Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/07/2015, 15:05 WIB

Telaah antropologi-sosial Benedict Anderson tentang pengaruh konsepsi kekuasaan dalam tradisi Jawa, meski terkesan simplistik, menolong kita melihat akar kemelut pemerintahan kita yang tidak efektif (Miriam Budiardjo, ed, Aneka Pemikiran tentang Kuasa dan Wibawa, 44-127).

Sejatinya menyelenggarakan negara adalah bagaimana menggunakan kekuasaan dengan wajar dan efeknya adalah kesejahteraan rakyat meningkat. Namun, kita sibuk menghimpun dan mempertahankan kekuasaan. Indonesia kini tidak dapat keluar dari perangkap pertumbuhan dengan kesenjangan ekonomi yang terus melebar dan kualitas hidup sebagian besar rakyat menurun.

Berbasis konstitusi, presiden Indonesia memiliki kekuasaan besar. Kekuasaan itu diincar banyak pihak. Segala cara dipakai. termasuk ancaman untuk memperlemah dukungan bagi presiden. Dalam konteks inilah, presiden harus memberi contoh konkret seorang negarawan. Sebagai penyelenggara negara yang baik, ia harus meluruskan penyimpangan-penyimpangan praktik politik dan ekonomi sebagai warisan masa lalu.

Dilema presiden rakyat harus diakhiri dengan suatu kecakapan memimpin. Komunikasi politik dengan semua partai terus dibangun, sambil tetap menjaga jarak yang sama dengan semua kekuatan politik, sebab ia adalah presiden untuk semua partai. Sesuai dengan karakteristik gotong royong bangsa dan tiadanya tradisi oposisi kuat, semua kekuatan politik perlu berperan dalam pembangunan bangsa.

Apabila kabinet dirombak, hindari proses tebang pilih. Tidak boleh ada menteri yang tak tersentuh hanya karena kaitannya dengan partai. Perombakan pun seyogianya tuntas, bukan sesuatu yang rencananya akan dilakukan lagi. Perombakan kabinet berkali-kali dalam satu periode pemerintahan akan berarti presiden tak mampu memilih pembantu yang baik. Untuk soal ini, belajarlah dari Presiden Soeharto.

Yonky Karman, Pengajar di Sekolah Tinggi Teologi Jakarta

 

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 25 Juli 2015, di halaman 6 dengan judul "Dilema Presiden Rakyat".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PKS Jagokan Sohibul Iman di Jakarta, Airlangga Ingatkan Pilkada Butuh Koalisi

PKS Jagokan Sohibul Iman di Jakarta, Airlangga Ingatkan Pilkada Butuh Koalisi

Nasional
Staf Airlangga Jadi Pj Gubernur Sumsel, Mendagri: Kami Ingin Beri Pengalaman

Staf Airlangga Jadi Pj Gubernur Sumsel, Mendagri: Kami Ingin Beri Pengalaman

Nasional
Tanggapi Putusan MA, Mendagri: Pelantikan Kepala Daerah Tidak Perlu Serentak

Tanggapi Putusan MA, Mendagri: Pelantikan Kepala Daerah Tidak Perlu Serentak

Nasional
Badan Pengkajian MPR Sebut Wacana Amendemen UUD 1945 Terbuka untuk Didiskusikan

Badan Pengkajian MPR Sebut Wacana Amendemen UUD 1945 Terbuka untuk Didiskusikan

Nasional
Sahroni Didorong Maju Pilkada Jakarta, Paloh: Dia Punya Kapabilitas, tetapi Elektabilitasnya...

Sahroni Didorong Maju Pilkada Jakarta, Paloh: Dia Punya Kapabilitas, tetapi Elektabilitasnya...

Nasional
Istana Tetapkan Tema dan Logo HUT ke-79 RI: 'Nusantara Baru, Indonesia Maju'

Istana Tetapkan Tema dan Logo HUT ke-79 RI: "Nusantara Baru, Indonesia Maju"

Nasional
KPI Tegaskan Belum Pernah Terima Draf Resmi RUU Penyiaran

KPI Tegaskan Belum Pernah Terima Draf Resmi RUU Penyiaran

Nasional
Dinyatakan Langgar Etik, Bamsoet: Saya Tak Mau Berpolemik

Dinyatakan Langgar Etik, Bamsoet: Saya Tak Mau Berpolemik

Nasional
Pakar Sebut Prabowo Bakal Menang Mudah jika Presiden Dipilih MPR

Pakar Sebut Prabowo Bakal Menang Mudah jika Presiden Dipilih MPR

Nasional
Ungkap Hubungan Jokowi dan Surya Paloh, Willy Aditya: Habis Pemilu Berteman Lagi...

Ungkap Hubungan Jokowi dan Surya Paloh, Willy Aditya: Habis Pemilu Berteman Lagi...

Nasional
PDN Diserang 'Ransomware', Tanggung Jawab Penyedia Layanan Disorot

PDN Diserang "Ransomware", Tanggung Jawab Penyedia Layanan Disorot

Nasional
Menkominfo: Pemerintah Tidak Akan Bayar Permintaan Tebusan 8 Juta Dollar Peretas PDN

Menkominfo: Pemerintah Tidak Akan Bayar Permintaan Tebusan 8 Juta Dollar Peretas PDN

Nasional
Serangan Siber ke PDN, Kesadaran Pemerintah Amankan Sistem Dinilai Masih Rendah

Serangan Siber ke PDN, Kesadaran Pemerintah Amankan Sistem Dinilai Masih Rendah

Nasional
Berkaca dari Kasus Vina Cirebon, Komnas HAM Sebut Proses Penyidikan dan Penyelidikan Polisi Rentan Pelanggaran

Berkaca dari Kasus Vina Cirebon, Komnas HAM Sebut Proses Penyidikan dan Penyelidikan Polisi Rentan Pelanggaran

Nasional
Minta Presiden Dipilih MPR Lagi, La Nyalla Desak Sidang Istimewa Usai Prabowo Dilantik

Minta Presiden Dipilih MPR Lagi, La Nyalla Desak Sidang Istimewa Usai Prabowo Dilantik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com