Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Basis Data Warga Miskin Lemah

Kompas.com - 02/12/2014, 10:45 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com - Basis data warga miskin dalam program perlindungan sosial lemah. Data awal adalah survei tahun 2011, tetapi mekanisme pemutakhirannya belum andal. Pemutakhiran nasional yang semestinya dilakukan tahun ini ditunda tahun depan karena pemilihan umum.

"Pemerintah punya data 40 persen penduduk dengan status ekonomi termiskin di Indonesia. Basisnya adalah data tahun 2011. Dinamika terjadi dari waktu ke waktu, tetapi belum ada pemutakhiran sehingga menjadi masalah," kata Kepala Lembaga Demografi Universitas Indonesia Sonny Harry Budiutomo Harmadi di Jakarta, Senin (1/12/2014).

Seperti diberitakan Kompas kemarin, di sejumlah daerah, data penduduk miskin yang menerima bantuan Program Simpanan Kesejahteraan Sosial (PSKS) banyak yang tidak sesuai lagi. Ada nama ganda, ada yang seharusnya mendapatkan bantuan tetapi tidak mendapatkan bantuan atau sebaliknya, hingga ada warga meninggal yang masih terdata.

Prinsipnya, kata Sonny, pemerintah harus punya data penduduk yang lengkap dan termutakhirkan secara reguler. Pemutakhiran tidak perlu setiap bulan karena program perlindungan sosial juga tidak setiap bulan. Namun, setidaknya pemutakhiran bisa dilakukan setiap enam bulan sekali atau paling lama setahun sekali. Mekanisme pemutakhiran yang lama dan tidak andal menyebabkan data menjadi tidak akurat. Ujung-ujungnya program tidak optimal.

"Ke depan perlu ada definisi jelas soal arti kemiskinan yang dimaksud pemerintah. Pemutakhiran data juga sebaiknya dibuat enam bulan sekali atau setahun sekali. Teknisnya dilakukan Badan Pusat Statistik bekerja sama dengan pemerintah daerah melibatkan musyawarah desa dan kelurahan," tutur Sonny.

Model pemutakhiran data yang dilakukan selama ini oleh musyawarah desa dan kelurahan tidak cukup. Faktanya, banyak kabupaten dan kota tidak melakukan pemutakhiran. Selain itu, desa dan kelurahan tak punya pegangan definisi kemiskinan.

"Oleh karena itu, harus dibangun sistem atau mekanisme pemutakhiran secara reguler. Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) pun semestinya tidak ditunda atas alasan suksesi,” kata Sonny.

Ditunda karena pemilu

Secara terpisah, Kepala Departemen Komunikasi dan Informasi Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Ruddy Gobel menyatakan, PPLS yang mendata 40 persen penduduk termiskin di Indonesia dilakukan setiap tiga tahun. Pendataan terakhir dilakukan Agustus 2011.

Semestinya, lanjut Ruddy, pemutakhiran data nasional dilakukan tahun 2014. Namun, atas alasan adanya perhelatan suksesi kepemimpinan nasional, PPLS ditunda menjadi tahun 2015.

Meski pemutakhiran tingkat nasional dilakukan per tiga tahun, Ruddy mengatakan, tetap ada mekanise pemutakhiran berupa musyawarah desa atau kelurahan. Waktu pelaksanaannya diserahkan kepada setiap daerah. Tahun 2013 terdapat 500.000 keluarga sasaran lama yang dikeluarkan dari daftar dan digantikan dengan 500.000 keluarga sasaran baru. Untuk itu, fungsi pemutakhiran data oleh musyawarah desa dan kelurahan sangat krusial.

Sementara itu, dari Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dilaporkan, banyak kesalahan terjadi pada data penerima PSKS. Sebagian perangkat dusun dan desa menganggap hal ini terjadi karena pendataan tidak melibatkan pemerintah desa setempat.

