Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

'Sopir' Jokowi dan 'Mobil' Indonesia...

Kompas.com - 06/06/2017, 06:55 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -- Jika diibaratkan, Indonesia adalah mobil yang sangat besar. Penumpangnya banyak dan berbeda-beda satu sama lain.

Jalan yang dilaluinya pun terjal, penuh lubang dan berbatu. Sebagai seorang 'sopir', Presiden Joko Widodo harus berhati-hati betul membawa mobil tersebut supaya seluruh penumpang selamat sampai tujuan.

Filosofi inilah yang terus diresapi Presiden Jokowi. Maka, tak heran jika Jokowi yang sudah hampir 13 tahun tidak menyetir mobil, sering sekali menjadi sopir 'boogey' di Istana, baik di Jakarta atau di Bogor.

"Supaya enggak lupa," ujar Jokowi ketika tim Kompas.com mewawancarainya di Ruang Oval, Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Senin (5/6/2017).

Rabu (26/10/2016) misalnya. Dengan menggunakan 'boogey', Jokowi 'mengangkut' Wakil Presiden Jusuf Kalla, Ketua MPR RI Zulkifli Hasan dan Ketua DPD RI kala itu, Muhammad Saleh.

Rabu (1/4/2017), Presiden Jokowi kembali menjadi sopir. Kali ini, ia 'mengangkut' Raja Arab Saudi Salman bin Abdulazis al-Saud.

Menjadi 'sopir' atas 'mobil' bernama Indonesia, diakui Jokowi, tidak mudah. Pertama-tama, Indonesia merupakan negara besar. Dari sisi geografis, total luas Indonesia mencapai 5,1 juta kilometer persegi dengan bentang alam beraneka ragam mulai dari laut hingga daratan.

Suku yang menghuni luas wilayah itu sebanyak 714. Masing-masing suku memiliki bahasa yang berbeda-beda. Bahkan, satu suku saja memiliki sub-bahasa yang berbeda-beda. 1.100 bahasa lokal, jumlahnya.

Tak berhenti sampai di situ, penduduk Indonesia menganut agama yang berbeda pula. Selain Islam sebagai agama paling banyak dianut oleh penduduknya, ada pula Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan aliran kepercayaan lainnya.

"Jadi, saya kira ini adalah takdir yang diberikan Allah kepada kita. Kodrat yang diberikan kepada bangsa Indonesia, ya beragam. Ini sudah menjadi hukum Allah yang patut kita syukuri," ujar Jokowi.

Namun, mengelola keberagaman itu pada perjalanannya dihadapkan pada sejumlah tantangan.

Belakangan, muncul fenomena yang mengarah ke perpecahan. Mulai dari penyebaran ujaran kebencian hingga fitnah. Dari munculnya berita 'hoax' hingga aksi kekerasan. Dari intoleransi hingga terorisme. Itu semuanya mewarnai Indonesia yang kini memasuki usia ke-72.

"Maka, yang paling penting adalah kesadaran bahwa kita ini beragam," ujar Jokowi.

Lebih jauh, Jokowi berpendapat bahwa tantangan itu merupakan bagian pembelajaran bagi bangsa Indonesia.

"Ya biasalah, kita menyetir mobil pun sama. Kadang berbelok, kadang menikung, kadang ada lubang kecil yang harus kita hindari, sama kayak kita menyetir saja," ujar Jokowi.

Halaman:


Terkini Lainnya

Bareskrim Polri Yakin Penetapan Panji Gumilang sebagai Tersangka TPPU Sah Menurut Hukum

Bareskrim Polri Yakin Penetapan Panji Gumilang sebagai Tersangka TPPU Sah Menurut Hukum

Nasional
Polisi Lengkapi Kekurangan Berkas Perkara TPPU Panji Gumilang

Polisi Lengkapi Kekurangan Berkas Perkara TPPU Panji Gumilang

Nasional
Jokowi Kumpulkan Menteri Bahas Pengungsi Terdampak Erupsi Gunung Ruang

Jokowi Kumpulkan Menteri Bahas Pengungsi Terdampak Erupsi Gunung Ruang

Nasional
Bersama TNI AL, Polisi, dan Basarnas, Bea Cukai Bantu Evakuasi Korban Erupsi Gunung Ruang

Bersama TNI AL, Polisi, dan Basarnas, Bea Cukai Bantu Evakuasi Korban Erupsi Gunung Ruang

Nasional
Prabowo Ingin Berkumpul Rutin Bersama Para Mantan Presiden, Bahas Masalah Bangsa

Prabowo Ingin Berkumpul Rutin Bersama Para Mantan Presiden, Bahas Masalah Bangsa

Nasional
Hanura Sebut Suaranya di Manokwari Dipindah ke PSI, Berdampak ke Perolehan Kursi DPRD

Hanura Sebut Suaranya di Manokwari Dipindah ke PSI, Berdampak ke Perolehan Kursi DPRD

Nasional
Gugat Hasil Pileg, Pengacara Gerindra Malah Keliru Minta MK Batalkan Permohonan

Gugat Hasil Pileg, Pengacara Gerindra Malah Keliru Minta MK Batalkan Permohonan

Nasional
Resmikan Warung NKRI Digital, BNPT Ingatkan Semua Pihak Ciptakan Kemandirian Mitra Deradikalisasi

Resmikan Warung NKRI Digital, BNPT Ingatkan Semua Pihak Ciptakan Kemandirian Mitra Deradikalisasi

Nasional
Klaim Ada Perpindahan Suara ke PKB, PKN, dan Garuda, PPP Minta PSU di Papua Pegunungan

Klaim Ada Perpindahan Suara ke PKB, PKN, dan Garuda, PPP Minta PSU di Papua Pegunungan

Nasional
Berkaca Kasus Brigadir RAT, Kompolnas Minta Polri Evaluasi Penugasan Tak Sesuai Prosedur

Berkaca Kasus Brigadir RAT, Kompolnas Minta Polri Evaluasi Penugasan Tak Sesuai Prosedur

Nasional
Hakim MK Singgung Timnas di Sidang Pileg: Kalau Semangat kayak Gini, Kita Enggak Kalah 2-1

Hakim MK Singgung Timnas di Sidang Pileg: Kalau Semangat kayak Gini, Kita Enggak Kalah 2-1

Nasional
Caleg PDI-P Hadiri Sidang Sengketa Pileg secara Daring karena Bandara Sam Ratulangi Ditutup

Caleg PDI-P Hadiri Sidang Sengketa Pileg secara Daring karena Bandara Sam Ratulangi Ditutup

Nasional
Ketum PGI: 17 Kali Jokowi ke Papua, tapi Hanya Bertemu Pihak Pro Jakarta

Ketum PGI: 17 Kali Jokowi ke Papua, tapi Hanya Bertemu Pihak Pro Jakarta

Nasional
Kasus Brigadir RAT, Beda Keterangan Keluarga dan Polisi, Atasan Harus Diperiksa

Kasus Brigadir RAT, Beda Keterangan Keluarga dan Polisi, Atasan Harus Diperiksa

Nasional
KPK Ancam Pidana Pihak yang Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

KPK Ancam Pidana Pihak yang Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com