sahut suara lainnya.
"Siapa yang sah siapa yang tidak."
"Yang dilantik MA yang sah."
Keributan bahkan sempat terjadi saat doa hendak dibacakan. Sebab, senator yang membacakan doa menyinggung soal ricuh DPD.
Ia mengungkapkan harapan agar suasana rapat menjadi lebih damai.
"Baca doa langsung saja. Enggak usah dipolitisasi doanya," ujar salah satu anggota.
Sejumlah anggota sempat melancarkan protes yang lebih keras. Mereka membawa karton putih dengan berbagai macam tulisan penolakan.
Usai menunjukkan karton tersebut ke seisi rapat dan awak media, mereka keluar dari ruang sidang.
Meski begitu, rapat tetap dilanjutkan. Adapun salah satu agenda rapat paripurna DPD kali itu adalah pidato pembuka masa sidang dan penyampaian ikhtisar hasil pemerikaaan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK).
Ricuh DPD terjadi karena adanya pro dan kontra pemilihan pimpinan baru DPD.
Pro dan kontra dipicu dengan keluarnya putusan Mahkamah Agung (MA) yang membatalkan Tata Tertib DPD Nomor 1 Tahun 2016 dan 2017.
Padahal, tata tertib tersebut mengatur soal masa kepemimpinan DPD yakni 2,5 tahun. Pimpinan lama merasa masih sah menjadi pimpinan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.