Rifki sempat berdebat dengan babinsa itu. Alhasil, tulisan Gerindra dicoret, lalu diganti Jokowi.
“Saya sudah kesal. Jadi terserahlah mau ditulis siapa di situ, yang tahu pilihan saya kan cuma saya dan Tuhan,” ucap Rifki.
Menurut Rifki, bukan hanya dirinya yang didata oleh babinsa. Seorang tetangga keturunan Tionghoa yang bersebelahan dengannya juga didata. Tetangganya itu, sebut Rifki, sangat ketakutan didatangi babinsa.
“Mereka takut apa maksudnya didata seperti itu? Jadi mereka mengikuti apa pun kata orang itu. Saya sih memahami, karena mereka memang punya trauma masa lalu,” ujarnya.
Rifki bercerita, saat kerusuhan di Jakarta pada 1998, kelompok masyarakat Tionghoa menjadi sasaran amuk massa. Situasi di perumahannya saat itu mencekam. Warga-warga berpatroli siang dan malam.
“Mungkin, ya ada masih ketakutan-ketakutan seperti ini,” kata Rifki.
Datangi Koramil
Rifki sempat mendatangi Koramil di dekat lingkungannya untuk mengecek soal identitas petugas babinsa itu. Di dalam Koramil, dia melihat whiteboard yang bertuliskan jadwal piket petugas babinsa.
Sementara itu, di atas meja, Rifki melihat secarik kertas folio dengan banyak data yang sudah tersusun rapi. Isi data itu yakni daftar nama dan alamat warga, serta daftar preferensi memilih dalam pemilu presiden mendatang.
Di sana juga terdapat rekapitulasi hasil preferensi memilih, yakni 90 persen dituliskan memilih capres Prabowo Subianto dan 10 persen memilih Jokowi.
“Saya tanya soal babinsa itu, petugas di Koramil membenarkan dan bilang dia baru dipindahtugaskan ke sini. Saya lalu tanya, data yang dikumpulkan untuk apa?” kata Rifki.
Rifki lalu mendapat jawaban bahwa pendataan dilakukan untuk survei pilihan warga. Ia juga diminta untuk memberikan pengertian kepada warga di lingkungannya soal aktivitas babinsa belakangan ini.
Rifki berharap agar babinsa, yang seharusnya bisa memberikan ketenangan dan kenyamanan bagi warga, bisa bersikap netral. “Kalau sudah mengerahkan babinsa itu tandanya sudah takut kalah,” ujar dia.
Update:
Ditemui di Markas Kodim 0501 Jakarta Pusat, Kamis (5/6/2014), Komandan Kodim Letnan Kolonel Infantri Yudi Pranoto mengatakan, telah terjadi kesalahpahaman antara warga dan anggota bintara pembina desa (babinsa).