Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berebut "Memikat" NU Jelang Pilpres, Siapa Bakal Menuai Keuntungan?

Kompas.com - 05/09/2023, 05:15 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pesona Nahdlatul Ulama (NU) selalu memikat partai politik dan kandidat bakal calon presiden-calon wakil presiden setiap menjelang Pemilu dan Pilpres.

Gelagat memperebutkan pengaruh demi mendulang suara basis massa NU sudah bisa terlihat saat ini.

Contohnya seperti manuver Partai Nasdem dengan memasangkan bakal capres Anies Baswedan dengan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar (Cak Imin).

Harapannya adalah Cak Imin bisa menggiring suara pendukungnya ke kubu Anies, Nasdem, dan PKB. Akan tetapi, hubungan Cak Imin, PKB, dan PBNU juga tidak harmonis dinilai bakal menjadi ganjalan.

Baca juga: PBNU Bantah Anies-Cak Imin Dapat Restu dari Kiai NU

Belum lagi perseteruan Cak Imin dengan keluarga mendiang KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang belum usai.

Pengurus Besar NU (PBNU) menyatakan tidak ikut campur terhadap politik praktis. Akan tetapi, jumlah pendukung mereka akan tetap menggiurkan di mata para politikus. Tentu saja mereka bakal memperebutkan suara demi memenangkan kontestasi politik.

“Selama ini tidak pernah ada pembicaraan di PBNU tentang calon-calon presiden, karena itu di luar domain kami sebagai organisasi keagamaan, kemasyarakatan, yaitu domain partai politik (parpol), silahkan dan silahkan berjuang untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat,” kata Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya, di kantor PBNU, Senen, Jakarta, Sabtu (2/9/2023).

Baca juga: Tarik-menarik NU, Akankah Cak Imin Mampu Rebut Suara Nahdliyin untuk Anies?

Dua langkah

Menurut Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro, suara basis massa warga Nahdliyin memang selalu diperebutkan dalam setiap kontestasi politik.

Bahkan menurut dia ada 2 cara yang bakal dilakukan oleh seluruh partai politik dan para kandidat bakal capres-cawapres buat mendapatkan suara warga NU dalam Pemilu dan Pilpres.

Agung mengatakan, para bakal capres yang belum memiliki cawapres seperti Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo bakal mencari sosok yang mampu mewakili kalangan Islam Perdesaan, yang selama ini direpresentasikan dengan baik oleh Nahdlatul Ulama.

"Di titik inilah, nama-nama yang selama ini memiliki elektabilitas seperti Khofifah Indar Parawansa, Mahfud MD, Yenny Wahid, hingga Erick Thohir menjadi yang terdepan," kata Agung saat dihubungi pada Senin (4/9/2023).

Baca juga: PKB Klaim Dapat Restu Kiai NU untuk Duetkan Anies-Muhaimin

Namun demikian, Agung menilai baik Ganjar dan Prabowo dinilai tidak akan maksimal jika hanya menggaet sosok-sosok yang dianggap mewakili NU, tanpa dipadukan dengan kerja politik lainnya.

Yang dimaksud Agung adalah para kandidat harus mendekati NU secara struktural dan kultural. Hal itu penting dilakukan supaya mendapat dukungan sebanyak-banyaknya dari basis massa NU, sehingga secara utuh dapat terwakili melalui pasangan yang kelak maju.


Selain itu, kata Agung, ketika para kandidat berlomba merebut simpati warga NU secara utuh, maka pendekatan institusional selain soal basis pedesaan, juga termasuk di dalamnya pesantren dan kampung, menjadi mengemuka.

"Sehingga, para capres-cawapres yang kelak maju mesti pula aktif untuk melakukan komunikasi ke kepala desa, ulama, dan kyai kampung yang menjadi simpul-simpul massa penentu kemana suara akan diarahkan," ujar Agung.

Baca juga: Jokowi Bertemu Ketum PBNU di Istana Senin Malam

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com