KOMPAS.com - Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Fahri Hamzah menegaskan, narasi pemakzulan atau impeachment Presiden Joko Widodo (Jokowi) sengaja diembuskan kelompok kiri dan kanan.
“Jadi intinya adalah semua yang muncul karena kepepet, sebenarnya itu manifestasi dari kegalauan saja. Bahwa konsepsi yang kita bangun sejak awal, tentang keberlanjutan dan rekonsiliasi itu memang sulit dilawan,” katanya.
Dia mengatakan itu dalam diskusi Gelora Talks bertema “Narasi Pemakzulan Jokowi, Upaya Menghadang Laju Prabowo-Gibran?”, Rabu (24/1/2024).
Fahri mengatakan, kelompok kanan dan kiri marah melihat kemenangan pasangan nomor urut dua, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka yang mengusung narasi keberlanjutan dan rekonsiliasi karena sudah tidak bisa dibendung lagi.
Baca juga: Dapat Dukungan dari Kiai dan Ulama, Partai Gelora Ingin Indonesia Jadi Negara Superpower Baru
Menurutnya, konsep keberlanjutan dan rekonsiliasi tersebut sangat kuat sehingga tidak mungkin dihadapkan dengan konsep-konsep yang tidak jelas.
Hal tersebut merupakan akibat dari ketidakjelasan sistem pemilihan umum (pemilu) dan mekanisme pembentukan koalisi.
“Kami betul-betul mengambil posisi sebagai keberlanjutan dan rekonsiliasi kabinet, yang mendukung perjalanan yang sudah ditempuh oleh para pemimpin sebelumnya untuk menuju Indonesia Emas 2045,” katanya melansir partaigelora.id.
Fahri menilai, narasi keberlanjutan dan rekonsiliasi yang sudah terbangun solid karena merupakan kehendak rakyat tidak mungkin dipatahkan dengan gagasan apa pun.
“Saya tidak tahu, apakah dalam tiga minggu lagi ada lagi yang mereka pakai untuk mematahkan benteng keberlanjutan dan rekonsiliasi,” katanya.
Wakil Ketua Fewan Perwakilan Rakyat (DPR) Periode 2014-2019 itu mengatakan, tidak mengherankan apabila hasil survei pasangan Prabowo-Gibran sangat tinggi.
“Semua kehendak rakyat, maka saya lebih cenderung, kalau rakyat akan memutuskan sekali putaran pada 14 Februari 2024. Itu yang saya lihat,” tegasnya.
Oleh karenanya, kelompok kiri dan kanan mencari berbagai cara untuk menurun elektabilitas paslon nomor urut dua seperti melempar isu para menteri mau mundur, pemakzulan dan lainnya.
Fahri menyebutkan, upaya untuk membangun Indonesia Emas 2045 yang dimaknai Partai Gelora sebagai membangun negara superpower baru itu susah untuk dilawan paslon yang membawa konsep marah-marah dan konsep kecewa.
“Gagasan ini sudah terlalu kuat, memang susah untuk dibongkar. Meskipun kelompok kanan mengambil capres di tengah jalan yang dianggap hero, itu semua konsepnya kemarahan,” katanya.
Baca juga: Survei SPIN: Elektablitas Partai Gelora Sentuh 3,6 Persen, Diprediksi Lewati Ambang Batas Parlemen
Dia mengatakan, adanya kekecewaan dari Ganjar dan kawan-kawan, khususnya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), karena Pak Jokowi tidak mendukung mereka.
“Jadi kelompok kanan itu, konsepnya marah-marah, kelompok kiri ini konsepnya kecewa,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon mengatakan, isu pemakzulan terhadap Jokowi yang mencuat belakangan ini merupakan upaya menghambat laju elektabilitas Prabowo-Gibran.
Fadli menyebutkan, isu pemakzulan yang diembuskan jelang Pemilu 2024 dari sisi waktu dan urgensi tidak mewakili kehendak rakyat.