Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menerka Peluang PDI-P Masuk Pemerintahan Usai Mega Utus Puan Bertemu Prabowo

Kompas.com - 09/04/2024, 08:55 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu momen yang ditunggu dalam panggung politik nasional adalah komunikasi dan pertemuan antara Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Relasi keduanya saat ini terbilang unik. Mereka pernah menjadi peserta pemilihan presiden 2009. Saat itu Megawati menjadi calon presiden, sedangkan Prabowo menjadi calon wakil presiden.

Kesepakatan keduanya maju menjadi pasangan Capres-Cawapres pada 2009 silam seolah memperlihatkan rekonsiliasi antara Megawati yang melambangkan kekuatan politik trah Soekarno, dengan Prabowo yang lekat dengan citra Orde Baru dan pernah menjadi anggota keluarga mendiang Presiden Soeharto.

Sedangkan pada pada pemilihan presiden 2014 dan 2019, Prabowo dan Megawati dalam posisi berseberangan. Dalam 2 kontestasi Pilpres itu, Megawati dan PDI-P mengusung Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang bersaing dengan Prabowo.

Baca juga: Ultimatum Moral Negarawan Megawati Soekarnoputri

Kemudian pada Pilpres 2024, Megawati dan Prabowo juga dalam posisi saling bersaing. Sebab PDI-P mengusung Capres-Cawapres Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

Sedangkan Prabowo maju menjadi Capres dengan menggandeng Gibran Rakabuming Raka sebagai Cawapres.

Di sisi lain, Gibran merupakan anak sulung Presiden Jokowi. Dia juga bisa menang dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) Solo pada 2020 dengan dukungan politik dari PDI-P.

Di sisi lain, relasi antara Megawati dan Prabowo sampai saat ini tidak terlampau bergejolak.

Baca juga: Soal Pertemuan dengan Megawati, Gerindra: Prabowo Selalu Datang ke Senior


Akan tetapi, dinamika politik pasca Pilpres dan pemilihan legislatif (Pileg) 2024 membuat komunikasi keduanya tetap dinantikan. Apalagi saat ini kubu Ganjar-Mahfud menjadi salah satu kubu yang mengajukan gugatan hasil Pilpres ke MK.

Komunikasi dan sikap PDI-P ke depan dalam lansekap politik nasional patut ditunggu karena selama ini mereka memposisikan diri berseberangan dengan kubu Prabowo-Gibran.

Lontaran kekecewaan itu bahkan disampaikan oleh para petinggi DPP PDI-P sejak sebelum memasuki sampai masa kampanye Pilpres.

Selain itu, jika Megawati dan Prabowo bertemu maka yang patut diperhatikan adalah sikap politik PDI-P terhadap pemerintahan mendatang. Apakah mereka akan berada di luar atau justru bergabung dengan pemerintahan.

Menurut Ketua DPP PDI-P Said Abdullah, Megawati menugaskan anaknya yang juga Ketua DPP PDI-P, Puan Maharani, untuk menjalin komunikasi dengan Prabowo yang juga calon presiden pemenang Pilpres 2024.

Baca juga: Soal Pertemuan Prabowo dan Megawati, Gibran: Iya Nanti Segera

"Jadi, dari satu poin dan dua poin itu, muaranya, Ibu menugaskan Mbak Puan memang untuk membangun komunikasi. Setelah membangun komunikasi, nanti Mbak Puan report," kata Said saat dihubungi, Senin (8/4/2024).

"Hasil report itulah yang akan menentukan Ibu ketua umum bertemu dengan Pak Prabowo, duduk bersama. Kan begitu," lanjutnya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Momen Jokowi Jadi Fotografer Dadakan Delegasi Perancis saat Kunjungi Tahura Bali

Momen Jokowi Jadi Fotografer Dadakan Delegasi Perancis saat Kunjungi Tahura Bali

Nasional
Berjasa dalam Kemitraan Indonesia-Korsel, Menko Airlangga Raih Gelar Doktor Honoris Causa dari GNU

Berjasa dalam Kemitraan Indonesia-Korsel, Menko Airlangga Raih Gelar Doktor Honoris Causa dari GNU

Nasional
Nadiem Ingin Datangi Kampus Sebelum Revisi Aturan yang Bikin UKT Mahal

Nadiem Ingin Datangi Kampus Sebelum Revisi Aturan yang Bikin UKT Mahal

Nasional
Saksi Kemenhub Sebut Pembatasan Kendaraan di Tol MBZ Tak Terkait Kualitas Konstruksi

Saksi Kemenhub Sebut Pembatasan Kendaraan di Tol MBZ Tak Terkait Kualitas Konstruksi

Nasional
Puan Maharani: Parlemen Dunia Dorong Pemerintah Ambil Langkah Konkret Atasi Krisis Air

Puan Maharani: Parlemen Dunia Dorong Pemerintah Ambil Langkah Konkret Atasi Krisis Air

Nasional
Hari ke-10 Keberangkatan Haji: 63.820 Jemaah Tiba di Madinah, 7 Orang Wafat

Hari ke-10 Keberangkatan Haji: 63.820 Jemaah Tiba di Madinah, 7 Orang Wafat

Nasional
Jokowi: Butuh 56 Bangunan Penahan Lahar Dingin Gunung Marapi, Saat Ini Baru Ada 2

Jokowi: Butuh 56 Bangunan Penahan Lahar Dingin Gunung Marapi, Saat Ini Baru Ada 2

Nasional
Kapal Perang Perancis FREMM Bretagne D655 Bersandar di Jakarta, Prajurit Marinir Berjaga

Kapal Perang Perancis FREMM Bretagne D655 Bersandar di Jakarta, Prajurit Marinir Berjaga

Nasional
Erupsi Gunung Ibu, BNPB Kirim 16 Juta Ton Bantuan Logistik untuk 1.554 Pengungsi

Erupsi Gunung Ibu, BNPB Kirim 16 Juta Ton Bantuan Logistik untuk 1.554 Pengungsi

Nasional
Pesawat Terlambat Bisa Pengaruhi Layanan Jemaah Haji di Makkah

Pesawat Terlambat Bisa Pengaruhi Layanan Jemaah Haji di Makkah

Nasional
Indonesia-Vietnam Kerja Sama Pencarian Buron hingga Perlindungan Warga Negara

Indonesia-Vietnam Kerja Sama Pencarian Buron hingga Perlindungan Warga Negara

Nasional
Survei IDEAS: Penghasilan 74 Persen Guru Honorer di Bawah Rp 2 Juta

Survei IDEAS: Penghasilan 74 Persen Guru Honorer di Bawah Rp 2 Juta

Nasional
Dewas KPK Tunda Putusan Sidang Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron

Dewas KPK Tunda Putusan Sidang Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron

Nasional
Jokowi Minta Relokasi Rumah Warga Terdampak Banjir di Sumbar Segera Dimulai

Jokowi Minta Relokasi Rumah Warga Terdampak Banjir di Sumbar Segera Dimulai

Nasional
JK Sampaikan Duka Cita Wafatnya Presiden Iran Ebrahim Raisi

JK Sampaikan Duka Cita Wafatnya Presiden Iran Ebrahim Raisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com