Kepala Dusun Tegalombo, Desa Ngargoretno, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Hardono mengatakan, penyaluran dana PSKS bagi dua warganya sempat terhambat karena mereka terdata sebagai penerima PSKS di dusun lain.

"Kami menerima laporan kesalahan data ini dari dusun lain. Setelah mengurus dan mendapatkan surat pengantar dari desa, barulah warga kami bisa mendapatkan bantuan dana PSKS," ujarnya.

Tidak hanya itu, ia menilai pendataan kurang akurat karena tidak menembus seluruh pelosok dusun.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Jokowi Tawarkan Kaesang ke Parpol, Sekjen PDI-P: Replikasi Pilpres

Soal Jokowi Tawarkan Kaesang ke Parpol, Sekjen PDI-P: Replikasi Pilpres

Nasional
KPK Segera Buka Data Caleg Tak Patuh Lapor Harta Kekayaan

KPK Segera Buka Data Caleg Tak Patuh Lapor Harta Kekayaan

Nasional
KPK Kembali Minta Bantuan Masyarakat soal Buronan Harun Masiku

KPK Kembali Minta Bantuan Masyarakat soal Buronan Harun Masiku

Nasional
[POPULER NASIONAL] PDI-P Bantah Hasto Menghilang | Kominfo Tak Respons Permintaan 'Back Up' Data Imigrasi

[POPULER NASIONAL] PDI-P Bantah Hasto Menghilang | Kominfo Tak Respons Permintaan "Back Up" Data Imigrasi

Nasional
Tanggal 2 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 2 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Anggota DPR: PDN Itu Seperti Brankas Berisi Emas dan Berlian, Obyek Vital

Anggota DPR: PDN Itu Seperti Brankas Berisi Emas dan Berlian, Obyek Vital

Nasional
Kuasa Hukum Sebut Staf Hasto Minta Perlindungan ke LPSK karena Merasa Dijebak KPK

Kuasa Hukum Sebut Staf Hasto Minta Perlindungan ke LPSK karena Merasa Dijebak KPK

Nasional
Kuasa Hukum Bantah Hasto Menghilang Setelah Diperiksa KPK

Kuasa Hukum Bantah Hasto Menghilang Setelah Diperiksa KPK

Nasional
Pejabat Pemerintah Dinilai Tak 'Gentle' Tanggung Jawab Setelah PDN Diretas

Pejabat Pemerintah Dinilai Tak "Gentle" Tanggung Jawab Setelah PDN Diretas

Nasional
Tutup Bulan Bung Karno, PDI-P Gelar 'Fun Run' hingga Konser di GBK Minggu Besok

Tutup Bulan Bung Karno, PDI-P Gelar "Fun Run" hingga Konser di GBK Minggu Besok

Nasional
Beri Sinyal Poros Ketiga di Pilkada Jakarta, PDI-P: Kami Poros Rakyat

Beri Sinyal Poros Ketiga di Pilkada Jakarta, PDI-P: Kami Poros Rakyat

Nasional
Kasus Ahli Waris Krama Yudha Jadi Momentum Reformasi Hukum Kepailitan dan PKPU di Indonesia

Kasus Ahli Waris Krama Yudha Jadi Momentum Reformasi Hukum Kepailitan dan PKPU di Indonesia

Nasional
Gaspol! Hari Ini: Di Balik Layar Pencalonan Anies Baswedan-Sohibul Iman

Gaspol! Hari Ini: Di Balik Layar Pencalonan Anies Baswedan-Sohibul Iman

Nasional
PAN Pertimbangkan Kaesang jika Ridwan Kamil Tak Maju di Pilkada DKI

PAN Pertimbangkan Kaesang jika Ridwan Kamil Tak Maju di Pilkada DKI

Nasional
PDI-P Buka Peluang Usung Anies Baswedan, tapi Tunggu Restu Megawati

PDI-P Buka Peluang Usung Anies Baswedan, tapi Tunggu Restu Megawati

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com