Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
SOROT POLITIK

Gelora Talks: Narasi Pemakzulan Jokowi adalah Upaya Tahan Elektabilitas Prabowo-Gibran

Kompas.com - 08/02/2024, 11:15 WIB
Inang Sh ,
A P Sari

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Fahri Hamzah menegaskan, narasi pemakzulan atau impeachment Presiden Joko Widodo (Jokowi) sengaja diembuskan kelompok kiri dan kanan.

“Jadi intinya adalah semua yang muncul karena kepepet, sebenarnya itu manifestasi dari kegalauan saja. Bahwa konsepsi yang kita bangun sejak awal, tentang keberlanjutan dan rekonsiliasi itu memang sulit dilawan,” katanya.

Dia mengatakan itu dalam diskusi Gelora Talks bertema “Narasi Pemakzulan Jokowi, Upaya Menghadang Laju Prabowo-Gibran?”, Rabu (24/1/2024).

Fahri mengatakan, kelompok kanan dan kiri marah melihat kemenangan pasangan nomor urut dua, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka yang mengusung narasi keberlanjutan dan rekonsiliasi karena sudah tidak bisa dibendung lagi.

Baca juga: Dapat Dukungan dari Kiai dan Ulama, Partai Gelora Ingin Indonesia Jadi Negara Superpower Baru

Menurutnya, konsep keberlanjutan dan rekonsiliasi tersebut sangat kuat sehingga tidak mungkin dihadapkan dengan konsep-konsep yang tidak jelas.

Hal tersebut merupakan akibat dari ketidakjelasan sistem pemilihan umum (pemilu) dan mekanisme pembentukan koalisi.

“Kami betul-betul mengambil posisi sebagai keberlanjutan dan rekonsiliasi kabinet, yang mendukung perjalanan yang sudah ditempuh oleh para pemimpin sebelumnya untuk menuju Indonesia Emas 2045,” katanya melansir partaigelora.id.

Fahri menilai, narasi keberlanjutan dan rekonsiliasi yang sudah terbangun solid karena merupakan kehendak rakyat tidak mungkin dipatahkan dengan gagasan apa pun.

“Saya tidak tahu, apakah dalam tiga minggu lagi ada lagi yang mereka pakai untuk mematahkan benteng keberlanjutan dan rekonsiliasi,” katanya.

Baca juga: Presiden RI Larang Kapal Dagang Israel Berlabuh di Indonesia, Partai Gelora: Kami Apresiasi Sikap Tegas Jokowi

Wakil Ketua Fewan Perwakilan Rakyat (DPR) Periode 2014-2019 itu mengatakan, tidak mengherankan apabila hasil survei pasangan Prabowo-Gibran sangat tinggi.

“Semua kehendak rakyat, maka saya lebih cenderung, kalau rakyat akan memutuskan sekali putaran pada 14 Februari 2024. Itu yang saya lihat,” tegasnya.

Oleh karenanya, kelompok kiri dan kanan mencari berbagai cara untuk menurun elektabilitas paslon nomor urut dua seperti melempar isu para menteri mau mundur, pemakzulan dan lainnya.

Fahri menyebutkan, upaya untuk membangun Indonesia Emas 2045 yang dimaknai Partai Gelora sebagai membangun negara superpower baru itu susah untuk dilawan paslon yang membawa konsep marah-marah dan konsep kecewa.

“Gagasan ini sudah terlalu kuat, memang susah untuk dibongkar. Meskipun kelompok kanan mengambil capres di tengah jalan yang dianggap hero, itu semua konsepnya kemarahan,” katanya. 

Baca juga: Survei SPIN: Elektablitas Partai Gelora Sentuh 3,6 Persen, Diprediksi Lewati Ambang Batas Parlemen

Dia mengatakan, adanya kekecewaan dari Ganjar dan kawan-kawan, khususnya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), karena Pak Jokowi tidak mendukung mereka. 

“Jadi kelompok kanan itu, konsepnya marah-marah, kelompok kiri ini konsepnya kecewa,” ujarnya.

