Di waktu yang hampir bersamaan, Prabowo juga pernah dikhianati dalam perjanjian Batu Tulis oleh salah satu partai politik. Bagi Prabowo yang dibesarkan oleh militer, perjanjian atau komitmen adalah sesuatu yang sakral.
Namun, ternyata ingkar dalam kesepakatan seakan hal yang biasa dalam politik. Meski kecewa, Prabowo tetap berusaha membangun komunikasi baik dan menaruh hormat kepada petinggi partai tersebut. “Kita harus tetap hormati Beliau, bagaimanapun Beliau anak seorang Proklamator,” kata Prabowo menyinggung sang ketua umum partai tersebut.
Saat Pilpres tiba, Prabowo bersama sejumlah partai politik menggalang sebuah kekuatan dengan nama Koalisi Merah Putih (KMP).
Ketika pada tahap akhir penyelenggara pemilu menetapkan pasangan Jokowi-JK sebagai pemenang, Prabowo mengumpulkan mitra koalisinya dengan maksud pamit dan mengucapkan terima kasih atas dedikasi dan kebersamaan selama berjuang di Pilpres.
Namun apa yang terjadi? Salah satu ketua umum partai besar meminta agar Prabowo tidak pergi dan melemparkan wacana koalisi permanen sebagai penyeimbang pemerintah.
Prabowo mengabulkan harapan tersebut. Bagi dia, peran penyeimbang memang diperlukan dalam mengawal pemerintah. Koalisi pun berlanjut. Rapat demi rapat dilakukan untuk menyikapi persoalan bangsa.
Seiring waktu berjalan, gelagat tidak enak mulai muncul dari beberapa mitra koalisi. Secara diam-diam beberapa dari mereka membangun komunikasi dengan pemerintah.
Benar saja, ternyata beberapa kawan seperjuangan akhirnya tak tahan menjadi oposan dan memilih bergabung dengan kekuasaan dengan kompensasi kursi dan jabatan.
Lagi-lagi, Prabowo menghormati keputusan mereka dan enggan ikut-ikutan bergabung dengan kekuasaan dengan pertimbangan menjaga kehormatan partai dan konsisten menjadi kontrol pemerintah.
“Jangan sedih, kita tidak sendirian, kita berkoalisi dengan rakyat,” pekik Prabowo membakar semangat para kadernya dalam pelatihan kader Gerindra pertengahan Agustus 2016.
Anies Baswedan
Tiba saatnya saya menulis tentang Anies Baswedan. Prabowo dan Gerindra tentu masih ingat dengan segala sepak terjang Anies mulai saat menjadi tim pemenangan Jokowi-JK hingga akhirnya menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Bagi Prabowo, Anies adalah pribadi yang berkualitas dengan isi kepala, memiliki kapabilitas dalam kinerja, serta brilian dalam berkarya. Selain itu, Anies juga dinilai cakap membangun komunikasi dengan segala lapisan masyarakat dengan tetap menjaga norma dan etika.
Anies benar-benar menjadi antitesa dari pemimpin Jakarta saat ini. Terutama dalam hal manajemen emosi.
Atas dasar itu Prabowo tak segan-segan memilih Anies sebagai calon gubernur dan menempatkan Sandiaga Uno yang merupakan kader Gerindra di nomor dua (calon wakil gubernur).