Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Epidemiolog Sebut Klaster Sekolah Menunjukkan Data Sebaran Covid-19 Mesti Dievaluasi

Kompas.com - 24/09/2021, 14:47 WIB
Tatang Guritno,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Ahli epidemiologi Indonesia di Griffith University Australia Dicky Budiman meminta pemerintah mengevaluasi data sebaran Covid-19 pasca ditemukannya klaster di sekolah.

Menurut Dicky, adanya klaster di sekolah menunjukkan bahwa saat ini penyebaran virus corona masih terjadi dengan intensitas cukup tinggi.

“Sebetulnya dari sisi manajemen resiko sudah benar bahwa ini ditemukan klaster, ini berarti Dinas (Pendidikan) sudah punya kesiapan dengan sistem deteksi,” terang Dicky dihubungi Kompas.com, Jumat (24/9/2021).

“Yang menjadi masalah adalah tidak validnya data di masyarakat yang diklaim menurun, kasus menurun, tes positif menurun. Dengan klaster ini, data itu harus dievaluasi, direview, berarti ada yang salah,” tegas dia.

Baca juga: Pembelajaran Tatap Muka Timbulkan Klaster Covid-19, Pimpinan DPR Prihatin

Menurut Dicky penyebaran Covid-19 di sekolah juga mencerminkan laju penyebaran virus di masyarakat.

“Ini ada yang enggak nyambung, antara data indikator epidemiologinya yang membuat PPKM turun, dengan apa yang terjadi di sekolah, klaster-klaster ini,” ungkap dia.

Dicky menjelaskan munculnya klaster di sekolah juga menunjukkan bahwa pemerintah daerah mesti menguatkan kembali mekanisme testing, tracing, treatment (3T) dan protokol memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, mengurangi mobilitas (5M), dan vaksinasi.

“Kalau itu tidak dilakukan dengan kuat berarti tidak berpihak pada pemulihan, kalau saya lihat sekedar respon itu, dan saya lihat sekedarnya. Bahkan ada pelonggaran-pelonggaran. Kalau misal kita lakuan banyak tes, ketahuan kok, bakal ketauan masih ada banyak kasus penyebaran,” paparnya.

“Jadi jangan menganggap kita ini sudah aman, belum aman,” ucap Dicky.

Jika data tidak dibenahi Dicky khawatir bahwa pemerintah akan kaget dengan adanya kasus Covid-19 yang tiba-tiba kembali meningkat.

Baca juga: Pemprov DKI Sanggah Temuan Kemendikbud Ristek soal 25 Klaster Covid-19 di Sekolah, Ini Fakta Versi DKI

“Ya berbahaya kalau klaim data Itu tidak valid, ya lemah dukungannya, ya abai, dan artinya jangan kaget kalau (kasus Covid-19 kembali) meledak-ledak,” pungkasnya.

Adapun berdasarkan keterangan Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito ada 2,77 persen sekolah yang menimbulkan klaster baru Covid-19 selama pembelajaran tatap muka (TPM) terbatas.

Wiku mengatakan, data itu disampaikan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) per 23 September 2021.

“Dari 47.033 sekolah yang disurvei hanya 2,77 persen sekolah yang menimbulkan klaster kasus (Covid-19) selama PTM dilakukan,” ujar Wiku dalam konferensi pers virtual melalui YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (23/9/2021).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

BrandzView
Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Nasional
Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Nasional
Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Nasional
Hasto: Di Tengah Panah 'Money Politic' dan 'Abuse of Power', PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

Hasto: Di Tengah Panah "Money Politic" dan "Abuse of Power", PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

Nasional
Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

Nasional
Ke Kader yang Akan Ikut Pilkada, Megawati: Kalau Bohong, Lebih Baik Tidak Usah

Ke Kader yang Akan Ikut Pilkada, Megawati: Kalau Bohong, Lebih Baik Tidak Usah

Nasional
Hakim: Hinaan Rocky Gerung Bukan ke Pribadi Jokowi, tetapi kepada Kebijakan

Hakim: Hinaan Rocky Gerung Bukan ke Pribadi Jokowi, tetapi kepada Kebijakan

Nasional
Belum Putuskan Maju Pilkada di Mana, Kaesang: Lihat Dinamika Politik

Belum Putuskan Maju Pilkada di Mana, Kaesang: Lihat Dinamika Politik

Nasional
Jokowi Bakal Diberi Posisi Terhormat, PDI-P: Untuk Urusan Begitu, Golkar Paling Sigap

Jokowi Bakal Diberi Posisi Terhormat, PDI-P: Untuk Urusan Begitu, Golkar Paling Sigap

Nasional
PPP Jadi Partai yang Gugat Sengketa Pileg 2024 Terbanyak

PPP Jadi Partai yang Gugat Sengketa Pileg 2024 Terbanyak

Nasional
Wapres Doakan Timnas Indonesia Melaju ke Final Piala Asia U23

Wapres Doakan Timnas Indonesia Melaju ke Final Piala Asia U23

Nasional
Ada 297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Pengacara dari 8 Firma Hukum

Ada 297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Pengacara dari 8 Firma Hukum

Nasional
Novel Baswedan dkk Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK, Dianggap Rintangi Pemeriksaan Etik

Novel Baswedan dkk Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK, Dianggap Rintangi Pemeriksaan Etik

Nasional
Kumpulkan Seluruh Kader PDI-P Persiapan Pilkada, Megawati: Semangat Kita Tak Pernah Pudar

Kumpulkan Seluruh Kader PDI-P Persiapan Pilkada, Megawati: Semangat Kita Tak Pernah Pudar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com