Hambat elektabilitas

Pada kesempatan itu, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon mengatakan, isu pemakzulan terhadap Jokowi yang mencuat belakangan ini merupakan upaya menghambat laju elektabilitas Prabowo-Gibran.

Fadli menyebutkan, isu pemakzulan yang diembuskan jelang Pemilu 2024 dari sisi waktu dan urgensi tidak mewakili kehendak rakyat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jemaah Haji Mulai Diberangkatkan, Fahira Idris: Semoga Sehat, Selamat, dan Mabrur

Jemaah Haji Mulai Diberangkatkan, Fahira Idris: Semoga Sehat, Selamat, dan Mabrur

Nasional
Jemaah Haji Gelombang Pertama Tiba di Madinah, Disambut Meriah

Jemaah Haji Gelombang Pertama Tiba di Madinah, Disambut Meriah

Nasional
Jokowi Diminta Tak Cawe-cawe Pemilihan Capim KPK

Jokowi Diminta Tak Cawe-cawe Pemilihan Capim KPK

Nasional
PBNU: Pratik Haji Ilegal Rampas Hak Kenyamanan Jemaah

PBNU: Pratik Haji Ilegal Rampas Hak Kenyamanan Jemaah

Nasional
Prabowo Disebut Bisa Kena Getah jika Pansel Capim KPK Bentukan Jokowi Buruk

Prabowo Disebut Bisa Kena Getah jika Pansel Capim KPK Bentukan Jokowi Buruk

Nasional
Gerindra Dorong Penyederhanaan Demokrasi Indonesia: Rakyat Tak Harus Berhadapan dengan TPS

Gerindra Dorong Penyederhanaan Demokrasi Indonesia: Rakyat Tak Harus Berhadapan dengan TPS

Nasional
Sekjen Gerindra Sebut Revisi UU Kementerian Negara Dimungkinkan Tuntas Sebelum Pelantikan Prabowo

Sekjen Gerindra Sebut Revisi UU Kementerian Negara Dimungkinkan Tuntas Sebelum Pelantikan Prabowo

Nasional
Pimpinan Komisi X Bantah Pernyataan Stafsus Jokowi soal Banyak Keluarga dan Orang Dekat DPR Menerima KIP Kuliah

Pimpinan Komisi X Bantah Pernyataan Stafsus Jokowi soal Banyak Keluarga dan Orang Dekat DPR Menerima KIP Kuliah

Nasional
Gerindra Siapkan 4 Kader Maju Pilkada DKI, Ada Riza Patria, Budi Satrio, dan Sara

Gerindra Siapkan 4 Kader Maju Pilkada DKI, Ada Riza Patria, Budi Satrio, dan Sara

Nasional
Partai Negoro Resmi Diluncurkan, Diinisiasi Faizal Assegaf

Partai Negoro Resmi Diluncurkan, Diinisiasi Faizal Assegaf

Nasional
Tinjau TKP Kecelakaan Maut Bus di Subang, Kakorlantas: Tak Ditemukan Jejak Rem

Tinjau TKP Kecelakaan Maut Bus di Subang, Kakorlantas: Tak Ditemukan Jejak Rem

Nasional
Kunker ke Sultra, Presiden Jokowi Tiba di Pangkalan TNI AU Haluoleo

Kunker ke Sultra, Presiden Jokowi Tiba di Pangkalan TNI AU Haluoleo

Nasional
ICW Kritik Komposisi Pansel Capim KPK: Rentan Disusupi Konflik Kepentingan

ICW Kritik Komposisi Pansel Capim KPK: Rentan Disusupi Konflik Kepentingan

Nasional
Sekjen Gerindra Sebut Ada Nama Eksternal Dikaji untuk Bacagub DKI 2024

Sekjen Gerindra Sebut Ada Nama Eksternal Dikaji untuk Bacagub DKI 2024

Nasional
Soal Rencana Pertemuan Prabowo-Megawati, Sekjen Gerindra: Tak Ada Komunikasi yang Mandek

Soal Rencana Pertemuan Prabowo-Megawati, Sekjen Gerindra: Tak Ada Komunikasi yang Mandek

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com