"Harus ya direncanakan dulu matang. Kalau tidak dinaikkan, seharusnya tidak diumumkan terlebih dahulu, dipersiapkan yang baik matang," kata Agus di Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat.
Agus menilai, pembatalan kenaikan harga BBK oleh Pertamina karena kurangnya koordinasi antara tim ekonomi dan tim sosialisasi yang bertugas untuk mengumumkan hal tersebut. Koordinasi ini harus diperbaiki sehingga kebijakan yang sebelumnya sudah disampaikan kepada masyarakat tak perlu dicabut, apalagi jika pencabutan itu disebabkan karena adanya kesalahan dalam perhitungan.
"Terjadi fluktuasi. Fluktuasi ini harus diambil average-nya, harus diambil dengan teori ekonomi yang cukup matang sehingga bisa diperhitungkan sebelumnya," ujarnya.
Sebelumnya, PT Pertamina berencana menaikkan harga BBK. Harga Pertamax di Jakarta menjadi Rp 9.600 per liter, atau naik Rp 800 per liter. Sementara itu, harga Pertamax Plus naik menjadi Rp 10.550 per liter, Pertamina Dex menjadi Rp 12.200 per liter, dan Biosolar keekonomian menjadi Rp 9.200 per liter.
Pada 1 Mei 2015 lalu, Pertamina telah menaikkan harga jual Pertamax dari Rp 8.600 per liter menjadi Rp 8.800 per liter. VP Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro membenarkan kenaikan harga Pertamax, seperti dikonfirmasi Kompas.com, Rabu (14/5/2015).
"Benar (naik)," kata Wianda.
Dia mengatakan, harga Pertamax naik Rp 800 per liter. Sebab, sesuai perhitungan perseroan, harga indeks pasar naik 9,7 persen. "Penguatan dollar AS juga menjadi acuan kami," ucap Wianda.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.