Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut Kak Seto, Kekerasan 22 Mei 2019 Sebabkan Anak Menilai Politik Kotor

Kompas.com - 24/05/2019, 03:03 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Anak-anak merupakan usia di mana seseorang sangat mudah untuk mengingat dan meniru berbagai hal yang terjadi di sekitarnya.

Anak dapat terdampak peristiwa yang mereka ketahui, baik secara langsung maupun tidak. Semua peristiwa itu memengaruhi tumbuh kembang seorang anak, khususnya secara psikis.

Anak juga dapat terdampak aksi kekerasan yang terjadi pada 22 Mei 2019. Apalagi, peristiwa tersebut disiarkan secara langsung di berbagai media massa.

Media sosial sebagai media yang sangat dekat dengan masyarakat pun banyak dihiasi dengan berbagai aksi kekerasan pasca-demonstrasi yang kental bernuansa politik tersebut.

Psikolog anak Seto Mulyadi saat dihubungi Kompas.com Kamis (23/5/2019) sore, menyebut bahwa kekerasan ini memiliki dampak besar terhadap psikologi anak, khususnya dalam pembentukan trauma dan persepsi dalam diri mereka.

"Kami menanyakan beberapa kalangan orangtua, kemudian juga beberapa anak-anak di sekitar kompleks. Pertama memang menyatakan 'takut, ngeri'. Lalu kedua, juga memberikan suatu gambaran atau citra negatif terhadap politik, atau partai politik," kata pria yang akrab disapa Kak Seto itu.

Baca juga: Sikapi Video Doktrin, KPAI, TKN, dan BPN Teken Kesepakatan soal Pelibatan Anak dalam Politik

Menurut dia, praktik kekerasan sebagaimana tersaji beberapa hari terakhir ini dapat memunculkan citra tentang politik itu sendiri di benak anak-anak, untuk yang melihat apalagi mengalaminya.

"Sampai ada beberapa anak yang saya tanya, 'ah politik kotor, politik jelek, jahat'. Ini kan sangat disayangkan kalau itu kemudian memberikan citra negatif terhadap para politisi itu sendiri," ujar Kak Seto.

Bahkan, Kak Seto mengaku ada anak-anak usia sekolah dasar kelas 5 atau 6 yang sudah bisa menyatakan tidak ingin ayahnya menjadi seorang politisi. Hal itu karena mereka sudah menganggap politik sebagai sesuatu yang buruk, penuh kekerasan dan permusuhan.

Untuk itu, ia selalu menyerukan dalam berbagai kesempatan untuk tidak melibatkan anak-anak dalam urusan politik, misalnya pada kegiatan kampanye.

Ia menyebut, dalam upaya menjaga anak-anak dari bahaya yang mungkin timbul akibat kekerasan dalam politik seperti yang baru-baru ini terjadi, orangtua ada baiknya mengawasi dan mengurangi konsumsi media anaknya.

Hal itu dikarenakan anak-anak sangat rentan terpengaruh oleh lingkungan.

"Memang sebaiknya ada semacam ‘diet’ menonton TV dulu, 'diet' media sosial, sehingga dialihkan kepada dunia mereka yang indah, dunia bermain. Jadi bermain itu kan macam-macam, bisa permainan tradisional, bisa bermain bersama keluarga," ujar ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) ini.

Baca juga: KPI Minta Lembaga Penyiaran Redakan Suasana Pasca-Penetapan Hasil Pemilu

Selain orangtua, lingkungan yang lebih luas juga turut berperan dalam menentukan keberhasilan melindungi anak-anak dari paparan kekerasan dalam politik, misalnya di tataran rukun tetangga  (RT) atau rukun warga (RW).

"Mungkin peran dari lembaga RT dan RW yang saya harapkan juga bisa menggerakkan warganya masing-masing supaya terhindar dari pengaruh-pengaruh negatif kekerasan itu tadi," ucap tokoh yang terkenal dengan boneka Si Komo ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Nasional
Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Nasional
Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Nasional
Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Nasional
PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

Nasional
Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Nasional
Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Nasional
Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Nasional
Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Nasional
Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Nasional
Menlu Retno Laporkan Hasil Kunjungan ke Vietnam ke Jokowi

Menlu Retno Laporkan Hasil Kunjungan ke Vietnam ke Jokowi

Nasional
Gugatan di PTUN Jalan Terus, PDI-P Bantah Belum 'Move On'

Gugatan di PTUN Jalan Terus, PDI-P Bantah Belum "Move On"

Nasional
Menlu Singapura Temui Jokowi, Bahas Kunjungan PM untuk Leader's Retreat

Menlu Singapura Temui Jokowi, Bahas Kunjungan PM untuk Leader's Retreat

Nasional
Hasto Sebut Ganjar dan Mahfud Akan Dapat Tugas Baru dari Megawati

Hasto Sebut Ganjar dan Mahfud Akan Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Kejagung Sita 2 Ferrari dan 1 Mercedes-Benz dari Harvey Moies

Kejagung Sita 2 Ferrari dan 1 Mercedes-Benz dari Harvey Moies

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com