Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rencana Revisi UU KPK, Jangan Meruntuhkan Langit Negeri Ini

Kompas.com - 22/02/2016, 15:37 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Mendengarkan rakyat
   
Kembali ke revisi UU KPK, pertanyaan berikutnya apakah DPR ingin menjadi common enemy dalam soal pemberantasan korupsi? Bukankah rakyat yang memberikan mandat pada DPR? Apakah suara rakyat tidak didengar lagi?

Demokrasi, kata Presiden Joko Widodo saat kampanye tahun 2014, adalah mendengar. Ya mendengarkan suara rakyat.
   
Sekarang ini, menurut Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi yang mantan Juru Bicara KPK Johan Budi, Sabtu (20/2),  Presiden Joko Widodo tengah mendengarkan suara publik. 

Memang, sangat disayangkan ketika pemerintah setuju revisi UU KPK bersama DPR. Seharusnya Presiden dapat mencegahnya sejak awal sebagai komitmen terhadap pemberantasan korupsi.
  
Namun, membuka telinga mendengarkan suara rakyat belumlah terlambat.  Mendengarkan suara rakyat sejatinya menjadi perilaku para pemimpin di negeri ini.

Itulah yang harus diperlihatkan hari Senin (22/2) ini saat Presiden melakukan rapat konsultasi dengan pimpinan DPR.
  
Pembicaraan hari ini menjadi bahan penting untuk rapat paripurna DPR Selasa (23/2) besok. Apakah putusan rapat paripurna besok berpihak pada rakyat atau koruptor, kita tunggu saja besok.

Jika para elite negeri ini mau mendengarkan rakyat, maka revisi UU KPK dihentikan. Artinya kita akan terus berperang melawan korupsi, tanpa perlu dibatasi sampai 12 tahun, misalnya.
  
"Perjuangan melawan korupsi tidak pernah mudah, tidak pernah, dan tidak akan pernah. Ini meminta korban pada diri kita, keluarga kita, teman-teman kita, dan terutama anak-anak kita. Pada akhirnya, saya percaya, seperti dalam kasus saya, harga yang amat bernilai adalah berpegang pada martabat kita," kata Frank Serpico, polisi New York yang bersaksi dan menjadi whistleblower saat membongkar kasus korupsi di keposilian tempat kerjanya akhir dekade 1960-an hingga awal 1970-an.
   
Jadi, selama korupsi belum sirna, perang total harus terus dilakukan. Tetapi, sebaliknya jika revisi UU KPK dilanjutkan, maka langit negeri ini benar-benar akan runtuh. Dan kita -- rakyat yang jumlahnya lebih 240 juta orang ini -- tidak ingin langit itu benar-benar runtuh.

Cengkareng, 21 Februari 2016

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mahfud Pesimistis dengan Pemberantasan Korupsi di Era Prabowo-Gibran

Mahfud Pesimistis dengan Pemberantasan Korupsi di Era Prabowo-Gibran

Nasional
KPK Akui Langkah Ghufron Laporkan Anggota Dewas ke Polisi Gerus Reputasi Lembaga

KPK Akui Langkah Ghufron Laporkan Anggota Dewas ke Polisi Gerus Reputasi Lembaga

Nasional
Kasus Covid-19 Melonjak di Singapura, Anggota DPR: Kita Antisipasi

Kasus Covid-19 Melonjak di Singapura, Anggota DPR: Kita Antisipasi

Nasional
Mahfud Ungkap Hubungannya dengan Prabowo Selalu Baik, Sebelum atau Setelah Pilpres

Mahfud Ungkap Hubungannya dengan Prabowo Selalu Baik, Sebelum atau Setelah Pilpres

Nasional
Pesimistis KRIS BPJS Terlaksana karena Desain Anggaran Belum Jelas, Anggota DPR: Ini PR Besar Pemerintah

Pesimistis KRIS BPJS Terlaksana karena Desain Anggaran Belum Jelas, Anggota DPR: Ini PR Besar Pemerintah

Nasional
Soal RUU Kementerian Negara, Mahfud: Momentumnya Pancing Kecurigaan Hanya untuk Bagi-bagi Kue Politik

Soal RUU Kementerian Negara, Mahfud: Momentumnya Pancing Kecurigaan Hanya untuk Bagi-bagi Kue Politik

Nasional
Dampak Korupsi Tol MBZ Terungkap dalam Sidang, Kekuatan Jalan Layang Berkurang hingga 6 Persen

Dampak Korupsi Tol MBZ Terungkap dalam Sidang, Kekuatan Jalan Layang Berkurang hingga 6 Persen

Nasional
Mahfud MD Ungkap Kecemasannya soal Masa Depan Hukum di Indonesia

Mahfud MD Ungkap Kecemasannya soal Masa Depan Hukum di Indonesia

Nasional
Jalan Berliku Anies Maju pada Pilkada Jakarta, Sejumlah Parpol Kini Prioritaskan Kader

Jalan Berliku Anies Maju pada Pilkada Jakarta, Sejumlah Parpol Kini Prioritaskan Kader

Nasional
Kunker di Mamuju, Wapres Olahraga dan Tanam Pohon Sukun di Pangkalan TNI AL

Kunker di Mamuju, Wapres Olahraga dan Tanam Pohon Sukun di Pangkalan TNI AL

Nasional
Sebut Demokrasi dan Hukum Mundur 6 Bulan Terakhir, Mahfud MD: Bukan karena Saya Kalah

Sebut Demokrasi dan Hukum Mundur 6 Bulan Terakhir, Mahfud MD: Bukan karena Saya Kalah

Nasional
Bobby Resmi Masuk Gerindra, Jokowi Segera Merapat ke Golkar?

Bobby Resmi Masuk Gerindra, Jokowi Segera Merapat ke Golkar?

Nasional
[POPULER NASIONAL] Korps Marinir Tak Jujur demi Jaga Marwah Keluarga Lettu Eko | Nadiem Sebut Kenaikan UKT untuk Mahasiswa Baru

[POPULER NASIONAL] Korps Marinir Tak Jujur demi Jaga Marwah Keluarga Lettu Eko | Nadiem Sebut Kenaikan UKT untuk Mahasiswa Baru

Nasional
Poin-poin Klarifikasi Mendikbud Nadiem di DPR soal Kenaikan UKT

Poin-poin Klarifikasi Mendikbud Nadiem di DPR soal Kenaikan UKT

Nasional
Kasus Covid-19 di Singapura Melonjak, Menkes: Pasti Akan Masuk ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Melonjak, Menkes: Pasti Akan Masuk ke Indonesia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com